Terjadilah percakapan selanjutnya mengenai 'elo angkatan berapa'. Terungkap bahwa, walaupun gue lebih tua setahun dari beberapa diantara mereka, ternyata gue 'seangkatan' dengan mereka. Lho kok bisa... Teringatlah akan cerita Ortu gue berikut ini:
Tahun 1978 adalah tahunnya 'baby-booming' di Belinyu (kota kecil di Propinsi Bangka Belitung). Gue punya 3 sodara yang lahir di tahun yang sama. Tapi mereka lebih beruntung, lahirnya di awal atau paling ngga tidak di akhir tahun kayak gue.
Pas mau masuk sekolah, TK yang layak di kota terpencil itu boleh dibilang hanya 1, yaitu TK Santa Agnes. Dan karena 'baby-boom' itu, khusus tahun itu, mereka membuat aturan, penerimaan hanya untuk anak yang lahir tak lebih dari 3o Juni 1978. Yang mana, tidak termasuk gue, jauh malah.
Ada satu cerita unik. Ternyata, dengan adanya aturan itu-pun, murid yang mendaftar melimpah dan yang memenuhi syarat ternyata masih lebih dari bangku yang tersedia. Jadi dibikinlah semacam undian. Orangtua dikumpulkan dan tiap orang diberi kesempatan untuk mengambil gulungan kertas, isinya diterima atau tidak di tahun tersebut.
Kekacauan pun tak bisa dihindarkan. Apalagi dalam budaya orang Bangka, mengantri adalah hal terakhir yang terpikirkan, maka ramai ramailah mereka memperebutkan semacam gentong berisi gulungan kertas itu. Ada satu cerita dari saudara gue yang 78 juga tapi lahir sebelum 30 Juni. Saat itu, Papanya dengan semangat, menjunjung dia tinggi tinggi, melewati para ibu ibu yang berebutan. Diambilnyalah sebuah kertas gulungan dan dibukanya, tertulis disitu: diterima.
Selalu ada 2 jalur menuju sukses, tidak terkecuali dalam pendidikan (bahkan hanya untuk tingkat TK). Selain jalur 'halal' diatas (berebut 'undian'), ada jalur lain yang tidak halal. Apalagi kalau bukan menyogok. Hal itu terbukti (dan baru gue sadari belakangan setelah dewasa), bahwa ada angkatan di atas gue yang lebih muda dari gue... katanya syaratnya <>
Apa yang terjadi pada gue saat itu? Simple dan sarat dengan kepolosan. Papa hanya melemparkan 1 pertanyaan mudah ke gue, "An, sudah mau sekolah belum" dan dengan polos dan matapnya gue menjawab "Belum". Hasilnya, gue selalu ketinggalan 1 tahun dengan seumuran gue, dan selama sekolah (TK - kuliah) selalu bergaul dengan orang orang kelahiran 1979 (a.k.a shio Kambing).
Namun hal itu gue syukuri karena berarti gue tidak menyogok untuk masuk sekolah. Lha kalau sekolah aja nyogok, gede mau jadi apa... Dan lihaltlah dari sisi positif, gue dapat tambahan 1 tahun (in advance) untuk bebas bermain tanpa harus mikir sekolah :P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar