Pertama kali gue mendengar nama "kuburan band" langsung gue berasosiasi kepada suatu band keras, rock cadas, heavy metal, bahkan cenderung ke pemujaan kematian yang bernuansa satanic. Apalagi melihat penampilan mereka di majalah, yang mengingatkan gue pada Rock band legendaris KISS, langsung yakin, IYA, mereka ini layak disebut 'pendobrak' di blantika musik Indonesia... Berani beda, haluannya pun tidak populer ditengah masyarakat yang amat sangat jaim bin munafik. In that sense, gue menaruh simpati dan respect kepada mereka. Layak untuk ditunggu lagunya seperti apa...
Toeuweuweu.... Pas liat di telivisi, duh... lagunya siapa sih nih, kok kayak lagu anak anak... liriknya pun terkesan seadanya cuma "lupa inget lupa inget C Am Dm ke G ke C lagi" dan bla bla bla... pas nengok, ya ampunnnn.... ternyata Kuburan Band... Terus terang lagu Si Komo pun jadi terdengar jauh lebih kreatif... Dan herannya, dari pagi sampai malam, entah itu di TV, radio, di Mal, warung pinggir jalan, pasar malam sampai anak anak bawa kecrekan menyanyikan lagu ini
Lalu salah siapa? Kalau pencitraan sudah lebih penting dan lebih diberi bobot daripada kualitas dan bobot itu sendiri... Di dalam dunia pencitraan, Manohara jelas di pihak yang dianiaya, padahal dia melarikan diri, bukan hanya dari suami-nya yang sah, tapi juga dari visum, yang seharusnya bisa membuktikan bahwa dia memang teraniaya. Buat apa cape cape visum kalau tanpa itu pun masyarakat sudah simpati. Terbukti Manohara sudah 'meningkatkan' statusnya dari model, menjadi 'artis'. Ia laku jadi bintang tamu di mana mana. Jangan jangan setelah visum malah ketahuan berbohong, well, who knows...
Dunia pencitraan juga langsung memenangkan Ibu Prita dan memvonis RS Omni bahkan sebelum putusan pengadilan. Bukannya gue ngga simpati sama Ibu Prita... gue juga bergetar mengetahui perlakuan tidak adil terhadap sebuah curhat biasa kepada teman teman dekat. "RS Omni juga tutup tuh 2 bulan lagi" canda seorang teman, yang makin hari, makin jelas menjadi tak sekedar bercandaan.
Di dunia pencitraan jugalah facebook (FB) bisa begitu berkibar... "lagi macet" "goreng telor" "patah hati" "lagi kitik kitik si kecil" "ngantuk berat" adalah segelintir contoh hal hal ngga penting yang ditulis orang di FB berharap diperhatikan dengan diberi komentar... Padahal kalau di pikir pikir, pernahkan Jakarta ngga macet di jam pulang kantor? Atau apa ngga gosong tuh telor digoreng sambil main FB? Kitik si kecil? pake blackberry? Sampai hari ini gue ngga mau nyentuh blackberry (baca: pelit atau ngga mampu? ), supaya ngga ikut ikutan menjadi 'ngga penting'.
Pencitraan menjadi jauh lebih penting dan krusial kalau sudah bicara kampanye capres - cawapres. Mega-Pro, SBY Berbudi, dan JK-Win, adalah singkatan singkatan yang sangat tidak penting, tapi bisa jadi amat menentukan dalam meraih suara. Seorang pemilih di Indonesia, most probably tidak akan mencari tau siapakah A, B, C, apakah bobotnya, prestasinya, programnya? Asalkan ia terdengar enak, terlihat bagus, senyumnya sumringah di poster dan kaos, sering muncul di TV, suara lantang, bisa jadi itulah ukuran yang dipakai most voters di negeri kita Hal ini menjadi nyata (bukan semata asumsi gue), kalau menengok ke komposisi anggota DPR baru kita yang sebagian besar adalah artis.
Menurut gue, dengan capres cawapres yang ada, tidak ada gunanya Pemilu, sama saja, tidak ada hal baru dan jangan berharap banyak pada perubahan, apalagi perubahan ke arah yang lebih baik. Seperti gue berharap ada sesuatu yang lain dan lebih dari Kuburan band, ternyata hanya dagelan yang lebih mahal di make-up ketimbang Changcuters. Tidak ada gunanya Pemilu kalau pendompleng BLBI masih leluasa bahkan masih jadi 'bos'; Lapindo tersenyum karena bisa 'mengatur' pemerintah mana mana saja daerah yang menjadi tanggungan dia, sisanya ditanggung pemerintah; dan, Pemda melalui Satpol PP masih 'membunuhi' rakyatnya sendiri; masih miris melihat pertumbuhan mal dan tempat hiburan lebih pesat daripada sekolah; Pelayan publik masih belum berpihak pada publik; hujan sedikit Jakarta macet berjam jam karena banjir; Pesawat TNI berjatuhan satu per satu; anak anak di Bangka lebih suka menambang timah daripada melanjutkan sekolah, sementara bekas galian timah meninggalkan kerusakan alam yang tidak ditanggulangi; Pariwisata Indonesia masih kalah dari Malaysia yang ngga ada apa apanya; have no clue apa yang dilakukan dengan uang pajak yang gue setor tiap bulan; dan bla bla bla yang lain.
Wualah... sampai lupa gue awalnya cuma ngomongin Kuburan band, malah ngalor ngidul ke mana mana. OK, kembali ke Kuburan band. Guys, tulisan ini tidak bermaksud meremehkan kalian. Sama sekali ngga ada niatan itu. Malah, gue acungkan 2 jempol dan beri aplius buat mereka. Di tengah dunia pencitraan yang semakin kental dan penting, mereka dengan sangat jeli melihat peluang pasar, dan memberi apa yang pasar inginkan... citra... kualitas? no 2 lah.... tas kulit dan parfum aja ada KW nya kok
Toeuweuweu.... Pas liat di telivisi, duh... lagunya siapa sih nih, kok kayak lagu anak anak... liriknya pun terkesan seadanya cuma "lupa inget lupa inget C Am Dm ke G ke C lagi" dan bla bla bla... pas nengok, ya ampunnnn.... ternyata Kuburan Band... Terus terang lagu Si Komo pun jadi terdengar jauh lebih kreatif... Dan herannya, dari pagi sampai malam, entah itu di TV, radio, di Mal, warung pinggir jalan, pasar malam sampai anak anak bawa kecrekan menyanyikan lagu ini
Lalu salah siapa? Kalau pencitraan sudah lebih penting dan lebih diberi bobot daripada kualitas dan bobot itu sendiri... Di dalam dunia pencitraan, Manohara jelas di pihak yang dianiaya, padahal dia melarikan diri, bukan hanya dari suami-nya yang sah, tapi juga dari visum, yang seharusnya bisa membuktikan bahwa dia memang teraniaya. Buat apa cape cape visum kalau tanpa itu pun masyarakat sudah simpati. Terbukti Manohara sudah 'meningkatkan' statusnya dari model, menjadi 'artis'. Ia laku jadi bintang tamu di mana mana. Jangan jangan setelah visum malah ketahuan berbohong, well, who knows...
Dunia pencitraan juga langsung memenangkan Ibu Prita dan memvonis RS Omni bahkan sebelum putusan pengadilan. Bukannya gue ngga simpati sama Ibu Prita... gue juga bergetar mengetahui perlakuan tidak adil terhadap sebuah curhat biasa kepada teman teman dekat. "RS Omni juga tutup tuh 2 bulan lagi" canda seorang teman, yang makin hari, makin jelas menjadi tak sekedar bercandaan.
Di dunia pencitraan jugalah facebook (FB) bisa begitu berkibar... "lagi macet" "goreng telor" "patah hati" "lagi kitik kitik si kecil" "ngantuk berat" adalah segelintir contoh hal hal ngga penting yang ditulis orang di FB berharap diperhatikan dengan diberi komentar... Padahal kalau di pikir pikir, pernahkan Jakarta ngga macet di jam pulang kantor? Atau apa ngga gosong tuh telor digoreng sambil main FB? Kitik si kecil? pake blackberry? Sampai hari ini gue ngga mau nyentuh blackberry (baca: pelit atau ngga mampu? ), supaya ngga ikut ikutan menjadi 'ngga penting'.
Pencitraan menjadi jauh lebih penting dan krusial kalau sudah bicara kampanye capres - cawapres. Mega-Pro, SBY Berbudi, dan JK-Win, adalah singkatan singkatan yang sangat tidak penting, tapi bisa jadi amat menentukan dalam meraih suara. Seorang pemilih di Indonesia, most probably tidak akan mencari tau siapakah A, B, C, apakah bobotnya, prestasinya, programnya? Asalkan ia terdengar enak, terlihat bagus, senyumnya sumringah di poster dan kaos, sering muncul di TV, suara lantang, bisa jadi itulah ukuran yang dipakai most voters di negeri kita Hal ini menjadi nyata (bukan semata asumsi gue), kalau menengok ke komposisi anggota DPR baru kita yang sebagian besar adalah artis.
Menurut gue, dengan capres cawapres yang ada, tidak ada gunanya Pemilu, sama saja, tidak ada hal baru dan jangan berharap banyak pada perubahan, apalagi perubahan ke arah yang lebih baik. Seperti gue berharap ada sesuatu yang lain dan lebih dari Kuburan band, ternyata hanya dagelan yang lebih mahal di make-up ketimbang Changcuters. Tidak ada gunanya Pemilu kalau pendompleng BLBI masih leluasa bahkan masih jadi 'bos'; Lapindo tersenyum karena bisa 'mengatur' pemerintah mana mana saja daerah yang menjadi tanggungan dia, sisanya ditanggung pemerintah; dan, Pemda melalui Satpol PP masih 'membunuhi' rakyatnya sendiri; masih miris melihat pertumbuhan mal dan tempat hiburan lebih pesat daripada sekolah; Pelayan publik masih belum berpihak pada publik; hujan sedikit Jakarta macet berjam jam karena banjir; Pesawat TNI berjatuhan satu per satu; anak anak di Bangka lebih suka menambang timah daripada melanjutkan sekolah, sementara bekas galian timah meninggalkan kerusakan alam yang tidak ditanggulangi; Pariwisata Indonesia masih kalah dari Malaysia yang ngga ada apa apanya; have no clue apa yang dilakukan dengan uang pajak yang gue setor tiap bulan; dan bla bla bla yang lain.
Wualah... sampai lupa gue awalnya cuma ngomongin Kuburan band, malah ngalor ngidul ke mana mana. OK, kembali ke Kuburan band. Guys, tulisan ini tidak bermaksud meremehkan kalian. Sama sekali ngga ada niatan itu. Malah, gue acungkan 2 jempol dan beri aplius buat mereka. Di tengah dunia pencitraan yang semakin kental dan penting, mereka dengan sangat jeli melihat peluang pasar, dan memberi apa yang pasar inginkan... citra... kualitas? no 2 lah.... tas kulit dan parfum aja ada KW nya kok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar