Sudah sejak ke Jakarta terakhir (Imle) yang lalu Papa mengeluhkan mata kirinya yang sudah sangat rabun malah menjurus tidak bisa melihat. Dan sejak sebulan yang lalu, meminta kita untuk carikan dokter mata apa yang bagus di Jakarta. Sampai membatalkan niatnya untuk jalan jalan Jogja - Solo - Semarang (habis denger cerita gue jalan ke Semarang, Papa bersemangat bener ).
Nah, dari rencana semula mau datang setelah cengbeng (sembahyang kubur) di Bangka, jadwalnya maju, karena Om (MinPak, Koko-nya Papa, juga dari Belinyu) tiba tiba sakit keras dan di opname di Jakarta. Karena suatu peristiwa, Om yang lain (KongSuk, adik Papa yang di Jakarta) meminta Papa datang, karena Kokonya itu bandel dan ngambek dan hampir kehilangan semangat untuk sembuh. Maka datanglah Papa 2 hari sebelum cengbeng, bersama istri MinPak dari Bandara langsung menuju RS Sumber Waras. Menyusul Mama pas setelah sembahyang (hari H setelah sembahyang). Gue lupa entah Senin or Selasanya Papa operasi (soalnya Khioko) yang antar.
Akhirnya operasi di JEC Menteng dengan dokter Donny (anaknya dokter mata terkenal, Istiantoro, dokternya muka arab gitu dan masih muda, mirip mirip pesintron ). Biaya operasi beberapa menit itu menghabiskan biaya sepuluh juta
Waktu kontrol mata Papa dinyatakan bagus dan ngga ada masalah serius. Papa mengeluhkan adanya sesuatu seperti benang yang goyang goyang di dalam matanya. Kata dokter itu agar agar di dalam mata yang belum stabil. Setiap mata kita ada agar agar (pengisi) yang, jika sudah berumur, memang agak mencair. Benang bekas operasi belum bisa dicabut, masih harus menunggu sebulan. Mustinya operasi katarak tidak membedah dan tidak perlu jahit jika belum parah. Papa dibolehkan datang lagi kapan saja, mau 2 minggu, mau sebulan, mau 3 bulan... Karena dokternya tau Papa dari daerah, maka dikasih keleluasaan. Resep untuk mata + baru akan dikasih pada waktu itu. Hasil tes mata Papa +2, tapi kata dokter masih bisa naik turun karena kondisi mata belum stabil.
Abis keluar ruangan dokter Papa lega banget. Sebelumnya tampak tegang sekali. Sampai minta gue yang temenin masuk karena takut tegang jadinya ngga nyimak kata kata dokter. Begitu selesai, dia ceria banget. Hanya tinggal tetes mata 3 kali sehari aja. Mata Papa masih merah sih, tapi kata dokter ngga apa apa. SEMUA BAIK BAIK SAJA...
Malamnya nengokin Om (MinPak) di rumah anaknya di Melati Mas, Serpong. APAK tampak jauh lebih sehat dari semula yang pucat banget. HB sampai tinggal 3.5 dan sempat tak sadarkan diri, setengah sadar seperti orang kurang waras. Waktu masuk RS Sumber Waras, Papa sempat protes, kenapa lu orang masukin ke RS begini? Setelah dijelaskan baru bisa terima
Tapi APAK masih jauh dari sembuh. Penyakitnya rada berat, ULKUS, lambung luka / robek. Setelah pengobatan ULKUS selesai, masih ada PROSTAT mengantri. Tapi melihat dari wajahnya yang sudah berwarna dan setelah 10 kantung darah (gol O) di RS Sumber Waras, kini bisa rawat jalan dan punya semangat optimis untuk sembuh.
Papa menjadi lega. Matanya OK, Kokonya pun mulai membaik kondisinya. Papa memutuskan kembali ke Bangka Rabu, 22 April 2009 ini Datang lagi, Kelly sudah merangkak, kata Mama
Malam di RS Sumber Waras pas jenguk MinPak, rasa kasihan dan sedih gue terbalut rasa syukur. Memandangi orangtua sendiri yang masih segar bugar sehat walafiat. Papa, tahun depan genap 60 tahun. Mama bahkan Feb lalu sudah merayakan tahun emas + 10. Dan sebagai keluarga yang pernah kehilangan anggotanya, kita tau benar arti bersyukur atas kesempatan dan kebersamaan ini. Makanya, waktu, pada saat mereka datang ke Jakarta, gue dedikasikan untuk mereka. Everyday is a celebration, setiap ada kesempatan, kita kumpul, makan dan ngobrol. For I know someday I will lose them, but before I kneel at their graves crying, I shall laugh with them, hug them, and show them how much I love and thankfull.
Sejak punya Kelly, gue jadi tau bagaimana perasaan orangtua terhadap anaknya. Dan betapa sakitnya hati mereka waktu gue membantah, berbohong dan lari dari mereka. Waktunya menebus sakit hati itu selagi sempat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar