10 Februari 2010

E 'do 'do E' ... Torang di MANADO !!!

Sengaja gue pilih penerbangan paling awal dan langsung menuju Manado, agar tidak sia sia waktu perjalanan yang bisa saja memakan waktu satu harian. Daripada buang waktu di jalan, mending mengisi waktu melihat Tarsius, Danau Linow, Patung Yesus, dan menikmati Kepala Ikan Bakar Sukur Jaya J

Jam 3.30 pagi dari rumah, untuk ‘menangkap’ pesawat Lion jam 5 direct flight ke Manado. All goes smooth, sesaat sebelum tiba di Manado, disambut pemandangan pulau Bunaken dan Gunung Manado Tua dari jendela pesawat.

Tiba di Bandara International Sam Ratulangi, disambut “Salam Baku Dapa” dari iklan Telkomsel. Apa itu artinya gue ngga tau dan lupa tanya sama orang Manado. Di bangunan luar bandara, ada tulisan “Sitou Timou Tumou Tou”, nah yg ini gue tau, pernah dijelasin sama Pak Jimmy waktu berkunjung tahun 2007 yg lalu, artinya : Manusia menjadi Manusia karena Memanusiakan orang lain. Dalem…

Trus nemu juga, spanduk kecil bertulis…. Nama gue !! hehehe, dari Maya Tour (tour lokal) karena gue booking 1 mobil Inova seharga 475ribu untuk seharian, termasuk sopir dan bensin, all in.

Nasi Kuning SAROJA

Sampai di Manado, sudah jam 9 lewat… penerbangan makan waktu 3 jam, dan waktu Manado lebih cepat 1 jam daripada Jakarta. Hal pertama yang terlintas di benak gue adalah “nasi kuning Saroja”! Tapi mampir hotel dulu untuk tarok tarok barang sebelum lanjut petualangan hari ini.

Hotel Sintesa Peninsula, tempat gue akan menginap beberapa hari kedepan di Manado, konon adalah hotel termahal di Manado, tempat Kepala Negara (SBY) menginap waktu acara Sail Bunaken, Agustus tahun lalu. Bintang 5 dengan view yang cukup memukau. Hanya saja, sayang sekali, tempat tidurnya (untuk yang sharing), kecil banget, hati hati bagi yang suka bolak balik badan pas tidur. Bisa bisa bangun bangun sudah ngga di kasur melainkan di lantai, dan sudah ada kejadian menimpa teman yg badannya besar he he he. Lha, siapa suruh book kamar yang paling murah…

Nasi Kuning Saroja, tanpa ragu gue menjadikan tempat ini sebagai first wiskul gue di Manado. Emang udah terkenal banget, dan gue pernah kesini 2007 yg silam dan masih inget betapa gurih nasi kuningnya, abon ikan dan potongan daging sapi asap, serta krispi kentang yg aduhai. Ditambah lagi dengan sambal-nya, lengkap sudah kenikmatan pertama di Manado hari ini.

Si Imoet TARSIUS

Sesudah puas dan kenyang dengan wiskul perdana hari ini, perjalanan dilanjutkan menuju kota pelabuhan BITUNG, untuk ke Taman Margasatwa Tandurusa. Buat apa jauh jauh ke Manado kok datang liat ‘kebun binatang’? emangnya di Jakarta ngga ada? He he he, itulah kelebihannya ‘kebun binatang’ yang satu ini, ada 2 hal disini yang ngga akan ketemu di tempat lain: TARSIUS & ANOA (Babi Rusa).

Alasan kedua gue memilih kesini karena waktu 2007 yang lalu, belum sempat melihat binatang kecil nan imoet ini. Waktu itu hanya sempat ke Bunaken (dan Siladen) – hanya subsea, ngga snorkeling. Yang arah Minahasa (highland) hanya ke Danau Tondano dan Bukit Kasih. Jadi basically ada 2 jenis wisata di Manado: Laut (pantai) dan Gunung (highland). Makanya tahun ini, yang belum sempat gue sambangi 3 tahun silam, akan coba gue penuhi tahun ini.

Liat deh binatang kecil nan imoet ini bergelayutan di pohon… Ngga sia sia rasanya menempuh perjalanan hampir 2 jam dari Manado (harusnya bisa lebih cepat kalau saja sopirnya bisa jalan diatas 60km per jam – tipical orang Manado!). Primata terkecil (tingginya hanya +- 15cm)yang hanya bisa di temui di Indonesia (lebih spesifik lagi: Sulawesi), adalah binatang malam, tapi disini siklus hidupnya udah terganggu. Semuanya ada 7 ekor (4 pasang minus satu, barusan meninggal). Konon, tarsius ini adalah mahluk monogami yang paling setia. Hampir bisa dipastikan, pasangannya akan ikut mati ngga lama setelah ditinggal sama soul-mate-nya. Ini yang namanya sehidup semati…

Kalau mau melihat binatang ini di habitat aslinya juga bisa. Yaitu ke Taman Nasional Tangkoko, letaknya di Gunung Tangkoko, sekitar 2 jam lagi dari Bitung. Liat nya ngga bisa siang karena di habitat asli, Tarsius keluarnya hanya malam hari (untuk mencari serangga). Istilahnya ‘mengintai’ tarsius. Menurut info dari internet, yang bisa dilihat pun hanya 1 kelompok saja (di satu pohon) karena mereka yg terbiasa di ‘intai’ manusia.

Taman Margasatwa Tandurusa di Bitung ini ngga cuma punya Tarsius. Terdapat hewan hewan lainnya yang tak kalah unik, misalnya Anoa. Disebut juga babi rusa karena bentuknya seperti babi, namun bertanduk spt rusa. Sebenarnya sih bukan tanduk, tapi taring yang menyembul ke atas kepala menyerupai tanduk. Perhatikan Anoa di foto ini (satu2nya koleksi taman tsb), taringnya sudah dipotong, karena menurut penjelasan bapak pemandu, kalau ngga dipotong, ‘tanduk’ itu akan terus menghujam kepala si empunya tanduk, sampai akhirnya dia meninggal. Kasian ya… kutukan tanduk sendiri…

Selain Tarsius dan Anoa, ada juga Kuskus, musang, bajing loncat, berbagai kera, ular,macam macam burung, buaya, burung onta, dan babi hutan alias celeng. Yg imoet imoet juga adalah bajing loncat (beda banget imej-nya sama julukan buat pembegal di Pantura). Hewan ini penakut banget, mereka bergerombol saling dempetan dan kepalanya selalu di-umpetin. Beruntung dapet foto salah satunya lagi ‘pose’.

Ohya, ada biaya untuk masuk dan jasa ‘tour guide’di sini: IDR 25K per mobil. Hitungannya per mobil.

Makam Kuno WARUGA

Selesai dari Bitung kembali lagi ke arah Manado, tapi sebelum sampai Manado, berbelok ke arah Tomohon. Kalau Bitung adalah kota pelabuhan (yang amat sangat bersih dan asri), Tomohon adalah pegunungan yg sejuk. Penduduk asli Bitung adalah orang Sangir / Talaud, yang mostly adalah pelaut. Walaupun pelaut, perawakan mereka ngga hitam hitam, tapi malah cenderung agak ‘indo’ karena campuran Belanda. Sedangkan di Tomohon penduduk aslinya orang Minahasa, yang kalau diperhatikan lebih mirip orang Chinese, dengan mata yg agak menyipit, kulitnya juga putih.

Di tengah jalan, mampir dulu ke Makam Batu Waruga. Ini juga salah satu objek wisata yang 2007 silam terlewatkan. Makam makam ini berasal dari sebelum tahun 1877.

Sebelum 1877, makam makam ini di letakkan di depan rumah, dan turun temurun digunakan untuk mengubur sanak keluarga yang meninggal. Berapa kali digunakan/berapa leluhur yang dimasukkan di Waruga, ditandai dengan berapa banyak garis yang ada di atapnya. Spt gambar diatas itu, berarti sudah 5 leluhur yang dikuburkan di dalamnya.

Nah, ceritanya, pada tahun 1877 itu terjadi wabah kolera berat. Disinyalir berasal dari jasad di dalam Waruga yang tidak tertutup rapat/retak dll, dank arena ‘makam’ itu diletakkan di dekat rumah. Maka, oleh pemerintah Hindia Belanda, tahun 1877, semua Waruga di kumpulkan (totalnya 144 buah) di satu tempat yang sekarang menjadi objek wisata cukup popular. Ratu Beatrix dari Belanda pernah mengunjungi tempat ini. Ohya, selain makam orang Minahasa, ada juga makam orang Portugis dan Belanda, dilihat dari ornamen di atap makamnya.

Setelah liat liat ditemani penjaga makamnya, trus diajak untuk mengisi buku tamu. Eh, ternyata ‘minta sumbangan’, dan ngga enak kalo ngasihnya dikit, soalnya bukunya isinya diatas 100ribu semua. Terpaksa deh 50ribu melayang L Tapi ngga apa apa, namanya juga lagi wisata, dinikmati aja J

Kepala Ikan Bakar SUKUR JAYA

Abis dari Waruga, jam udah menunjukkan hampir jam 3 sore… nasi kuning santapan tadi pagi pun pelan pelan hilang rasanya dari perut. Waktunya perut di isi lagi. Dan tak begitu jauh dari lokasi Waruga, tepatnya di Airmadidi, ada satu tempat makan yang uapik banget, dan tak boleh dilewatkan… Kepala Ikan Bakar, SUKUR JAYA.

Kepingin banget ke tempat ini bukan karena belum pernah… Tahun 2007 pernah mencicipi tapi di cabangnya di Bulevard. Waktu itu kepala ikan kakap Jumbo yang besarnya segede setir Kijang Inova. Dihabiskan sendirian, sampai eneg eneg J Berbekal memori indah itu, kali ini terngiang ngiang untuk datang mencicipi lagi.

Deng….!!! Kabar buruk… Kepala Ikannya habis… walah… jauh jauh kok bisa kehabisan. Udah kepingin pergi cari makan di tempat lain aja rasanya. Pengennya cuma kepala ikan sih… Eh, si pelayan kasak kusuk, akhirnya dapet juga dia yg ukuran Jumbo… OMG jumbo again? Tapi, siapa takut hehehe, yang penting kesampaian kepala ikan bakar ini…

Puas… tapi kepuasan ada harganya: IDR 75K untuk kepala ikan jumbo itu..., total dengan nasi dan jeruk hampir 100ribu.

Danau LINOW

2007 yang silam, danau ini belum menjadi objek wisata. Baru sejak 2 tahun yang lalu, dijadikan salah satu tujuan wisata Sulut. Sampai sekarang pun masih sedang dibangun penginapan berupa cottage. Sekarang baru ada 2 café yang menyediakan the/kopi dan snacks. Uang masuk IDR 30K per orang, sudah termasuk the/kopi dan 2 potong cookies.

Tempatnya sejuk, namanya juga di pegunungan… Katanya sih danaunya ada 3 warna tergantung sudut pandang kita. Bisa berubah warna begitu karena unsure belerangnya yang tinggi. Di salah satu sudut, airnya bahkan menyemburkan uap seperti mendidih.

Masih sangat asri, bahkan suara dengung tawon terdengar jelas. Tapi bagi yang suka alergi sama serangga, siap siap bawa obat nyamuk, soalnya banyak banget serangga liar berkeliaran dengan berbagai bentuk dan ukuran. Laba laba hutan juga bertebaran di mana mana.

Dan yang amat sangat disayangkan adalah tempat ini tutup jam 5 sore, woalah… baru nyampe sekitar jam 4, baru bersantai santai… eh, sudah mau ‘diusir’. Ya sudah apa boleh buat. Padahal, menurut sopir yang ngantar, kalo lagi sunset, bagus banget. Dia pernah nganterin wisman asal Jepang yang ngga mau pulang pulang sampai disana.

Dari Danau Linow ini berakhir lah tour satu hari Bitung dan Tomohon. Untuk sewa mobil IDR 475ribu termasuk sopir dan bensin (all in). Karena sopirnya baik hati dan sabar, gue kasih tips IDR 50K. Sebenarnya masih ada tempat wisata lain yang dekat dekat sini: Air terjun Tino’or, Bukti Kasih, dan Danau Tondano. 2 yang terakhir sudah pernah tahun 2007. Air terjun Tino’or gue urungkan karena katanya masih jauh tempatnya dan menuruni ratusan anak tangga. Kepikir deh pas baliknya harus mendaki kembali ratusan anak tangga… hoaaaa… ngga jadi!

Monumen Yesus Memberkati

Ohya, pas balik ke Manado, jam 6an sore, sempat ke perumahan Citraland, untuk melihat Patung Yesus Memberkati. 2007 silam, patung ini baru selesai separohnya. Sempet foto juga disana.

Wisata Kuliner MANADO in ONE NIGHT !

Dan ini adalah the best part! Balik ke Hotel Peninsula di Manado, rombongan dari kantor sudah siap bergerak ke Tomohon (lha, gue baru aja dari Tomohon…) Ada 4 bus rombongan team Sales menuju Tomohon untuk Welcome Dinner di vila milik distributor kita. Langsung aja gue masuk bus dan berangkat…

Disana disuguhkan tari tarian dan lagu daerah Manado… Dan sajian makanannya yang ngga tahan… Rasanya kumplit sudah wisata kuliner Manado malam itu: mulai dari kaki 4, kaki 2 dan yang tidak berkaki, dari yang terbang sampai yang merayap ada di sana. Babi panggang, paniki, tikus, ular, er we (anjing), sate babi (ragey), sate ayam, ayam, kerang air tawar (siput) dan ikan, semua komplit plit dengan sambel dabu dabu dan sambel merah yang puedesnya pol.... Belum lagi klapertart, pudding dan segala buah buahan yang amat segar, mangga dari kebun yang manis dan wangi banget. Ada juga TUAK (arak Manado) dan FREE FLOW BEER…

Sampai ada seorang teman yang menggambarkan suasana malam tersebut seperti di SURGA, katanya… tidak perlu kerja, ketawa ketiwi, disuguhi lagu dan tari tarian, makan enak, dan minum sepuasnya… Seperti ucapan orang Manado… E do do E… Torang di Manado Jo !

Next post: BUNAKEN ! dan oleh oleh khas MANADO !(seminar yg membosankan skip aja ya J)