28 Februari 2009

Makassar, “Welcome to the Paradise”

MP3 di telinga gue lagi ngumandangin lagu “Welcome to my Paradise” ketika samar samar terlihat kota Makassar dari balik jendela pesawat. Selama seminggu gue disini, memang, ini salah satu “Paradise” di Indonesia !

16 – 20 February 2009

Menginjakkan kaki di bumi Makassar lewat pintu gerbangnya, bandara Hasanuddin, sudah terasa lain. Bandara baru itu berkesan megah dan bersih. Lihat day one Makassar. Gue langsung jump cerita ke hari berikutnya aja ya.

Bangun pagi di atas selat Makassar… wuahh… terdengar eksotis ya… Begitulah, pagi itu beranjak dari kamar 606 Hotel Pantai Gapura, persisnya bungalow yang menjorok ke laut. Hotel yang pantas direkomendasikan. Dan pasti akan balik ke sini lagi, bersama keluarga, one day.


Makan pagi di hotel. Restaurant Pinishi tempat bersantap pagi itu dibuat menyerupai kapal, berwarna putih dan menjorok ke laut. Persis disamping restaurant itu, bisa melihat aktivitas penduduk yang hilir mudik dari Pulau Lae Lae ke Makassar. Pagi itu beberapa perahu ukuran sedang merapat, membawa banyak warga Lae Lae yang akan memulai aktivitas mereka di kota (Makassar).


Tidak banyak yang bersantap pagi itu, banyak meja yang kosong. Santapannya pun tak banyak pilihan, hanya roti, prasmanan dan bubur. Yang unik mungkin nasi kuning khas Sulawesi dan sop merah (asal Jawa Timur??). Tulisannya sih sop kacang merah. Memang ada kacang merahnya dan daging. Nasi kuning dimakan dengan teri goreng, kacang tanah, tahu, tempe dan telor rebus.


Mendapati makan pagi yang biasa aja di hotel, gue bertekat makan pagi di luar aja, bareng teman teman kantor Makassar. Nyari makanan khas yang lebih otentik dan pastinya, lebih menggigit.

Di kantor, disuguhi penganan ringan yang kata mereka ‘khas Makassar’, tapi jelas bohong :_P Bukan maksud mereka untuk bohong sih, memang ada nama khusus yang mereka sebut untuk pastel dan lumpia semarang, yang gue lupa namanya.


Siangnya, gue diajak makan kepala ikan di RM Ulu Juku. Resto ini memang specialist kepala ikan. Bangunan RM nya agak tua, tapi pengunjungnya ramai sekali. Gue pesan Pallumara Sunu. Sunu dalam bahasa Makassar adalah ikan kerapu. Sementara Ulu = Kepala, dan Juku = ikan. Kalo Pallumara itu cara masaknya. Ada juga pilihan gulai, goreng atau goreng tepung. Tapi gue pilih pallumara, simply because gue belum pernah denger aja. Tapi ternyata ngga salah pilih lho, enak, kenyal dan gurih. Makan ikan kerapu seperti makan kikil, namun dengan tanpa merasa berdosa (kikil = kolesterol tinggi). Sementara kuahnya muantab. Asem, pedas dan segar. Begitu juga dengan ikannya. Ikan di Makassar ngga ada yang amis, semuanya segar.


Soal harga pun sedikit mengejutkan. Hanya 20k untuk Sunu dan Kakap Putih dan 22k untuk Kakap Merah. Ngga heran, sebab kepala ikan tak lain adalah limbah ekspor. Ikan di Makassar sudah tanpa kepala saat dikirim ke Jepang, Australia, dan Negara lainnya. Baca juga tentang Ulu Juku di sini.

Selesai makan, gue ditawari ke Forth Rotterdam. Wah gue langsung mengiyakan. Sayang banget, kalo ke Makassar ngga singgah sebentar ke bangunan peninggalan bersejarah itu.


Masuk, langsung disambut seorang guide yang menawarkan jasanya. Oke, kita juga kepingin tau lebih banyak, bahkan Deddy dan Irianto yang notabene sudah lama si Makassar, jarang jarang ke situ. Pak Gun yang asli Madura, juga bukan baru di Makassar, walaupun baru 6 bulan setelah sempat 4 tahun di Semarang. Dulu beliau sudah tugas di Makassar lebih dari 7 tahun.

Menarik, memang. Bagunan itu merupakan saksi sejarah bahkan sejak sebelum Belanda datang ke Indonesia. Benteng Pananyua dan Ujung Pandang nama lamanya. Dinamakan begitu, sebab ia berada di ujung (dekat laut) yang banyak pohon Pandan-nya (pada masa itu). Nah, lidah orang Makassar menyebutnya Ujung Pandang (dengan ‘ng’ dibelakang). Sedangkan Pananyua dalam bahasa Makassar berarti penyu, dan memang bentuk benteng ini menyerupai seekor penyu yang menghadap ke laut.


Disini ada yang jual mata uang Gulden jaman dulu, mahal, yang bagus 50k, yang agak hitam tergerus 18k. Pak Gun malah beliin gue satu yang 50k. Bagus juga untuk kenang kenangan :_) walaupun diragukan keasliannya.


Sempat ada satu kenyataan lucu yang membuat kita tertawa miris. Dikatakan oleh guide bahwa jaman dulu, Belanda itu pasukannya ngga pernah banyak. Yang turun hanya komandan komandannya saja. Sisanya dia pakai tenaga lokal untuk berperang. Pak Gun langsung nyeletuk, “sekarang juga, Belandanya cuma 2, tapi yang diperintah banyak” merefer pada kantor tempat kita bekerja sekarang ini :_P

Fort Rotterdam – baca dan liat gambarnya di sini

Malamnya habis pulang kerja. Kita mampir untuk makan malam di Restaurant Surya Super Crab, yang menu andalannya adalah kepiting super. Pesanan kita kepiting lada hitam, kepiting saos (merah) dan kepiting soka. Untuk appetizer-nya, sop tom yam. Gue pilih markisa – terong belanda untuk minumannya. Dikatakan ini khas Makassar, kok mirip mirip di Medan ya?

Seperti biasa, makanan pembuka-nya otak otak. Yang ini lebih ramping daripada yang kita makan di Ratu Gurih (malam pertama di Makassar).


Tom Yam-nya not bad, udangnya besar besar dan ngga pelit. Begitu juga dengan ikannya. Namun rasa kecutnya berbeda dengan Tom Yam pada umumnya, karena dia menggunakan nanas untuk membangkitkan rasa asamnya itu. Jadi mirip lempah kuning di Bangka.


Kepiting soka-nya biasa. Ngga ada yang bisa ngalahin yang di Pondok Laguna (Jakarta). Tapi untungnya yang namanya Lada Hitam dan Saos Merah enak banget. Jujur, bukan bumbunya sih yang membuat dia enak atau ngga, tapi kepitingnya itself ! Enak banget, lembut, gurih dan wangi. RM Surya ini rekomendasi semua orang kantor Jakarta yang pernah ke Makassar. Memang pantas untuk direkomendasikan.


Malamnya tidur di atas selat Makassar lagi :_P

Keesokan paginya, seperti yang gue ingin kemaren, makan pagi di luar hotel. Maka dibawalah gue ke China Town Makassar untuk makan bubur Makassar. Nama tempatnya Aan Ping Lao. Terkenal juga dengan mie pangsitnya. Namun gue pilih bubur, pengen cobain yang namanya bubur Makassar. Mie pangsitnya mungkin lain hari (namun sampai hari terakhir belum kesampaian). Di depannya gerai bubur ini, ada toko Cahaya, yang terkenal sebagai pusat oleh oleh dari Makassar.


Bubur Makassar, tadinya kirain kayak bubur Manado yang isi sayuran, ternyata beda. Ada pilihan ayam dan babi. Gue pilih babi. Mirip bubur Chinese pada umumnya, hanya saja babinya sudah dimasak bersama bubur. Beda sama bubur di Jakarta yang ayam/babinya terpisah, dipesan, baru dicampur. Yang sama yaitu dikasih cakue, tongcai, bawang goreng dan daun bawang. Tambahkan sedikit merica, rasanya sedap sekali. Ohya, ada tambahan telor ayam mentahnya juga. Sementara yang lainnya pesan mie pangsit. Ngiler juga sih.

Siangnya di kantor, gue disuguhi kacang disko (kacang rempah nama Makassarnya). Kacang dibalur dengan tepung goreng. Ada rasa sedikit pedas. Entah kenapa dinamakan kacang disko.


Siangnya, gue diantar ke RM Paotere di pinggir laut. Restaurant ini begitu terkenal sejak disinggahi Presiden SBY beserta ibu Ani. Kabarnya, si empunya restaurant sampai renovasi toilet khusus menyambut orang no 1 RI tersebut.


Di depan resto, sudah wangi tercium aroma ikan, udang dan cumi panggang. Pilih pilih ikan, langsung nyari tempat. Di dalam sudah ramai sekali. Di depannya ada 3 orang pengamen, salah satu diantaranya masih anak anak. Membawakan lagu Inggris maupun Indonesia bagus sekali. Untuk mengapresiasi mereka, gue kasih 10,000 ke dalam kotaknya.

Ngga berapa lama nunggu, yang datang duluan sop usus pesanan Deddy. Ini bukan usus sembarang usus, ini isinya usus ikan bandeng. Gue ikut nyicip karena pengen pesen satu lagi ternyata udah habis. Rasanya enak, walaupun agak agak pahit empedu ikan. Kuahnya pun gurih.


Tak berapa lama, datang semangkok kuah yang mirip dengan sayur lodeh. Isinya kacang panjang dan kol yang diberi santan segar, warna kuah nya masih putih. Ini adalah teman makan ikan bakar, semua yang dimeja masing masing dapat 1 mangkok. Juga untuk cocolannya dikeluarkan saos kacang dan cabe. Waktu gue pakai buat cocol otak otak, malah diketawain mereka, katanya itu buat ikan, untuk otak otak ini nih. Disodorin saos merah kental seperti biasanya.


Ikan bandengnya datang. Bersamaan dengan udang dan cumi putih. Seperti biasa, ikan bakar di Makassar tanpa bumbu, tapi sudah enak banget. Dan cumi putihnya itu juga gurih dan garing. Tidak kenyal. Mirip dengan cumi bangka. Seperti biasa, semuanya itu lebih sedep kalo diperaskan jeruk nipis diatasnya.

Sorenya, pas balik ke hotel masih belum malam, baru hampir jam 6. Masih ada waktu buat liat sunset nih. Kebetulan, Hotel Pantai Gapura ini menghadap laut. Tapi sebelumnya gue minta pindah kamar dulu. Rate 675k semalam di bungalow rasanya terlalu tinggi, dan cukuplah 2 malam gue merasakan eksotisme tidur di atas laut :_P Malam ini gue pindah ke kamar superior aja yang 475k. Yang deluxe 425k. Sedangkan yg bungalow tidak menghadap laut 625k. Itu semua harga paket Valentine. Published rate paling malah 1 jutaan, weleh…


Sunset di Losari memang luar biasa. Gue sampai tidak beranjak sampai matahari benar benar hilang. Yah, ditambah hujan juga sih, sehingga pengunjung di Sunset Bar pun bubar. Banyak juga lho bule bule disini. Juga tamu non-nginap, yang khusus datang untuk menikmati bir dingin atau juice sambil menatap sunset.

Gue dijemput jam 8 malam untuk makan malam. Disepakati malam itu untuk makan di Kios Semarang, yang berhadapan dengan pantai Losari. Gue sempet mention mau makan di Flamboyan (Chinese food – baca di Multiply). Wah, mereka bilang, jangan, lebih baik ke kios Semarang. Kios Semarang ini tempat legendaris peminum peminum bule berkumpul. Selain jual bir, dia juga jualan chinese food, yang juga digemari para bule.


Sampai sana langsung disambut 3 SPG, dari Bir Bintang, Guinness dan Phanter. Kita sih pesan Heineken (tentunya!). Dibanding 2 SPG lain, SPG Guiness memang kelihatan lebih menarik, ya orangnya, ya bajunya, ya penampilannya. Dibanding SPG Panther yang udah tua, tampang jutek, jauh dari langsing pula. Dari sini kelihatan siapa yang lebih berani bayar mahal untuk SPG. Namun yang lucu, hal itu kelihatannya tidak ada pengaruhnya. Walaupun para peminum itu belum mabok, tetep aja getol godain SPG Panther, yang bisa bisanya sok jual mahal juga. Entahlah, ini memang misterius, namun untuk menjadi SPG sukses bukan butuh sekedar cantik, namun harus bisa mengelola social skill nya terhadap para tamu.

Pesanan kita malam itu adalah Kodok goreng mentega, Cumi goreng mentega, Fu Yung Hai, dan Sayap Ayam. Yang khas disini memang Sayap Ayam. Nikmat banget, apalagi digado dengan bir dingin. In overall makanannya not bad.

Kiosnya pun tidak terlalu bagus, penataan meja pun terkesan sembarang. Tempat makan yang berada di lantai 3 dan terbuka ini sudah berdiri sejak 1975, didirikan oleh seorang Chinese bernama Yao Ming. Dipanggil Koming (Koh Aming). Koming sendiri yang duduk bersama kita dan bercerita. Di tempat seperti ini, memang biasa pemilik menghampiri tamu-nya dan minum bersama sambil ngobrol ngalor ngidul. Meja lain tampak ramai, ada beberapa meja isinya bule dengan ‘gadis’nya. Yang ngga bawa gadis, biasanya ditemani SPG.


Waktu ditanya kenapa namanya kios Semarang, kakek 2 orang cucu ini (salah satu cucunya berkeliaran di situ) bercerita. Neneknya (dalam hal ini nenek laki laki – kakek – orang Makassar menyebut moyang = nenek) yang asli dari China dulunya tinggal di Semarang. “Untuk menghormati saya punya nenek, saya kasihlah nama Semarang” dengan logat Makassar yang kental banget. Komingnya sih asli kelahiran Makassar. Sempet juga bercerita suka duka membuka kios bir, juga pada masa kerusuhan 1998. Si Om juga Ketua Makassar Hash, kumpulan bule bule yang suka joging, lari lari sore menyusuri pantai Losari dan kota Makassar. Larinya setiap Sabtu, abis lari, tak lain kegiatannya adalah minum minum (bir), maklum, bule. Dan bule di Makassar kebanyakan Eropa Utara, bukan Amerika.

Dari kios ini, bisa melihat aktifitas orang di pantai Losari. Pantai yang tak ada pasirnya ini, dipakai biasanya untuk piknik keluarga dan pacaran. Walaupun sebenarnya sangat tidak nyaman karena langsung berbatasan dengan jalan raya. Dulu, sepanjang jalan ini penuh dengan penjual mie gerobakan dan penjual pisang epe (pisang bakar penyet). Namun, sekarang sudah sangat jarang. Paling hanya satu dua orang saja berjualan pisang epe.


Kios ini saking ramainya, bisa menjual lebih dari 100 krat bir semalam hanya untuk 1 merk. Ia pun menunjukkan tempat pendinginan birnya, yang sekali tampung bisa 141 botol dan itu pun belum cukup. Harus dibantu oleh kulkas lainnya. Rahasianya adalah, dia buka dari sore. Sore menjelang malam, orang berkumpul (sebagai titik temu sebelum tujuan berikutnya), sambil menunggu orang makan dan minum. Habis itu, mereka pergi ke bar atau Karaoke. Sampai di sana, minumnya sudah ngga banyak, karena sudah banyak minum di sini :_) Begitu cerita sang empunya kios.

Seneng denger cerita si Om. Orangnya lucu, juga berapi api. Hanya saja logatnya yang agak susah ditangkap, kental banget. Misalnya dia menyebut ‘preman’ dengan ‘pareman’, stop dengan satop. Walah…

Pulangnya ke hotel di kamar 204 itu malah ada mimpi aneh. Mimpinya di dalam kamar itu ada kucing, trus kucing itu gigit tangan gue, rasanya sakit. Lalu kucingnya bisa gue pukul dan gue banting. Kejadiannya persis di kamar itu. Seperti bukan mimpi.

Kamis pagi di Makassar. Pagi ini gue request nasi kuning Makassar. Tempatnya tak jauh dari Hotel, persis di hadapan bangunan RRI Makassar. Nama tempatnya Nasi Kuning Riburane. Mirip nasi kuning Manado, dia pakai daging asap (masing masing 2 potong), daging gulai (masing masing juga 2 potong), telor kecap, abon, kering kentang, dan diberi potongan labu. Dengan lauk sebanyak itu, nasinya sampai hampir ketutupan. Cocok banget buat makan pagi. Tentu saja enak, dengan lauk yang melimpah begitu.


Siangnya gue diajak sesuatu yang khas Makassar: Pallubasa. Pallubasa ini tak ubahnya sop daging dan usus sapi, diberi kelapa sangrai. Ada dua yang terkenal di Makassar, satunya Pallubasa Serigala dan Pallubasa Onta. Keduanya berada di Jalan sesuai namanya, dan jarak keduanya tidak terlalu jauh jauh amat. Dikatakan, Pallubasa Onta yang lebih otentik walaupun Pallubasa Serigala yang buka duluan. Konon, si juru masak Pallubasa Serigala hengkang dan mendirikan tenda makannya sendiri. Iya, tempat makannya berupa tenda, tapi jangan tanya ramenya kayak apa.


Bisa pilih mau di ceplokin telor mentah atau ngga. Gue coba dengan telor mentah yang menjadi matang kena kuah panasnya. Mangkoknya kecil, tapi rasanya dahsyat dan bisa membuat nambah nasi. Daging dan ususnya memang empuk. Kuahnya pun boleh dibilang sangat berasa. Namun kelapa sangrai nya yang terlalu banyak sampai terasa mengganggu kenikmatan. Tapi in overall masih bisa di toleransi. Gue sampai nambah nasi, 2 nasi tambah dibagi bertiga Deddy dan Irianto. Teteep, jangan lupa peraskan jeruk nipis :_P

Selesai makan, kita ke kios durian di jalan Veteran. Tadinya pas ke Pallubasa udah liat, dia lagi unloading durian, langsung ngiler. Maka habis makan siang, berikutnya makan durian :_)


Duriannya baru datang hari ini dari Palopo, luar kota Makassar. Durian yang tampak kecil kecil itu ternyata isinya banyak dan rasanya jangan ditanya. Memang ada beberapa yang agak mengecewakan, tapi ada juga yang sangat creamy… manis agak pahit, begitulah durian yang nikmat. Selesai, ritual minum dan cuci tangan pakai kulit durian tidak lupa.


Setelah itu sempat ngider di depan rumah Pak Wapres Yusuf Kalla.

Sore itu sempat juga kita ke Tanjung Bunga. Disini sedang dibangun theme park indoor yang (katanya) terbesar di Asia Tenggara. Mungkin akhir tahun ini baru diresmikan.

Sempet juga mampir ke pantai Akarena yang berpasir hitam. Sore sore begini tampak beberapa mobil goyang. Ada juga yang duduk duduk pacaran, mungkin sudah selesai ber-‘goyang’ :_P


Tanjung Bunga ini semacam kota dalam kota yang dibangun dengan sebagian lahannya menguruk laut (reklamasi). Di dalamnya sudah ada perumahan, Mall (GTC Makassar), arena permainan anak anak (Amazon), ruang serba guna dan convention center.

Malamnya, melihat dan foto foto sunset di hotel lagi. Sebenarnya pengen juga ke anjungan pantai Losari untuk mengambil foto dari sudut pandang yang berbeda, tapi jaraknya mungkin butuh setengah jam jalan kaki, jadi, males juga. Ini foto di anjungan pantai Losari yang gue ambil dari fhianmhinie-amikprofesional.blogspot.com/


Malam itu dijemput makan malam agak malam (jam 9) karena rencana habis itu mau market visit ke bar dan karaoke. Gue dibawa ke tempat makan mie kering, karena siangnya gue sempet mention tentang mie titi, mie kering yang terkenal. Mereka bilang mie titi itu amat biasa, lebih enak coba yang di sini, di depan pelabuhan (terminal penumpang). Ternyata ngga enak juga, gimana dengan mie titi ya? Mie kering itu benar benar kering dan garing (ingat makan Mammie?). Disiram kuah kental dengan dominasi sayuran dan daging diatasnya. Tidak terlalu enak, terutama mienya, rasanya aneh. Tersedia juga mie goreng biasa (bukan mie kering), tapi rasanya juga tidak istimewa.


Saat itu juga dapat telepon kalao Kelly opname RS Hermina. Duh… hati langsung ngga tenang. Gue langsung putuskan untuk mencari tiket penerbangan paling pagi besoknya. Padahal siang tadi, sudah memajukan pesawat dari jam 5 sore ke 3.45. Tapi kerjaan tetap harus diselesaikan, maka malam itu tetap night visit dulu ke beberapa bar / karaoke. Ini salah satunya.


Mereka sempet puterin gue ke tempat beli oleh oleh (Toko Cahaya) yang ternyata udah tutup malam itu. Pulang sampai hotel sudah hampir jam 12 malam. Malam itu juga gue langsung grasak grusuk nyari penerbangan besok pagi. Akhirnya dengan bersusah payah, dapat juga, yang jam 7.30, kelas yang sama pula, sehingga hanya kena cancellation fee 25% dari harga tiket. Sampai jam 1 malam baru bisa dapat, sebab telepon lokal Garuda Makassar sudah tutup, sementara telepon premium 0814 tidak bisa diakses dari hotel maupun Matrix gue. Tak hilang akal gue telepon ke hotline Garuda di Jakarta (no-nya dapat dari 021 108 – 108-nya Jakarta). Setelah dapat tiket, hati lebih tenang dan coba untuk tidur.

Sebelum nya datang Papa Mertuanya Pak Louis yang mengantar ikan asin 2 kotak. Memang itu pesanan gue ke Pak Louis (sekarang di Semarang, dulunya di Makassar). Sampai hari ini belum gue bayar karena Pak Louis sepertinya tarik ulur ngga mau dibayar, jadi ngga enak hati. Pokoknya mau gue tagih terus (yang bayar kok malah yang nagih he he he). Malam itu juga gue telepon Pak Gun untuk rencana besok pagi.

Pagi pagi jam 6.10 gue dibangunkan oleh telepon Pak Gun, duh, gue malah kesiangan. Setelah cek out, Pak Gun sempet punya cerita lucu. Dia ngga tau gue udah pindah kamar, jadi pagi itu langsung nyelonong ke bungalow 606, lalu manggil. Tapi dia bingung, yang nyahut kok cewe.. dalam hatinya.. “wah sempet sempetnya nih Pak Andi..” Pas keluar tuh cewek, ternyata bukan kamarnya Pak Andi. Gue tertawa aja…


Untungnya sampai bandara ngga telat. Sempet masuk lounge blue sky yang masih sepi banget. Baca disini ulasannya. Ternyata pesawat gue transit Balikpapan dulu. Dan mereka kayaknya lupa kenain charge cancel :_) Jadi, gue udah 2 kali ke Balikpapan tapi hanya mampir di Bandara Sepinggan. Tahun 2007 dulu transit dari Manado sama Natz, dulu itu sempet ketemuan juga sama Dion (temen kampus yang pindah ke sana). Total perjalanan 4 jam, 3 jam di udara (1 jam Makassar – Balikpapan, 2 jam Balikpapan – Jakarta). Sempet dapet foto pelabuhan di Balikpapan yang oke banget dari atas.


Sampai Jakarta langsung ke RS Hermina. Untung Kelly sekarang udah sembuh, setelah intensive care. Makanya baru sekarang sempet nulis lengkap soal Makassar. Makassar benar benar Paradise. Next time ke sana musti ke Tana Toraja (8 jam darat), Pulau Khayangan (setengah jam speed boat), makan mie pangsit, makan coto makassar dan sop saudara (khas Makassar). Next time, dengan Natz dan Kelly :_)

Foto Kuliner Makassar dan lain lain di sini
Foto Fort Rotterdam di sini
Hotel Pantai Gapura di sini
Sunset dari Hotel Pantai Gapura di sini
Perjalanan Makassar - Balikpapan - Jakarta di sini

27 Februari 2009

AIRPORT LOUNGE

Dengan seringnya gue berlancong, baik bisnis maupun leisure, gue coba merangkum info tentang executive lounge yang pernah gue singgahi.

Last update: 5, 11 and 20 December 2008 (in blue color)

Info terbaru: GE Gold Card sudah tidak bisa digunakan secara gratis. Penggunaan GE Gold di executive lounge akan dikenakan potongan point 1,250 point (kalo ada - kalo gue sih ngga ada point sama sekali :_P)

TERMINAL 1 A JAKARTA (update: Jul 2008)
Simba Lounge
Gue pernah masuk sini sekali, compliment gara gara pesawat Lion Air yang gue tumpangi delay sejam lebih. Kecewa berat sih pas masuk. Makanan kecil yang sangat terbatas, bahkan bangkunya pun ngga nyaman. Kayaknya ini lounge khusus untuk frequent flyer-nya Lion. Ada juga kartu kredit yg bisa dipakai, tapi musti yang kerja sama dengan Lion Air, misalnya BII Lion Platinum. Untuk non Lion frequent flyer musti bayar. Siapa juga yang mau.
Ada satu lagi, Lion Air Lounge, tapi letaknya di bawah, bersebelahan dengan counter chek-in-nya Lion Air. Belum pernah kesana, tapi rasanya term and condition sama dengan Simba Lounge.

JW Lounge
Ini lounge baru, kira kira baru 1 – 2 tahun. Sangat nyaman, ada toilet di dalam dan bisa wifi pula. Makanan kecilnya pun lumayan. Ada juga nasi goreng dan soft drink sepuasnya. Hanya saja, harus sedikit bersabar dengan agent agent kartu kredit yang berkeliaran di sana. Kalau mau lolos, ya, bilang aja, “oh, tadi saya masuk pake itu kok” sambil nunjuk kartu kredit yang ditawarkan hehe.
Kartu yg diterima disini:
Mandiri Prioritas
BCA Prioritas
Telkomsel Priority
Danamon Platinum
ABN Amro Platinum
BRI Platinum
BNI Platinum dan Gold
Bukopin Gold
Niaga Platinum dan Gold
GE Gold
Panin Platinum
Kartu kredit Bank Mandiri dan Bank Mega dulunya bisa, tapi pas terakhir gue ke sana, udah ngga bisa lagi.

Ada satu lagi Lounge, gue lupa namanya, tapi ini ngga penting-lah untuk dibahas. Soalnya masuknya musti bayar, Rp 60,000 per orang, tanpa bisa menggunakan kartu kredit apa-pun sebagai complimentary.

TERMINAL 1 B JAKARTA (Update: Dec 2008)
Eljohn Executive Lounge
Lumayan sesak disini, terkadang harus berbagi meja dengan orang tak dikenal saking penuhnya. Biasanya ada menu bubur kacang ijo. Soal wifi belum tahu soalnya belum pernah coba. Ada bagian khusus untuk smoking. Kartu yang bisa, antara lain GE Gold, Mega Translution dan Bank Mandiri. Tapi untuk update-nya belum tau, soalnya udah lama ngga kesini (terakhir Oktober 2007). Yang pasti GE Gold masih bisa, baru baru ini dikonfirm Papa Mama. Ohya, kalau CS-nya GE card bilang kartu tambahan ngga bisa untuk executive lounge, cuekin aja, nyatanya, bisa kok. Udah dibuktiin Papa Mama (dua duanya kartu tanbahannya gue).

Ini update terbaru, Dec 2008 yang lalu baru sempat singgah ke sini lagi.
Kartu kredit yang bisa dipakai disini:
Bukopin Prioritas
Permata Kencana
BCA Prioritas
ABN Amro Platinum
Bank Niaga Gold dan Platinum
GE Gold (dengan point 1250)
Mega Platinum dan Translution

TERMINAL 2 F JAKARTA
Mandiri Lounge = Sunda Kelapa Lounge
Sangat luas dan plong. Soal makanan sih biasa biasa aja, biasanya ada gado gado dan sop, tapi ngga enak. Ada toilet di dalam, tapi untuk hanya untuk kencing, kalo mau e’e’ harus di luar. Agak mengecewakan sih, tau sendiri toilet umum bandara joroknya kayak apa. Apalagi gue tipe yang sebelum naik pesawat sudah harus ‘bersih’ :_P Satu hal lagi yang mengecewakan, sinyal wifinya sangat sangat lemah. Kecuali pakai IM2 hotspot yang berbayar. Bisa juga beli voucher IM2 seharga Rp 25,000 untuk pemakaian 2 jam kurang 10 menit.
Mandiri Lounge dan Sunda Kelapa Lounge, keduanya sama, hanya saja pintunya berbeda. Pintu terdekat, Mandiri Lounge untuk pemegang Kartu Kredit Mandiri dan Mandiri Prioritas. Pintu yang jauh untuk kartu kredit lainnya, yaitu:
Danamon Platinum
Bumi Putera Gold dan Platinum
BNI Gold dan Platinum
BII Platinum
Indosat Premium Card
BCA Prioritas
Niaga Gold dan Platinum
Bukopin Prioritas dan Gold
BRI Gold dan Platinum
Citibank Ultima dan Platinum, Gold kena potong 2,750 point atau bayar Rpo 50,000 (WHAT?)
Hallo Club
BSM Priority
Permata Kencana
Dulu sih GE dan Bank Mega masih bisa, tapi terakhir udah ngga bisa.

Indosat Lounge
Namanya Indosat Lounge, tapi bukan berarti pengguna Indosat (Matrix, Mentari, IM3) bebas melenggang menikmati fasilitas di dalam. Kecuali lo punya Indosat Pemium Card, atau Indosat VIP yang otomatis elo dapet kalau elo adalah pengguna pasca bayar (i.e. Matrix) dengan pemakaian minimal Rp 600,000 per bulan. Terdiri dari Smoking dan Non Smoking. Makanan yang biasanya tersaji adalah nasi goreng dan mi goreng, keduanya dengan baso. Walaupun ngga terlalu luas, disini disediakan alat pijat kaki, ada 2 yang bisa dipakai cuma cuma. Bisa wifi, tapi terbatas untuk pengguna IM2, atau beli voucher seharga Rp 25,000 yg bisa dipakai untuk akses internet selama 2 jam kurang 10 menit (why not free?? sangat mengecewakan).
Kartu yang diterima disini:
Matrix VIP = Indosat VIP
BCA Prioritas
HSBC Gold dan Platinum
Lippo Gold dan Platinum
Bukopin Prioritas dan Kartu kredit Gold
GE Gold Card
ABN Amro Platinum
Bank Niaga Gold dan Platinum
Mega Platinum dan Translution
Century Elite Priority
Bumiputera Gold

Citibank the Emerald Sky Executive Lounge
Dulu, sebagai pemegang kartu kredit Citibank Gold, gue sering masuk sini. But now, not anymore, sejak gue mem-black list Citibank. Lounge ini cukup nyaman, hanya sayangnya sangat minim kerjasama dengan bank dan penerbit kartu kredit.
Kartu yang diterima disini:
BCA Prioritas
Standard Chartered Priority Banking (bukan credit card, tapi semacam nasabah prioritas)
Century Elite Priority (nasabah prioritas)
Permata Kencana (nasabah prioritas)
Bank Jabar Banten Mitra Prioritas (nasabah prioritas)
Boarding Pass Merpati khusus tujuan Papua

TERMINAL INTERNATIONAL 2 D/E JAKARTA (Update: Mar 2008)

Mutiara Lounge
Tidy, mewah dan berkesan elegen, penataan ruangan pun lega dengan lampu temaram. Yang gue inget makanan kecilnya yang enak enak, ada tape dan otak otak, yummy… Terakhir masuk sini bisa pake Mandiri Gold/Titanium dan Mega Translution. Nanti gue update lagi apa yang bisa.Ini nih updatenya, kartu yang diterima disini:
Danamon Platinum
ABN AMRO Platinum
Standard Chartered Platinum (Gold kena Rp 25,000)
Mandiri Platinum, Titanium, Gold
BRI Gold dan Platinum
Niaga Gold dan Platinum
BNI Gold dan Platinum
HSBC Gold dan Platinum
BSM Priority
Mega First, Mega Translution
Indosat Premium Card
Bank Bukopin Gold dan Platinum
Lippobank Gold dan Platinum
Bank Bumiputera Gold dan Platinum

Batavia Lounge
Ini lounge paling kecil dari semua lounge yang ada di terminal international, bahkan dari semua lounge yang pernah gue temui. Kecil banget, letaknya aja di dalamnya took souvenir yang jualan barang barang khas Indonesia kayak ukiran dan wayang. Makanan juga terbatas hanya cemilan dan kue kue aja. Terakhir sih gue bisa masuk dengan GE Gold Card, Mandiri Gold/Titanium dan Mega Translution. Belum update terakhir. Mudah2an bisa gue update pas nanti mau ke China bulan April 2008.(Sorry ngga gue update, abis males liat ke sana – terminal D, sedangkan gue naik Shenzhen Air di terminal E)

Emerald Sky
Ini lounge khusus passenger business atau executive berbagai penerbangan, termasuk yang kecil kecil kayak Shenzhen Air dan China Southern. Juga untuk BCA Prioritas.

SURABAYA (update May 2008)
Blue Sky Lounge
Milik PT Angkasa Pura I Surabaya. Letaknya dekat Gate 8 (gate-nya Garuda). Tempatnya remang-remang, ngga terlalu besar. Makanan pun sedikit dibanding tetangganya Singosari Lounge. Bisa wifi (pake sinyalnya bandara Juanda), tapi ngga tau kenapa disini susah banget connectnya. Gue, walaupun naik Garuda, lebih suka ke Singpsari Lounge, walaupun lebih jauh (Gate 3-4), disana lebih lega, makanan lebih beragam dan wifi lebih kenceng.
Kartu yang diterima disini:
ANZ Platinum dan Black (1 person)
BNI Gold (1), Platinum (2), Emerald (2)
BRI Master Gold (1), Master Platinum (2), Britama Platinum (1)
Bukopin Prioritas (2), Visa Gold (1), Platinum (1)
Bumiputera Gold (1) dan Platinum (2)
Danamon Priviledge (1)
GE Gold, Manulife Gold, ACC Card (1 person)
Mega Platinum, Mega Trave and Entertain, Mega First (1 person)
BCA Prioritas (1)
Citibank Platinum (2) Gold (1, tapi potong 2,750 point / bayar Rp 60,000 = WHAT??)
Telkomsel Platinum Priority (1)
Indosat VIP (1)
ABN Amro Platinum / i-Travel (1)
LIPPO Platinum (2), VIP V Electron (2), Gold (1)
Mandiri Prioritas (2), Platinum (2), Gold (1), Titanium (1)
Niaga Arjuna (2), Platinum (1), Gold (1)
HSBC Platinum, Premier, Gold (1)
Permata Kencana, Platinum (2)
Standard Chartered Priority, Platinum, Gold (1)
BII Platinum (1) Infinite (2)

Singosari Lounge
Dibanding Blue Sky Lounge, yang ini enak banget, luas, lega, terang, makanan pun beragam. Yang gue suka dia banyak kue kue jajanan pasar dan ditata dengan sangat menarik.Wifi disini pun kenceng. Nebeng wifi-nya bandara Juanda. Pas connect memang dimintain username dan password, tapi untuk trial dikasih kok, kalo ngga salah username dan passwordnya: juanda. Kenceng banget disini. Pokoke disini lounge favorite gue deh.
Kartu yang bisa dipakai:
Lippo Bank Gold dan Platinum
Telkomsel Priority
Mandiri Prioritas, Platinum, Gold dan Titanium
BII Platinum
Citibank Platinum
Niaga Platinum dan Gold
HSBC Platinum
BCA Prioritas
Permata Kencana
BNI Platinum dan Gold
ABN-Amro Platinum
Danamon Platinum


ELJOHN PALEMBANG (update Feb 2008)
Bandara Palembang sangat sangat bagus. Sejak jadi Bandara Internasional, sana sini dibenahi sehingga sangat nyaman dan enak dipandang mata. Sayangnya, airport lounge baru ada 1 yaitu Eljohn executive lounge. Eljohn memang merajai pariwisata daerah, terutama daerah Sumatera. Walaupun kecil namun ngga sesak alias sepi sekali. Makanan memang ngga banyak, tapi suasana cukup nyaman. Bisa wifi, kenceng lagi.
Kartu yang bisa dipakai, antara lain GE Gold dan Mandiri Gold/Titanium.

ELJOHN PANGKAL PINANG (update: Dec 2008)
Bandar Udara satu satunya di Bangka. Suasana sangat nyaman karena amat sepi pengunjung. Sayang makanannya sangat terbatas dan kadang ngga fresh. Ada Wifi corner dengan 2 komputer yang bisa dipakai, namun sore itu wifinya lagi down (masih kampung, udah untung ada lounge). Kartu yang bisa dipakai, antara lain GE Gold (potong 1250 point), Mandiri Gold/Titanium dan Mega Translution/Platinum.

MEDAN (update August 2008)
Udah ngga bisa lounge sejak terminal keberangkatan terbakar Desember 2007 lalu. Terminal keberangkatan masih darurat.

LAMPUNG (update July 2008)



Bandara ini ngga punya executive lounge, lebih kampung dari Bangka. Dulu seinget gue ada (tahun 2006). Tapi terakhir gue pergi (Jul 2007) udah ngga ada lagi.

Update: July 2008, baru singgah ke Lampung. Sudah ada executive lounge, namanya Sanjaya lounge. Sementara belum bekerja sama dengan penerbit kartu kredit. “Sementara kita masih cash” kata si mba penjaga. Rp 35,000 sekali masuk. Ada bubur kacang ijo, mie goreng, kue, roti dan snack. Teh dan kopi dan minuman soda juga ada. Bisa wifi tapi masih dengan voucher Rp 50,000. Lupa nanya bisa untuk berapa jam.

PADANG (update July 2008)
Ada 2 Airport lounge di Bandara Internasional Minangkabau ini.

BumiMinang Executive Lounge
Punya Hotel BumiMinang Group (Hotel Ambacang), jadi kalo kebetulan nginap di Hotel Ambacang, ya, bisa menikmati fasilitas ini dengan free. Selain itu, bisa dengan membayar tunai Rp 50,000 per satu orang. Kartu Kredit yang bekerjasama sangat sedikit:
Bank Syariah Mandiri
Bank Bukopin

Anugrah Executive Lounge
Yang ini lebih lengkap dari yang atas. Kerjasama dengan Kartu kredit pun lebih banyak. Akibatnya, lebih ramai yang masuk sini, dan alhasil, makanan-nya pun rebutan dan cepat habis.
Kartu yang diterima:
Mandiri Prioritas
Mandiri Syariah Prioritas
BCA Prioritas
BNI Gold dan Platinum
BRI Gold dan Platinum
Lippo Gold dan Platinum
Danamon Gold dan Platinum
Mandiri Gold dan Titanium




JAMBI (Update December 2008)

Bandara Sultan Taha, ada 2 executive lounge - 2 2 nya ngga punya nama:

Pintu kaca dengan tembok warna Ungu. Kartu yang bisa digunakan disini hanya: BCA Prioritas, Bank Century dan Bank BRI. Yang satunya lagi bertuliskan 'EXECUTIVE LOUNGE ruang tunggu' gede banget, pintunya dari kayu. Sistemnya ngga pake kartu, tapi pake bayar 10,000 untuk tempat, makanan dan minuman belum termasuk. Ingin makan/minum harus bayar lagi sesuai pesanan. Dalamnya tidak tampak nyaman, hanya meja dengan sofa sofa besar yang tampak sudah tua.







PEKANBARU (Update Dec 2008)
Serindit Lounge
Tidak tau suasana di dalam karena tidak bisa masuk, semua kartu gue ngga lewat :_( karena bukan salah satu dari dibawah ini:
- CIMB Niaga
- Bukopin
- BRI
- BCA prioritas
- Manulife
- HSBC Premier / Platinum
- Halo Club
- XL Premium
- Century
- Alumni ITS



SEMARANG (update 5 Feb 2009)
Ada 2 executive lounge disini:
Arjuna Lounge
Gue hampir masuk :_) Soalnya punya Mega dan Stanchart, tapi Stanchart-nya ngga bawa, dan ngga tega, soalnya ada temen yang ngga masuk.
Kartu yang diterima disini:
ANZ Platinum
BNI Platinum
BRI Platinum
Lippo Bank Platinum
Mandiri Prioritas
Bukopin Gold
CIMB Niaga Platinum
Matrix VIP
Standard Chartered Platinum
Mega Translution dan Platinum
HSBC Platinum

Srikandi Lounge
Ini agak misterius, sebab kayaknya cuma kartu Mandiri yang bisa masuk (segala jenis kartu?). Ngga jelas, soalnya ngga ada yang jaga juga.

BANDARA HASANUDDIN MAKASSAR (Feb 2009)

Blue Sky Lounge
Lounge ini masih baru banget, termasuk bandara Hasanuddin-nya juga masih baru. Makanannya yahud, ada prasmanan dan kue dan roti. Tempat duduknya juga lumayan banyak. Ada internet corner, 3 tempat duduk. Belum gue jajal kenceng apa lelet karena keburu dipanggil masuk pesawat. Waktu itu gue sendirian di dalam Lounge itu :_)
Kartu kredit yang diterima a.l.:Mega translution, BII Platinum, BRI Platinum, Lippo Platinum dan Bukopin Gold dan Platinum



BANDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN

Blue Sky Lounge
Di Sepinggan namanya juga = di Makassar, kepunyaannya Blue Sky group. Sudah agak tua, di dalamnya agak gelap, makanan juga ngga terlalu banyak.
Kartu kredit yang diterima a.l. Mega Translution, BII Platinum, Danamon Platinum, BCA Prioritas, Mandiri Prioritas, BSM Prioritas, Bukopin dan BRI.

26 Februari 2009

Lil' Kelly masuk Rumah Sakit

Jam 11 gue sampai di RS Hermina Daan Mogot. Mendarat di Bandara Soekarno Hatta, langsung naik taxi menuju RS. Kamar 207, terbaring lunglai Kelly kecil dengan infus terpasang. Gue memang sengaja ambil penerbangan paling pagi, Jumat, 20 Feb 2009, begitu dapat kabar dari Natz kalo Kelly diopname di RS. Ranjang RS tampak terlalu besar untuk Kelly yang baru 3 bulan.


Hari Jumat itu, bergantian antara Mama Natz, Natz, gue dan Fitri (pembantu) yang jagain Kelly sambil sesekali menggendong dia. Karena sakit, jadi lebih manja dari biasanya dan ngga mau lepas dari gendongan. Selain obat dari dokter Adi, Kelly dibantu penyembuhannya dengan inhalasi (uap) yang diberikan 3 kali sehari selama di RS.


Untungnya, hari Sabtu, dokter Adi menyatakan Kelly bisa keluar hari itu juga. Senangnya. Tapi rumah harus bersih, supaya Kelly ngga terkena lagi. Dan masih harus kontrol dokter 2 - 3 hari lagi. Termasuk setiap hari harus di-inhalasi.

Menurut diagnosa dokter, Kelly terjangkit RSV (Respiratory Sencytial Virus) yang menyerang saluran pernapasan. Penyakit ini memang rentan untuk anak umur dibawah 6 bulan. Virus ini bisa berpindah melalui ciuman dan juga bisa menempel di meja dan terutama boneka yang ada di rumah. Nyesel juga sih sering banget ajak Kelly keluar rumah (tiap week-end). Juga AC rumah ngga pernah dicuci, boneka berserakan, juga seprei dan bed cover jarang diganti. Semua itu menambah berat penyakit Kelly.

Kronologi:

Sabtu 14 Feb 2009
Pulang dari La Piaza, mampir di ayam bakar dekat bandara. Mungkin ini penyebab paling utama. Karena tempat jualannya sangat tidak hieginis walaupun makanannya enak. Malamnya, Kelly mulai batuk kecil yang kita kira batuk biasa.

Minggu 15 Feb 2009
Masih kita kira batuk biasa, apalagi pagi itu sarapannya nasi uduk yang pedes banget, curiganya ASI Natz 'terkontaminasi' sambel pedes itu. Karena ngga curiga penyakit berat, gue tidak mengubah jadwal berangkat ke Makassar keesokan harinya.

Senin 16 Feb 2009
Kelly genap 3 bulan hari ini. Batuknya makin parah. Sehingga dibawa ke dokter Bachtiar, specialis anak. Sengaja kita tidak ke dokter Elvira (dokter yg menangani Kelly sebelumnya karena salah kasih jadwal imunisasi). Dokter Bachtiar menyalahkan susu yg selama ini dikonsumsi Kelly (Nan H.A.1) sebagai penyebab batuknya. Kita pikir benar juga, karena napas Kelly memang suka tersumbat walaupun ngga parah, kita pikir ini komulatif dari itu, lendir menyumbat pernapasannya. Akhirnya ganti susu ke Nutrilon soya, atas saran dokter Bachtiar.

Kamis 19 Feb 2009
Malam, napas Kelly tersumbat, hampir ngga bisa napas, sehingga nangis sampai ngga keluar suara. Untung Mama Natz bekas perawat, jadi bisa ngasih pertolongan pertama yaitu disedot (mouth to mouth) lendir dari mulut Kelly. Malam itu juga dibawa ke RS (IGD - karena udah malam). Infus pun dipasang. Kelly nangis sejadi jadinya pada saat dipasang infus selama 2 jam! Butuh 3 perawat untuk megangin dan pasang infusnya.


Malam itu juga masuk kamar 207 untuk dirawat intensif.
Sementara gue yang mendengar kabar itu, langsung nyari tiket pesawat untuk penerbangan paling pagi untuk Jumat.

Jumat 20 Feb 2009
Mulai penyembuhan dengan inhalasi, dengan dokter Satrio (sangat simpatik). Atas saran dokter Satrio, kita pindah dari dokter Bachtiar ke dokter Adi, yang katanya lebih enak diajak konsultasi. Dokter Satrio juga mempertanyakan kenapa menyarankan pindah susu ke soya? Hal itu membuat Kelly susah berak dan menghambat penyembuhan secara inhalasi, yang lendir (dahaknya) bisa keluar melalui berak. Susu pun kembali ke Nan H.A.1

Gue sampai RS jam 11 (langsung dari Bandara) dan mendapati Kelly tertidur lunglai. Malam itu gue, Natz dan Fitri gantian berjaga.

Sabtu 21 Feb 2009
Dokter Adi kontrol siang, dan langsung menyatakan bisa rawat jalan aja. Asal inhalasi diteruskan. Malam itu tidur di rumah Mama Natz (kamar Natz).

Minggu 22 Feb 2009
Kontrol ke dokter Adi dan inhalasi lanjutan. Setelah di cek dokter Adi, langsung minta kita untuk inhalasi 2 kali - 3 kali sehari. Dokter Satrio juga bilang kok tambah parah dari pas keluar RS? Kita mensinyalir kamar Natz yang tidak bersih, AC dan horden yang tidak pernah dicuci. Namun dokter Satrio masih menyatakan cukup sehari sekali.

Minggu sore itu yang inhalasi banyak banget. Dan anak anak yang diinhalasi hampir semuanya nangis sampai menjerit jerit. Kelly sih cukup anteng, bahkan beberapa kali sampai tertidur. Inhalasi (uap) tidak ada rasa apa apa, hanya saja, mungkin anak kecil tidak suka karena di bekap dengan alat pernapasan begitu, kesannya serem.

Senin 23 Feb 2009
Pagi pagi inhalasi lanjutan. Dokter Satrio meminta untuk mulai sehari 2 kali, biar cepet sembuh. Ditambah obat racik dari dokter Adi.

Selasa 24 Feb 2009
Keadaan Kelly makin membaik dan sudah bisa diajak bercanda. Bahkan suka manggil manggil suster/dokter kalau dicuekin. Benar benar lucu. Setiap habis inhalasi, dipijat pijat. Ada juga suster yang baik yang ngajarin cara yg baik nelungkupin bayi. Katanya harus sering sering ditelungkupin agar pernapasannya makin baik. Setiap habis ditelengkupin, suka keluar reak yang kentel, dan banyak.


Rabu 25 Feb 2009
Jauh makin baik. Rabu malam, kontrol dokter Adi, dokter bilang sudah sembuh total, obat pun tidak dilanjutkan lagi, Kelly hanya diberi vitamin yang dicampurkan ke susu 2 hari sekali. Dokter Satrio pun menyatakan inhalasi cukup satu kali lagi (Kamis pagi). Bunyi 'ngik' di saluran napas pun sudah ngga terdengar. Setiap kali kontrol dokter Satrio, diperdengarkan suara napas Kelly melalui steteskop. Awal awal saluran pernapasan bawah masih 'ngik'. Belakangan suara 'ngik' hanya terdengar di saluran pernapasan atas, sampai hilang sama sekali.

Kamis 26 Feb 2009
Inhalasi terakhir. Seringnya inhalasi, dokter, para suster dan kepala bagian fisioterapi anak sampai hafal setiap kali Kelly datang. "Kelly..." selalu dipanggil. "Kamu ndut banget...". Sampai terakhir terakhir sering 'ngobrol' sama Kelly. Lucu, Kelly juga 'nyahut' soalnya.

Lega deh, si Kecil udah sembuh total sekarang. Giliran kita nih yang remuk tulangnya he he, jagain dia terus. Senin bahkan sempet panggil mbok pijet he he. Hari ini (Kamis) langsung nyari babysitter (dari kemaren sih). Soalnya Fitri pake pulang kampung segala (minggat - alasan anaknya DBD). Babysitter namanya keren, Avril, lengkapnya Supriyati (nah lho).

Mulai sekarang rumah harus bersih, gendong Kelly harus cuci tangan, kalau perlu mandi dulu dan ganti baju. AC teratur dicuci dan boneka pun sudah disingkirkan. Kejadian ini ngga boleh terulang lagi.



Kelly masuk RS, fotonya di Kelly Gallery

18 Februari 2009

Makassar day one... berbaring di atas selat Makassar

Pagi bangun agak telat. Berangkat jam 6 kurang untuk schedule flight 7.10 menuju Makassar. Pak Ubai agak ngebut sih, jadinya masih jam 6 lewat sedikit sudah di bandara. Pagi itu hujan dari jam 3 pagi. Sampai di depan counter check in, ternyata kursi jendela maupun aisle sudah penuh, tinggal kursi tengah, well, have no choice but to blame my self why woke up so late?

Masih ada waktu untuk executive lounge nih. Tapi begitu sampai di Sunda Kelapa Lounge (lounge fav gue), kecewalah gue karena both Mega Translution dan BII Platinum yang used to be bisa dipake, entah sejak kapan ngga bisa lagi. Juga di Indosat Lounge :_( My oh my, gue bukan ‘king of free Platinum and Gold card’ anymore… Kartu kredit sebanyak itu Gold dan Platinum, ngga ada yang bisa dipake di Lounge, apa kurang KK gue? Haruskah gue apply more and more KK? Insane…

Jadilah gue ke deretan Starbucks, Rotiboy, Oh Lala dkk. Gue berhenti di counter syomai dan tertarik. Sepiring syomai 22,500. Si mbak kehilangan beberapa biji syomai (jatuh) karena kepenuhan. Enak juga sih, sayang saosnya kurang banyak. Jelas enaklah 4500 sebijinya. Yang sebiji 1250 aja (syomai motor) berasa mahal he he he…


Ngga lama, udah dipanggil masuk ruang tunggu. Setelah selesaiin syomai agak terburu buru dan melangkah ke pintu F4 yang terjauh, ternyata belum naik pesawat. Toilet di ruang tunggu ternyata sedang renov, wah semoga jadi lebih representative deh. Suka risih kalo naik pesawat belum ‘bersih’ benar. Dan toilet bandara selalu ngga bisa diandalkan, suka ilfil duluan. Moga moga habis renov lebih bagus.

Pesawat tidak delay sama sekali, dan hujan sudah berhenti sesaat mau naik pesawat (thank God). Tidak duduk di jendela membuat gue memaksa diri untuk tidur. Tapi bapak sebelah mengajak ngobrol. Konsultan ADB itu lagi ada acara di Manado. Iya, pesawat pagi itu memang connecting ke Manado. Sempet cerita tentang warung warung makan belakang GKBI/BRI, karena kantor ADB ternyata di BRI II. Di dalam pesawat sempat guncang guncang seperti di bis. Dalam mata yang terpejam, ngeri juga ngebayangin kalau tiba tiba pesawat terpelanting seperti peristiwa Adam Air beberapa tahun lalu.

Lebih 2 jam berada di pesawat, dan tepat 10.30 WITA sampai di Makassar (bandara Sultan Hassanudin). Begitu keluar pesawat langsung WOW, surprise dengan bandara yang ternyata udah baru (baru 6 bulan terakhir beroperasi). Tahun 2007 waktu ke Manado (transit Makassar), duh, bandaranya jelak banget, tua dan kuno banget. Ternyata kasusnya sama kayak Surabaya, dulunya punya angkatan laut dan bangun yang lebih baru lebih megah. Someway, Hassanudin jauh keliatan lebih megah dari Juanda, entahlah ada hubungannya ngga dengan Yusuf Kalla (wapres) asli Makassar.


Di luar, Pak Gunawan sudah menunggu. Karena udah siang (mau jam 11 WITA), langsung menuju kantor yang jaraknya sekitar 1 jam. Sebenarnya sih cukup setengah jam rasanya, tapi orang sini nyetirnya pelan (sama kayak Manado), jadi butuh 1 jam. Keluar area bandara langsung ketemu macet, nah lho, macet di Makassar. Untung ada tol langsung ke pusat kota. Kantor kita kawasan Lapangan Karebosi. Ternyata semua yang gue baca tentang Makassar ngga jauh jauh dari sini. Lapangan Karebosi dan Sop Konro Karebosi, Forth Rotterdam, Pantai Losari, bahkan kantor, semua berdekatan. Langsung tuing tuing deh terbayang mudahnya jalan jalan di sini :_P

Meeting bentar, udah jam 12 lewat, duh WITA kok terasa lebih cepat ya he he. Hal pertama di benak gue untuk makan siang itu adalah Sop Konro Karebosi yang maha terkenal itu. Letaknya ngga persis persis amat di depan lapangan yang kesohor itu. Tapi ini the one and only di Makassar, ngga kayak Jakarta yang ada beberapa cabangnya. Persis di depan gerainya, tempat iga iga yang padat daging itu dibakar.


Gue coba sop konro karena khas Makassar. Ada pilihan Iga bakar dan juga Sop campur (iga dan babat – yang kebetulan siang itu lagi kosong). Iga bakar amat menarik, tapi gue berusaha fokus pada orisinalitas. Untung Mas Deddy (yang siang itu ikut makan siang) memesan iga bakar sehingga gue bisa ikutan icip.


Walaupun sop, hidangannya diatas piring, karena disajikan dengan tulang yang panjang panjang. Walaupun tulang, cukup padat daging. 2 potong tulang yang berlimpah dagingnya dalam satu piring. Dagingnya pun empuk banget, agak agak liat, dan copot banget dari tulangnya. Dan you know the best part dari tulang iga? Ada semacam lapisan yang liat melekat antara daging dan tulang, kalau bagian itu mudah copot dari tulang, serasa dunia kenikmatan ada dalam genggaman. Dan bila ngga, betapa kesal dan wasted banget makan iga seperti itu.

Iga bakar yang gue icip dari mas Deddy, wuidih... berkesan banget di lidah. Iga bakar disajikan dengan saos kacang dan semangkok kuah sop. Sop baru keluar ‘jiwa’-nya ketika diperaskan jeruk nipis dan disiram cukup sambel merah. Enak banget.


Tempatnya ngga beda jauh dengan gerai yang di Gading, ya ubinnya, ya meja kursinya, ya pemanggangannya. Mirip abis. Rasa sop-nya? Ya, ngga beda beda amat... Hanya saja, ada sensasi khusus bersantap di tempat asalnya yang benar benar orisinil.

Sorenya, jam 6 sore, gue dibawa ke Hotel. Gue memang pilih hotel yang direkomen sama temen kantor di Jakarta (Felish, thanks ya sis, it’s a fabulous hotel!). Sengaja gue buat seolah mereka yang came out with the idea. Gue hanya bilang, kalau bisa yang di pantai, yang menghadap pantai gitu. Diantarlah gue ke hotel Pantai Gapura, yang punya bungalow yang bukan hanya menghadap pantai, tapi dibangun menjorok ke laut selat Makassar. Beyond my expectation. Ngga kebayang deh, gue tidur di atas laut :_P Bungalow gue persis menghadap Pulau Lae Lae, pulau kecil terdekat dengan Makassar.


Jam 8 malam, gue dijemput lagi. Masih sama Pak Gun dan Mas Deddy, menuju Ratu Gurih (seafood). Masuk, di depan udah disambut ikan ikan yang bisa dipilih, dan udang berbagai macam. Gue langsung pilih ikan Ciapak, simply because it’s new for my ear. Pilihan lain baronang dan ekor kuning amatlah biasa. Cara masaknya pun ngga macam macam, bakar tok. Ditambah udang 4 tusuk @ 4 ekor, gede gede lho udangnya. Ohya, orang Makassar makan ikan satu ikan untuk seorang. So, puas puasin deh…


Yang keluar duluan adalah berbagai sambel yang bisa diracik sendiri maupun dibuat sendiri sendiri. Dan ngga lama, datanglah otak otak. Disini otak otak dibungkus daun pisang dan digoreng (tanpa minyak) di atas tevlon. Gede gede juga otak otaknya dan gurih. Namun, bukan saos kacang cocolannya, entah apa, rasanya agak manis dan kental, kemerah merahan.


Malam itu makan amat kenyang. Seekor ikan ukuran cukup besar, plus setusuk udang isi 4 yang cukup besar juga + kangkung dan toge ikan asin. Ikannya amat gurih dan jauh dari rasa amis. Dibakar tanpa bumbu kecuali hanya bawang putih dan minyak goreng. Pengakuan Pak Gun, sebelum menginjak kaki di Makassar, beliau ngga doyan ikan, namun sekarang, jadi salah satu fav dia. Disini ikan sangat fresh, tidak amis, dan so pasti murah.


Untuk minuman, gue pesan sarang burung wallet karena penampakannya di menu yang cukup unik. Dikemas dalam batok kelapa, isinya selain sarang wallet, juga ada kelapa, nata de coco, irisan jeruk bali, rambutan, dan sesuatu yang disematkan di dalam rambutan (yang sudah dikeluarkan dari bijinya), warnanya kuning, ngga bisa gue tebak apakah itu. Yang jelas, rasanya enak sekali, gurih, manis, rasa buahnya juga bikin segar. Top banget.


Ruang resto itu penuh tumplek, satu beranjak, belum selesai meja dibersihkan, sudah menunggu tamu berikutnya. Bisnis makanan di Makassar benar benar oke, sekitaran resto Ratu Gurih (dan resto itu sendiri) penuh sesak dengan pengunjung. Terbukti dengan banyaknya mobil yang parkir di depan resto resto itu. It’s Monday night, almost 10 o’clock pula, tapi bukan alasan bagi lidah lidah orang Makassar ini untuk tidak bertualang rasa. Dan mereka suka makan sekeluarga, ngga beda jauh dengan orang Manado.

Malam itu gue diajak putar putar sedikit di Bolevard pantai Losari. Jauh dari bayangan gue soal pantai. Tidak ada pantai disini. Tidak ada pasir, tidak ada nyiur melambai. Yang ada, jalan beraspal, lalu air laut. Beberapa spot malah ada seng seng yang sangat mengganggu, tanda sedang direnovasi. Begitulah hasil reklamasi pantai, ngga ada lagi sentuhan alamiah disini, semua buatan manusia. Dulu Losari dipenuhi gerobak penjual makanan, terutama mie dan pisang epe (pisang bakar penyet). Sekarang hanya pisang epe saja dan bangunan baru seperti hotel dan restaurant. Atas nama kerapihan kota, all must gone. Hotel gue tak jauh menyusuri jalan bolevard itu.

Balik ke hotel, cukup ngantuk, apalagi abis makan kenyang. Ada perasaan eksotis bisa tidur di bungalow atas laut ini. Suara pelan air laut dan sesekali deru mesin perahu mengantar gue ke alam mimpi. Besok pengen bangun pagi (cita cita jam 5) dan menatap indahnya pantai, foto, sebelum makan pagi di Restaurant Pinishi, sebuah resto yang berbentuk kapal di atas laut. Namun aktualnya, gue bangun jam 7. Untung dijemput jam 8 lewat. Dan breakfast hotel ngga begitu istimewa, ngga masuk kategori ok malah. Jadinya, gue ada cukup waktu untuk foto sekeliling bungalow pagi itu. Belum cukup sih sebenarnya. Well, gue punya 4 malam disini. Cukuplah untuk mengagumi betapa pilihan yang ngga salah di hotel ini.


One thing for sure in my mind right now,,, I wanna take my family, Natz and Kelly ke sini, merasakan eksotisme hotel ini, someday. Took them to wisata Makassar, Pulau Kayangan dan yang termasyur Tana Toraja. Dengan jarak tempuh 8 jam dari Makassar, gue rasa Tana Toraja jauh dari agenda gue kali ini :_(

Day one Makassar, foto-nya di sini