26 November 2008

Pengorbanan seorang Ibu

Luar biasa. Setiap orang selayaknya hormat dan sayang kepada ibunya lebih dari siapa-pun di dunia. Tak ada ibu yang tak layak dicintai, disayang dan dipeluk setiap hari. Memberi kehidupan semata mata usaha seorang ibu, pengorbanan seorang ibu. Dan tak ada ayah yang mengaku sayang kepada anaknya jika ia melupakan jasa sang istri tersebut.

Dan inilah pengorbanan seorang Natz. Yang hebatnya lagi, tidak mengeluh sepatah katapun. Mungkin kata ‘pengorbanan’ bisa diganti dengan ‘cinta’ atau ‘kebahagiaan’. Sebab, gue yakin karena cinta dan kebahagiaannya melahirkan Kelly yang membuatnya tidak merasa ‘berkorban’ apapun.

Sejak Sabtu 16 Nov 2008 dini hari setengah 1 pagi, Natz sudah mulai berpuasa. Dan bukan hanya tidak boleh makan, tapi juga minum, bahkan hanya segelas air putih. Jam 8 pagi sudah harus bersiap masuk ruangan untuk operasi jam 9. Di dalam ruang operasi yang super dingin, ibu tidak tak sadarkan diri. Hanya bius lokal, sehingga tau apa yang dokter dan para perawat katakan. Tensi sempat naik sampai 145 karena tegang, namun berusaha menenangkan diri.

Sekitar jam 11 siang, baru keluar dari ruang operasi menyusul sang bayi keluar sekitar pk 10 kurang. Masuk ruang pemulihan dalam keadaan perut kebawah tidak dapat dirasakan apalagi digerakkan. Hanya bisa tiduran, dan belum boleh minum apalagi makan. Buang air kecil dilakukan dengan selang yang terpasang ke ibu. Dengan kondisi seperti itu, masih bisa tersenyum manis.

Sekitar jam setengah 3, bayi didekapkan ke ibu untuk menyusui pertama kali. Sekitar 2 jam tidur miring berusaha memberi makan bayi hanya untuk merangsang ASI yang biasanya belum keluar pada hari pertama. Sampai hari kedua, kedua payudara sampai lecet karena kering dan si bayi menyedot keras sekali.

Barulah jam setengah 7 malam, baru boleh minum teh hangat manis. Dan air putih mulai boleh namun sedikit sedikit. Bibir Natz sampai kering dan sempat pecah pecah. Jam 7.30, baru masuk ke ruangan dimana Natz akan dirawat selama beberapa hari.

Dan yang paling menakjubkan adalah, baru boleh makan setelah 10 jam dari operasi yaitu jam 10 malam. Itu artinya lebih dari 16 jam sejak puasa dimulai! Dan selama itu, gue sudah makan 3 kali, pagi siang dan malam. Itupun tidak langsung makanan enak, tetapi bubur sum sum manis. Karena lapar, Natz sampai minta dibawakan porsi yang besar kepada susternya. Barulah keesokan harinya boleh makan bubur, dan hari berikutnya nasi.


Belum lagi bekas jahitan operasi yang terasa nyeri setiap kali bergerak, dan harus menahan tawa ketika ada yang berkelakar karena menambah sakit. Berhari hari luka itu baru membaik dan ibu dianjurkan melakukan hanya pekerjaan ringan. Bahkan naik tangga tidak dianjurkan.

Tak hanya sampai disitu. Setiap saat bayi menangis, yang intensitasnya meningkat di malam hari, harus siap sedia menyusui, walaupun sedang tidur. Dalam keadaan payudara yang sudah lecet, tetap harus menyusui untuk merangsang keluarnya ASI. Dan ketika ASI keluarpun, tiap malam, diyakini, ibu harus terbangun untuk memberi makan si bayi yang tidak mengenal waktu.

Kelelahan fisik dan mental membuat Natz terbangun di suatu pagi 3 hari setelah melahirkan dan menangis. Gue disana tidak hanya untuk menenangkannya, tapi lebih untuk merasakan kelelahannya.

Pengorbanan itu menjadi cinta dan kebahagiaan. Apalagi ketika melihat si buah hati tergolek dalam ketenangannya. Iba ketika ia meronta. Hanya kasih sayang yang membuat Natz menjadi seorang ibu yang kuat dan hebat.

PS. Kelly habis baca ini harus + sayang sama Mama. Berikan Mama pelukan dan ciuman paling tidak sekali setiap hari :_)


Saat saat Persalinan Kelly baca di Kelly Gallery.

19 November 2008

Kelly Natalia Cen: oek oek yang menghiasi kehidupan kami

Tak henti hentinya gue menatap dia. Dalam palung tidurnya, ia tenang dan damai sekali, sesekali menggeliat dan seperti mau menagis, tapi ngga jadi. Seperti setengah bermimpi, gue bertemu mahluk mungil, lembut, cantik dan tak berdaya di hadapan gue ini… seperti terdengar lagu ‘the first time ever I saw your face’ ketika gue menatap wajah mungilnya.


Bayi mungil yang lucu keluar dari ruang operasi, sekitar pk. 9.40 16 Nov 2008, diperlihatkan pada Papanya, “perempuan ya pak” singkat saja kata kata sang suster. Tak lama, barulah dokter anak (dr. Elvira) menjelaskan ke gue dan Mama Natz yang sudah menunggu dari sejak sebelum operasi di mulai.

Penjelasan pun singkat, anaknya sehat, langsung menangis, berat dan panjang-pun ideal: 3.035 kg dan 49 cm, dan yang paling penting: tak kekurangan sesuatu apapun.

Malaikat kecil kami langsung di masukkan ke dalam inkubator. Namun bukan berarti ada suatu masalah. Memang, dunia medis jaman sekarang, semua bayi yang baru lahir, untuk penyesuaian dengan dunia luar, di masukkan dahulu ke inkubator selama 4 – 6 jam. Tak terkecuali Kelly kecil kami.

Seluruh keluarga berbahagia menyambut kehadiran anggota baru. Papa Mama Natz beserta Yopi, istri dan Vigo anak mereka. Vigo bahkan berkali kali menyebut ‘dede’ ‘dede’ seperti ia sayang sekali sama Kelly. Papa Mama Aj dan Cece datang tak lama kemudian. Disusul Khioko, ci Betsy dan James yang tak bisa diam.

4 jam kemudian, sekitar pk. 2.30, masih di ruang pemulihan, Kelly kecil dibawa ke kita untuk menyusui pertama kali. Tentu air susu tidak langsung keluar, namun bayi perlu terus menerus disusui untuk merangsang air susu ibu. Biasanya butuh 2 atau 3 hari kemudian ASI baru muncul. Setelah hampir 2 jam mencoba dan memang belum keluar, bayi dikembalikan ke ruangannya bersama bayi bayi mungil lainnya. Sampai hari ke dua – tgl 18 Nov 2008 belum keluar ASInya. Barulah hari ketiga – 19 Nov 2008 mulai keluar sedikit.


Sehingga, kita putuskan untuk sementara memberi susu formula, hanya untuk memberi ‘kekuatan’ buat Kelly kecil bertahan sebelum ASI mamanya benar benar keluar. Urusan susu formula pun ngga boleh sembarangan. Karena gue dan Natz punya riwayat alergi, maka untuk Kelly harus susu yang hipoalergi, sehingga kita putuskan untuk memberinya NanHa, produk dari Nestle.

Setelah berdiskusi dengan orangtua kita, akhirnya nama yang sudah kita buatkan kartu namanya itu harus sedikit dimodifikasi. Marga Chandra kembali ke originalnya yaitu Cen (bahasa hakka/kejia; dalam bahasa mandarin: Zeng). Papa Aj memberinya nama Zeng Yen Ling, artinya terbang tinggi meraih kesejahteraan. Boleh dipanggil Ling Ling atau Kelly, 2-2nya terdengar sweet and feminine bukan? :_)

Kelly kecil, ada harapan besar dari Papa dan Mama buat kamu. Jadi anak yang sehat, pintar, dan peduli sama orang lain, baik hati dan suka menolong. Kelly kecil, buah cinta kami, Papa dan Mama sayang kamu, bahkan sejak kamu belum dilahirkan. Apalagi sekarang, kamu sudah hadir di tengah tengah kami. Oek oek mu menjadi pengisi kebahagiaan kami mulai sekarang. Mulai dari sekarang, kamulah hidup kami.

Waktu keluar RS, suster yang membantu menggendong bilang begini, “baru kali ini ada bayi mau pulang senyum senyum terus”. Iya, senyum ketika pulang itulah yang akan menghiasi rumah kami.


Lebih banyak foto Kelly kecil klik di Kelly Gallery

10 November 2008

Saat Saat yang Mendebarkan

klik judul di atas untuk melihat foto yang berhubungan dengan posting ini

9 bulan. Tak terasa, umur bayi mungil kita sudah genap 9 bulan berada di dalam rahim ibunya. Banyak suka cita dan kegiatan menarik bahkan sebelum ia terlahir di tengah tengah kita. Mulai dari membeli buku dongeng, download lagu klasik, memilih warna peralatan/pakaian yang nanti akan dia pakai, pesan susu kedelai, membeli playpen, mendongeng / menyanyikan lagu sebelum tidur, sampai memilih nama untuk sang buah hati.

Melihatnya tumbuh, dari sebesar biji kacang, dari posisi kepala di atas sampai di bawah, merasakan kehadirannya lewat gerakan dan tendangannya, dengan takjub menatapnya mengemut jarinya lewat layar USG, sampai saat saat terakhir menjelang kelahirannya.

1 minggu menjelang kelahirannya, semua parameter menunjukkan tanda tanda baik. Ukuran kepala, lingkar perut, panjang tulang paha, denyut jantung, aorta (pembuluh darah besar), dan jenis kelamin yang, kata dokter, 99.9% perempuan. Hanya lingkar perutnya yang sedikit ketinggalan dengan parameter lain. Kalau parameter lain menunjukkan hampir 38 minggu (sesuai dengan perkiraan umur kehamilan), maka lingkar perutnya menunjukkan hanya menjelang 35 minggu. Tapi masih dalam batas normal. Perutnya langsing :_)


Semuanya baik, bayi kita dalam keadaan yang sempurna dan siap lahir (could be anytime)! Antara 37 sampai 40 minggu adalah saat terbaik. Lewat dari itu, air ketuban bisa terlalu sedikit dan hal yang ajaib adalah, plasenta, yang memberi makan sang bayi, ‘enggan’ lagi bekerja menyuplai makanan.

Hal lain yang ajaib mengenai plasenta adalah, ia bisa tumbuh di bagian mana pun di dalam rahim ibu. Idealnya, ia ada di bagian atas dari rahim, sebab jalan lahir sang bayi ada di bagian bawah. Artinya, kalau ia berada di bawah, akan menyulitkan atau bahkan menghambat jalan lahir. Artinya bayi akan kesulitan atau bahkan tak bisa lahir sama sekali dengan cara ‘normal’.

Gue dan Natz dari awal memang memilih melahirkan normal. Melahirkan normal, bagi kita adalah sebuah proses alami untuk berjuang demi kehidupan, yang kalau bisa, harus dilalui pada fase awal kehidupan setiap orang, termasuk anak anak kita. Melahirkan cesar tak ubahnya ‘mengambilkan’ jalan pintas baginya, dan ‘merenggut’ kenyamanannya dari dalam rahim. Namun, terlepas semua itu, kita juga sudah memutuskan, apabila ada tanda tanda medis yang tidak menjamin kelahiran normal dapat berhasil sepenuhnya dan muncul keraguan, maka tanpa ragu ragu, kita akan langsung memutuskan untuk cesar.

Keputusan itulah yang kita ambil. Plasenta yang memberi makan sang buah hati kita tampaknya berjarak terlalu dekat dengan kepala sang bayi, dan sepertinya menghalangi jalan lahirnya, walau hanya sedikit. Second opinion-pun menyatakan hal yang sama. Baik dokter Hendy (yang selama ini menangani kehamilan Natz) dan dokter Forri Fortuna (RS Puri Indah – kita pernah cek ke sana waktu sekitar 5 bulan), mengatakan hal yang sama (walaupun cara penyampaiannya berbeda): bisa lahir normal, dengan resiko, bila tidak bisa, maka terpaksa operasi (cesar).

Keduanya menyatakan, ada kemungkinan bisa lahir normal. Namun, bila terjadi pendarahan yang terlalu banyak (akibat gesekan sang bayi dengan plasenta), maka bayi, yang kemungkinan sudah nongol sedikit, harus dimasukkan lagi dan dikeluarkan dari ‘jalan’ yang lain. Keberhasilan lahir normal, tergantung pada banyak sedikitnya plasenta menghalangi jalan lahir. Dan kedua dokter tidak dapat memastikan hal tersebut. Tidak dengan alat alat medis yang tersedia pada saat ini. Maka keputusan untuk lahir cesar pun, tanpa ragu ragu, kita ambil.

Dan hal baik mengenai lahir cesar adalah, kita dapat memilih tanggal ! Saran dokter, tanggal terbaik adalah tidak lewat dari 39 minggu, pada saat air ketuban masih cukup dan plasenta belum berhenti menyuplai makanan. Maka, tanggal 16 November 2008 pun kita pilih. Itu adalah awal minggu ke 39, dan jika benar bisa lahir tanggal tersebut, perayaan 1 bulanan akan bertepatan dengan hari ulang tahun Mamanya yang jatuh pada tanggal 16 Desember. Hal itu akan sangat tergantung dengan kesediaan dokter Hendy, sebab 16 November 2008 kebetulan jatuh pada hari Minggu. Akan ditentukan pada kontrol terakhir menjelang melahirkan, Selasa 11 November besok.

06 November 2008

HONGKONG, someday I will return (with my family) …

click the above tittle for photos related to this post

Hari pertama kerja, ngga ada yang menjemput dan susah banget dapet taxi. Gue dan Melia (rekan sekantor dari Indonesia) udah mulai kawatir kalo gue harus naik MTR (subway), dan hanya itu pilihan yang ada. Di dalam MTR, terngiang saat saat di Singapore, dimana semua orang berjalan dengan langkah yang amat cepat, dengan dahi yang berkerut kerut. Namun, berbeda sekali dengan di Sing, disini, kerut kerut itu berubah senyum ramah dan tangan menunjuk kemana harus pergi, di mana naiknya, turunnya dan keluar exit mana. Semua orang seems so nice. Dan dengan kebaikan beberapa komuter, kita sampai tanpa nyasar di Quary Bay, tempat dimana kita akan menghabiskan 1 minggu. Bekerja.


Siang itu, kita diajak makan di sebuah resto yang sangat ramai, masih satu gedung. Bukan hanya suara bercakap cakap orang Hongkong yang memang kenceng. Tapi juga bunyi piring, yang dilempar waiters ke meja, atau ke mana aja, asal ngga kena pelanggan aja. Malamnya, Thai food di sebuah resto yang letaknya di ground gedung yang sama, Thai Orchid. Yummy banget, kita pesen kepiting, tom yam, dan seafood curry dalam wadah labu (mentang mentang Halloween) :_P

Malam selalu menjadi saat terbaik yang ngga ingin dilewatkan di Hongkong. Kebetulan mereka (Joyce and Edmund) ada tugas market visit ke sebuah daerah clubbing yang disebut Lan Kwai Fong. Tempat bar bertebaran, tempat sebagian besar expat bule hang-out, minum, ngobrol dan beberapa ditemani teman wanita lokalnya masing masing.

2 siang berikutnya (Selasa dan Rabu) kita diajak mencicipi makanan khas orang china (mie) yang sangat sangat Hongkong tradisional. Mie putih (kwetiau) dengan pilihan daging sapi, jeroan, bakso ikan atau pangsit kulit ikan. Bukan terbuat dari kulit ikan, tapi bungkus/kulit pangsitnya terbuat dari ikan. Seperti yang sering Papa Mama bawa dari Bangka. Sungguh Yummy... Dengan beef slice-nya yang rada rada berlemak dan lembut banget.

Malamnya, setelah makan malam di suatu tempat yang juga Chinese banget, kita diajak ke tempat terbaik untuk melihat (hampir) seluruh Hongkong, The Peak. Joe dan Iris yang menemani kita. Konon, katanya, ngga afdol kalo ke Hongkong kalo ngga ke The Peak, dan ngga afdol kalo ke The Peak tapi ngga naik Peak Tram. Dan itulah yang kita lakukan. Beruntungnya, tiket Peak Tram seharga HKD 22 (sekitar IDR 30ribu) gue dapatkan gratis dari seorang turis (timur tengah/eropa timur) yang kelebihan tiket karena temannya tak jadi datang.

Dasar Hongkong surga belanja, di atas puncak inipun ada pusat belanja, namanya The Peak Galeria. Disini juga ada Wax Museum, tempat patung patung lilin orang terkenal. Tapi malam sudah terlalu larut. Kurang 20 menit lagi, Sky Terrace segera akan tutup pk. 11 malam. Dan untuk berada disana sekitar 15 menit, tiket masuk HKD 30 per orang terasa terlalu mahal. Ditambah lagi cuaca yang berkabut malam itu. Untung Joe membawa dslr Nikon, yang terlihat sangat canggih. Dia bahkan membawa beberapa lensa kamera di tasnya. Dan inilah Hongkong dari atas.


Malam berikutnya, kita terlalu telat dari kantor sehingga hanya bisa menyaksikan Hongkong laser show dari atas kapal feri. The best view adalah, kita menyeberang dari Hongkong island ke Kow Loon, trus dari sana melihat kembali ke Hongkong. Tapi sisi baiknya, di atas kapal, kita bisa lihat kedua sisi yang sedang memainkan laser show.


Tsim Sha Tsui adalah tujuan kita di bagian Kow Loon ini. Pusatnya orang orang hang-out juga. Bar, Pub dan diskotik betebaran. Dan seperti tak pernah tidur, selalu ramai walaupun larut. Disana kita belanja beberapa kaos berbahan bagus dengan harga ekonomis, pada pukul 11.30 malam hari biasa (bukan week-end). Malam itu Serena (FC) dan Alvin (staffnya) yang menemani kita. Alvin pribadi yang sangat baik dan warm, walaupun inggrisnya agak susah dimengerti.

Malam berikutnya (Kamis), kita ke tempat yang tak jauh dari Tsim Sha Tsui, dan bahkan lebih ramai dan semakin larut, rasanya makin ramai saja. Nama tempatnya, Mong Kok. Anak anak muda yang tidak dimarahi orang tua-nya kalau pulang malam (I quess). ABG dan anak muda berpakaian ‘menggoda’, lalu lalang atau minum bir adalah hal biasa. Disini pusatnya barang barang murah kualitas tau sendiri. Kita beli kaos ‘Hongkong’, dan souvenir souvenir kecil lainnya untuk teman dan kerabat di tanah air. Jam 11 malam ketika kita meninggalkan tempat itu. Lagi rame rame-nya orang naik subway, baik yang pulang maupun yang baru datang.

Malam itu, kita ditemani Carven, Sales Promotion Girl coordinator yang cute, nice dan sangat decent. Di bar manapun, kami selalu disambut baik, baik oleh pemilik bar maupun SPG SPG yang sedang ditugaskan Carven di sana. Dia tampaknya enjoy dengan pekerjaan ‘malam’nya dan dengan antusias bercerita suka dukanya selama setahun lebih menangani SPG. SPG juga manusia.

Besoknya agak santai. Sehabis closing meeting dengan orang orang di office, kita memutuskan untuk sekali lagi menghabiskan malam di Mong Kok. Kali ini acara-nya ‘Shop ‘til Drop’ :_P Mong Kok memang pusatnya kehidupan malam yang manawarkan semuanya. Makanan, bar, hotel murah, dan terutama belanja. Next time ke Hongkong, rasanya gue udah tau harus menginap di mana, hmmm…


Apalagi malam itu tepat tanggal 31 October. Dan orang Hongkong itu sangat kebaratbaratan. Ngga heran sih, mereka kan bekas negara 'pesemakmuran' Inggris. Malam itu kostum Halloween bertebaran, dan mereka niat banget dalam berdandan. Lihat saja !


Hari Sabtu adalah hari terakhir di Hongkong. Tepatnya setengah hari. Sebab, penerbangan dengan Cathay Pacific bermula jam 4 sore, artinya jam 2 sudah harus stand by di airport, dan jam 1 kurang sudah harus mendapatkan taxi. Setelah malamnya sampai di hotel jam 1 pagi, mengemas dll sampai jam 3 pagi, esoknya bangun jam 9. Artinya hanya ada 1 – 2 jam terakhir, sebelum makan siang dan berangkat ke airport.

Beruntunglah hotel tempat gue menginap sangat dekat dengan Causeway Bay, pelabuhan yang memisahkan pulau Hongkong dengan pulau Kow Loon. Dan disitu pemandangannya indah sekali. Hanya 1 stasiun subway jaraknya dari stasiun Tin Hau yang letaknya persis di depan L’Hotel. Jalan kaki pun mungkin hanya 20 menit. Tapi, gue pilih subway, karena takut nyasar :_P


Setelah tanya kiri kanan, akhirnya sampailah gue ke ‘teluk’ itu. Malah sempat meminta wisatawan lain mengabadikan pose gue disitu. Kebetulan gue pergi sendiri, Melia mungkin kecapean setelah semalaman shooping dan memilih istirahat di hotel. Sayang hari itu mendung, sehingga foto kurang mendukung. Memang sedang musim Autumn sehingga cuaca memang kurang bersahabat bagi photography.


Makan siang terakhir, kita pilih di depan hotel kita, Viking Seafood. Karena dari hari pertama sudah tampak menggoda. Namun, setelah memesan dan makan, ternyata agak kecewa juga.


Taxi ke bandara cukup mahal. Dari L’Hotel HKD 380. Seperti sudah kesepakatan, walaupun argonya hanya sedikit lebih dari 300, dia mengenakan semacam surcharge hingga mencapai angka 380.

Bandara Hongkong sangat besar. Dan sudah merupakan tempat ‘wisata’ sendiri. Puluhan bahkan ratusan outlet yang menjual macam macam souvenir menarik dan makanan. Salah satu-nya Kee Wah yang menjual kue tradisional orang Hongkong yang sangat terkenal dengan sebutan ‘pai istri’ (Louphopeng). Konon, bagi tiap orang yang mengembara meninggalkan istri (seperti gue), wajib membawa pulang kue ini pertanda, di dalam perantauan selalu mengingat sang istri di rumah yang dengan setia menunggu kepulangan suami.


Tak kalah serunya, Disney shop pun ada disini. Dan ramai sekali. Mungkin tak semua orang sempat ke Disneyland Hongkong seperti halnya gue dan Mel, tetap ingin sesuatu dari sana. Dan tidak semua orang yang ke Disneyland sempat membeli souvenir. Nah, disini lah pintarnya pihak Disneyland. Souvenir shop yang selayaknya berada di tempatnya, ia ‘pindahkan’ atau bahkan ‘dicopy’ ke bandara. Semua orang ingin membawa pulang sesuatu dari Disneyland. Semua puas dan Disneyland untung besar. Gue sendiri beli tempelan kulkas Disney untuk pajang foto anak, nantinya. Dan oleh oleh mobil mobilan The Cars untuk ultah si James.

Pesawat terbang persis jam 4 sore. Sehingga menunggu tak begitu lama. Belum sempat menghabiskan pulsa Simpati Kangen yang dibeli Minggu hari pertama. Pulsa HKD 50 masih tersisa 28, itu sudah telepon Natz, Papa-Mama di Bangka dan Khioko. Masih belum habis juga. Hemat dan Hebat Simpati ini.

Di dalam pesawat banyak sekali ‘godaan’ tontonan walau mata sudah 5 watt. Kebetulan gue belum nonton ‘Dark Night’ sehingga walaupun mata setengah terpejam, tetep gue tonton sampai habis. Dalam perjalanana menuju Hongkong, juga begitu, film Hanckok gue tonton habis. Pelayanan Cathay memang yahuuud…

Sampai di tanah air, imigrasi, bagasi dll (lama banget). Akhirnya keluar dan dijemput Natz dengan sopir. Se-enak enaknya di negeri orang, tetep hari terakhir mau pulang rasanya lebih exited daripada saat saat mau pergi. Hari itu, menurut tanggalan China, merupakan ultah gue. Gue dan Natz pergi makan mie kadut di Taman Palem. Ketemu Melen, yang hamil 4 bulan dan nakut nakutin lahir normal. Anaknya yang pertama (sekarang 5 tahun) lahir normal, dan dia bersumpah ngga mau lagi. Duh. Nakutin...

Eniwey, waktu di the Peak Hongkong, gue SMS gini ke Natz. “Kalo anak kita udah cukup gede, tujuan wisata ke luar negeri pertama kita musti Hongkong” dan Natz langsung meng-iya-kan :_)

04 November 2008

Do you ever get a present that make you silent, stand still and like wanna cry ? Simple gift but touched you deep in your heart ?

I just did. This morning. So many memories in such a small piece of card.











THANK YOU BABY, I LOVE YOU