14 Juli 2012

#Italytrip AJ headed to Rome

di ruang tunggu bandara Soeta. Sudah kelihatan pesawat KLM yang akan membawa AJ ke Eropa :)
Penerbangan 16 jam ini bukan penerbangan yg mudah. Total ada 3 flight: Jkt - Kuala Lumpur (KL), KL - Amsterdam dan Amsterdam - Rome. Jkt - KL adalah piece of cake, 1.5 jam saja dgn transit 1/2 jam. Sempet jalan2 dikit di bandara international KL ini and this is my first time, biasanya kan turun naik di KLCC budget airport. Rupanya bandara ini luar biasa megah, bila dibandingkan dgn SoeTa, bisa membangkitkan rasa minder.


Di penerbangan kedua (KL - Amst), hampir seluruh penumpang berganti, orang2 Melayu, China, dan India turun berganti hampir seluruhnya bule. Terbang kira2 jam 10 malam, diberi makan nasi rendang (mayan enak), di penerbangan pertama juga dapetnya bihun yg lumayan. Abis itu berusaha tidur dan bermulalah sengsaranya kelas ekonomi. Tidur sangat tidak nyaman, posisi apapun salah karena pantat mulai pegal2 duduk kelamaan. Kira2 jam 3an, diberi makan pagi bake egg with cheese, sousage, kentang dan jamur. Ohya, semua meals datang dengan sepotong roti dan butter. So far, makanan masih nice dan mulus di lidah, mulus di perut. Setelah terbang sekitar 12 jam, pengumuman kencangkan sabuk pengaman tanda sudah mau mendarat, terdengar merdu sekali.

Sepagi ini mendarat di Schipol, Amsterdam
Schiphol adalah bandara yg nyaman dan nyeni. Layanan transfer gampang sekali, apalagi gue sudah ada boarding pas (check in online). Yang membuat gue agak upset adalah gue tidak berhasil menitipkan koper gue di sini. Sudah dipersiapkan dari rumah, mana koper yg ikut ke italy dan mana yang stay di amsterdam. Sudah browse sana sini tentang luggage locker di schiphol, terhalang satu masalah kecil, semuanya buyar. Bukannya ngga ketemu luggage lockernya, Luggage locker ada beberapa dan mudah banget pengoperasiannya. Jadi apa yg bikin gagal? Pembayarannya menggunakan kartu kredit, dan di kita (Indonesia), untuk alasan security, setiap KK selalu disertai 4 angka rahasia alias PIN. Dan gue, termasuk banyak dari orang kita ngga pernah mengingat nomor PIN itu. Bahkan surat pemberitahuan nomor PIN, masih tersimpan rapi di lemari tanpa terbuka. Pelajaran pertama, ingat nomor PIN KKmu!!!!


Nevermind, terpaksa si merah (koper merah) ikut ke Italy. Yg repot adalah berarti tenteng2 laptop kemana mana. Si merah stay seharusnya di schiphol karena minggu depan gue balik lagi ke Amsterdam, untuk training. Now, berarti 2 koper harus ditenteng ke mana mana. Hikmahnya, bisa saved Eur 6 x 7 hari (42 euro) hehehe. Informasi Luggage locker Schiphol bisa dilihat di link berikut.

Karena berkutat cukup lama di luggage locker yang diakhiri dengan kekecewaan, gue agak telat masuk pesawat. Untuk masuk ke Imigrasi dan ke ruang tunggu penerbangan berikutnya sangat ramai. Maklumlah, Schiphol adalah salah satu bandara transit paling ramai di Eropa.

Penerbangan ketiga (Amsterdam - Rome). Gue adalah orang ketiga terakhir yg masuk pesawat. Tak lama, si pilot mengumumkan kalo mereka terpaksa meninggalkan 5 orang penumpang yg terlambat naik, dan proses mengeluarkan bagasi mereka akan memakan waktu 10 menit. Walaupun kemudian pesawat masih tidak bergerak sekitar 20 menit lagi karena landasan sedang ramai, kelima penumpang tadi tidak juga diberi kesempatan naik. Wiuhh... Coba kalau gue berkutat lebih lama di Luggage Locker, mungkin nasib gue sama dengan lima penumpang itu, jadi enam penumpang.

Pesawat mulus meninggalkan Schiphol, yang pagi itu dingin, awan tebal dan disertai gerimis. Sekitar jam 8 lewat, pagi. Pesawat rada sepi. 3 baris tempat duduk nomor 8A, 8B dan 8C, hanya berisi gue sendirian.

Pengalaman unusual food bermula dari penerbangan ini. Roti sandwich yg kelihatan biasa ini, rasanya ngga biasa, paling tidak untuk lidah kita orang Timur. Roti isi bacon yg rasanya aneh, sedikit pahit, dan rotinya mengandung semacam kacang, tapi bukan kacang juga bukan wijen. Untung dikasih 2 macam roti. 1 lagi roti coklat dan jeruk, rasanya "bisa diterima".

Duduk di belakang gue, sepasang muda mudi asal belanda dan seorang Norwegia yg lama menetap di Italy. Mereka bercerita tentang tempat mana yg harus dikunjungi selama di Rome. Gue nguping aja asik. Sebagian besar tempat tempat yg disebut sama dengan catatan gue. Salah satunya Capella Sistina (Sistin Chapel),  yg katanya agung banget, sakral, tidak boleh berisik apalagi berfoto didalamnya. Makanya gue sudah siap dgn tiket yg gue beli online untuk mengunjungi museum vatikan dan look forward banget untuk melihat seperti apa sih si Sistin Chapel ini.

Kemudian mereka cerita banyak tentang tempat2 yg pernah mereka kunjungi dan ingin mereka kunjungi. And mengecewakan karena they didn't mention Indonesia. Malaysia, Thailand, Vietnam, China, well they did mentioned Bali, but I wonder do they know Bali is Indonesia. Later I know why, bule bule itu sering banget traveling. Mereka punya cuti 31 hari dalam setahun! Setelah itu, mereka bisa beli cuti (mungkin semacam unpaid leave kalau di Indonesia). Ini gue ketahui belakangan dari teman sesama training di Amsterdam.

This must be Alpen!!! Pemandangan gunung salju ini dugaan gue adalah kita melintas di atas pegunungan Alpen. Saking clear nya cuaca saljunya seperti kepegang.
Sampai di Fiumicino, Roma. Gue pikir bandaranya keren banget kyk di Singapore, ternyata kuno en tidak menimbulkan minder bila dibanding SoeTa. Apalagi terjadi pengalaman tidak mengenakkan. Si satpam bandara ngerjain gue. Satpam bertampang Rambo ini bilang untuk ngambil bagasi KLM gue harus ke terminal 3, sedangkan ini terminal 1. Jadi gue disuruh keluar (padahal ambil bagasi ada di kiri), gue nurut aja lagi. Sampai di luar bingunglah gue, tanya informasi jutek banget, si India, walaupun jutek tapi infonya bener. Akhirnya gue masuk lagi, check sekurity lagi (keluarin semua laptop, kamera, galaxi tab, dll). Untung security yg manis ini helpful dan ramah, gue ditunjukin dgn jelas kemana harus ambil bagasi. Sampai sana untung tasnya belum diberesin.


Kembali ke India jutek di bagian informasi untuk tanya dimana stasiun kalau mau naik kereta ke Termini. Disuruh naik ke lantai 2, sampai situ benar2 gak jelas harus kemana, untung ada satu stewardes maskapai Alitalia, keluar dari satu pintu, dan ramah mau menjawab pertanyaan gue, masuk pintu itu dan ikuti tanda kereta api katanya dgn ramah. Gue ikutin dan bener. Jalannya memang agak jauh, tapi dengan berpeluh sampai juga gue di stasiun. Hampir salah ngantri yg luar kota (sekali lagi petunjuk ngga jelas). Akhirnya dapat tiket Roma Termini 14 euro, dan kereta udah siap berangkat.

Di dalam kereta penuh, dan apalagi banyak koper koper. Di depan gue ada opa oma Italia yg share tempat duduknya (tadinya didudukin koper). Di dalam kereta ini, panas banget, ACnya spt tidak bekerja. Di dalam kereta ngantuk bgt, sempet tertidur sebentar. Kereta cukup nyaman, walaupun guncang2 dikit. Jalannya di atas (bukan subway), bisa lihat pemandangan. Tapi jangan expect pemandangan kota besar. Pemandangannya mirip kayak di terminal2 di Indo, rusun yg gak terlalu bagus, kalau ada tiang jembatan (fly over), byk coretan gravity, dan walaupun gak stop di tiap stasiun, bisa terlihat stasiun2 itu kumuh en jorok, mirip di kita.

Stasiun Termini adalah stop terakhir dan itulah tujuan gue. Termini adalah stasiun KA terbesar dan letaknya di pusat kota Roma, sebutnya Roma Centrale. Begitu turun langsung jalan pede menghindari calo. Begitu keluar langsung bingung lagi mau kemana. Sekali lagi bukan kota modern yg didapat, Roma adalah kota tua, yg gedungnya rata-rata kuno, namun kokoh berdiri dan terlihat exotis.

Tepat di seberang jalan, ada box informasi yg ramai dikerubungi turis. Langsung aja gue ikut nimbrung. Di dalamnya ada tante2 yg ramah bgt, langsung aja gue sodorin alamat hotel gue dan hasil print-an google map. Berguna banget, liat itu dia langsung saran gue untuk jalan lurus aja, nyebrang di via Dei Cavour sampai mentok. Lalu ke kanan dan tanya orang lagi.

Mentok kanan, gue hampir kehilangan arah. Tanya orang, ternyata ngga semua orang ramah. Ada juga yang ngga mau peduli, kalau ditanya udah bener belum jalannya kalau mau ke sini, jawabnya "si (yes), just go straight".
Padahal ujung2nya salah.

Sampai gue berasa kelewatan jalannya, di depan gue banyak bangunan kuno yg sptnya tempat wisata, gue tanya petugas pom bensin yg baik banget. "you go straight, when you see the traffic light, you cross the street, it's there" dengan logat yg Italy banget. Bener gue kelewatan, dan harus jalan balik dgn menggeret 2 koper.

Gue jalan spt saran dia dan menemukan sebuah lapangan dengan air mancur. Sepertinya air mancur ini gue pernah liat. Gue keluarkan lembar bookingan hotel gue, Casa Santa Sofia, dan gue liat gambar air mancur yg persis seperti di depan gue itu. Air mancur itu tampak indah sekali, teduh dan nyaman. Tandanya gue sudah dkt dgn hotel tempat gue menginap. Tapi di mana gerangan dia. Tak jauh ada kios majalah, dengan enteng si signor menunjuk bangunan persis di depannya sbg Casa Santa Sofia. Thank you Signor, akhirnya gue sampai......

Begitu masuk, dari jalanan yang panas (sedang musim panas dan cuacanya memang panas sekali), masuk ke lobby yang adem dan sunyi tenteram. Di kanan, pojok receptionist, berdiri seorang suster sebagai penerimanya. Rupanya ini adalah hotel yg dikelola suster. Susternya baik sekali, dia menjelaskan segala sesuatu, peraturan dll di hotel dgn sangat ramah, walaupun Inggrisnya tidak begitu lancar, tapi bisa dimengerti. Kamar gue 105, berada 1 lantai diatas. Dan ada lift.

Bukan tanpa alasan gue memilih Casa Santa Sofia sebagai akomodasi gue di Rome. Selain harganya yang pantas (Eur 45 per malam), juga karena tidak jauh tapi tidak terlalu dekat dengan Roma Termini. Terlalu jauh dengan stasiun kereta tentu merepotkan. Terlalu dekat? Di Italy bisa berarti resiko bahaya, karena menurut komen di booking.com maupun tripadvisor, stasiun kereta di Italy bisa juga berarti dekat sarang preman!

Belakangan, setelah sampai dan menikmati hotel, ada rasa syukur lain yang lebih lagi, karena ternyata, jarak ke Coloseum, tempat bersejarah gladiator di Roma kuno, hanya berjarak satu penyebrangan jalan dari hotel ini. Wuuuiiiihhhhh !!!! Recommended hotel !!


Masuk kamar, kesan pertama, bersih. Tempat tidur single (90x120) pun bersih. Kamar mandi bersih. Hanya saja tanpa AC dan TV. Yah worth it lah untuk sewa Eur 45 semalam, gue ambil 2 malam. Setelah perjalanan pesawat selama lebih 16 jam, perjalanan kereta api ke Termini, dan jalan kaki selama sejam mencari hotel, pancuran air hangat di hotel itu merupakan sesuatu yg patut dihargai. Sekitar jam 1 waktu Roma, AJ siap mengarungi kota ini, di postingan berikutnya: AJ in Rome... 

Pemandangan dari kamar hotel AJ :)