08 Agustus 2012

#Italytrip day 1 AJ in ROMA, part 1


Setelah hampir 20 jam gue di perjalanan, dan di tengah terik matahari Roma, dengan berpeluh sampai juga gue di Casa Santa Sofia, hotel gue yang pertama di trip ini. Boleh dibilang ini sebuah biara yang separoh gedungnya dibuat jadi hotel. Pengurusnya, dari receptionist dan penyaji makan pagi adalah suster. Suster Clara adalah yang menyambut gue dengan ramah, walaupun gue bau dan berpeluh. Gue merasa tenang dan damai. Dan merasa beruntung menjatuhkan pilihan di hotel ini, karena book hotel online seperti membeli kucing dalam karung.

Mandi dengan shower hangat adalah a moment to appreciate sehabis perjuangan panjang sampai ke tanah Italy. Kamar di Casa Santa Sofia ini, walaupun kecil, sangat bersih, dan lengkap dengan kamar mandi. Sirkulasi udara pun apik, karena ada jendela kayu yang ada celahnya, dan jendela kaca. Walaupun cuape nya luar biasa ditambah ngantuk (kurang tidur karena bermalam di pswat, kelas ekonomi pula), tapi kaki ini rasanya tidak sabar menjelajah, maka melangkahlah dia keluar tak sabar menemui petualangan pertama di Roma, di Italy, bahkan di Eropa.

Di lobby, kembali gue menemui suster Clara untuk menanyakan, tempat mana yang harus gue kunjungi selama di Roma. Di meja reception, sudah disiapkan lembaran besar peta Roma Central. Lebih tepat peta wisata, peta yang colourful, dengan gambar2 tempat2 wisata seperti coloseum, palatino, trevi fountain, dan vatikan. Lengkap pula dengan jalur Metro (sebutan subway atau MRT di kota Roma).

Coloseum nampaknya menarik untuk menjadi tujuan pertama, secara tempat ini memang legendaris banget, identik banget dengan kota Roma. Ternyata pucuk dicinta ulam tiba, Coloseum (atau Colosseo dalam bhs lokal), letaknya cuma se-nyeberangan jalan dari gang di hotel gue ini. Suster Clara seneng banget liat gue kaget, dan ada perasaan bangga hotelnya dekat coloseum.

Maka mulailah gue berjalan kaki ke sana, benar saja, sehabis air mancur yang persis di depan hotel gue, sebuah bangunan tua besar yang tampak bulat sudah terlihat di ujung jalan sana. Ngga sabar banget gue, setengah berlari gue ke sana.



Terus terang gue agak kaget, karena ternyata coloseum ini letaknya di pinggir jalan saja. Gue pikir masuk ke cagar budaya sehingga untuk masuk ngga langsung begini. Walaupun mengurangi kemegahannya, untungnya, ya ngga perlu jalan jauh jauh untuk mencapai dia.


Sampai sana, sempet jalan keliling bundarannya. Beberapa spot nampak sudah pugaran. Dan pintu pintu nya hampir semua dipagari, hanya tersisa 2 untuk pintu masuk utama dan pintu exit. Tak heran, karena masuk coloseum ini tidak gratis, alias ada tiketnya. Ohya, kalau ketemu orang-orang yang berpakaian ala prajurit Romawi kuno yang kita lihat di komik komik Asterix, boleh berpose dengan mereka asal mau bayar Eur 5. Mereka ngga akan sebut bayaran di muka, habis foto baru diminta. Gue sih ngga foto, gue liat sendiri turis Jepang seperti 'masuk jebakan' orang orang ini. Ada lagi, berkeliaran orang orang hitam dan (mirip) India, berjualan payung, tas, souvenir dan lain lain. Ini ilegal, karena mereka lari pas ada polisi berkuda lewat.

OK, cukup liat liat luarnya. Waktunya masuk... dan waaaksss, ternyata antrian tiket cukup panjang... Di antrian lain adalah mereka yang ikut group tour, beli tiket dengan agen tour and travel di luar. Mereka ngantri juga sih, tapi langsung ke dalam, gue ngantri beli tiket dulu.

Setelah tiket seharga EUR 12 + 5 (untuk guide) gue dapet, gue (dan sesama pengunjung yang dapat jam tour jam 2.45) masih harus menunggu sampai jam 2.45, menunggu tour guide. Sudah bisa masuk sih, tapi musti balik lagi jam 2.45 (kira kira setengah jam nunggu), jadi ya gue masuk aja dulu liat liat, dan coloseum memang kereeeeennnnn!!!!


Jam 2.45 tour guide datang membagikan earphone yang dipakai sepanjang tour. Durasi tournya hanya 1 jam-an. Lumayan banyak info yang bisa di dapat dari tour guide ini, antara lain: coloseum ini dulunya dilapisi dengan batuan yang berharga yaitu marble dan juga besi tembaga. Sebagian besar besi tembaga itu diambil dan dilebur menjadi peluru pada jaman perang. Dan marbelnya diambil salah satunya untuk menjadi hiasan di vatikan.

Informasi paling penting sih ini: Nama aseli nya bangunan ini bukan colosseum, pada jamannya, tidak disebut begitu, itu nama yang belakangan populer setelah tidak dipakai lagi dan terbengkalai. Jika itu benar, maka film Gladiator membuat kesalahan, karena di dalam film itu bangunan ini disebut colosseum. Padahal nama aslinya: Amphiteather, karena bentuk nya yang menyerupai teater.

Informasi penting lainnya adalah bangunan ini pernah mau dihancurkan, makanya sebagian besar bangunan ini hancur, terutama bagian paling luarnya sudah tidak bulat lagi, hanya setengahnya saja yang tersisa. Salah satu kehancurannya juga bisa dilihat di bawah ini:
Yang warna kuning muda dan menyerupai setengah lingkaran itu ingin memberi gambaran, bahwa dulunya seluruh bangunan seperti itu, berupa arena dengan gundukan pasir. Jadi para gladiator ada di bawahnya, bersama binatang buas yang harus mereka hadapi. Arena diberi pasir agar bisa mudah menyerap darah. Dan para gladiator tidak spt di film, nyawanya murah. Kenyataannya, menurut tour guide, nyawa mereka mahal, karena mereka ahlinya, mereka memberi hiburan, dengan demikian dapat meningkatkan pamor raja. Dan coloseum tidak melulu menampilkan kekerasan, kadang ada juga hiburan yang lucu seperti lawakan dan juga show binatang yang tidak buas, macam gajah dan jerapah. Karena bayangkan pada masa itu, jarang orang bisa melihat banyak binatang karena tidak ada kebun binatang (dan belum ada discovery channel... ya, TV aja belum ada...)

Info yang tak kalah pentingnya adalah, tiket EUR 12 itu ternyata tidak hanya berlaku untuk mengunjungi coloseum, tapi juga mencakup Palatino, dan berlaku tidak hanya sehari, tetapi 2 hari. Karena kunjungan gue ke Roma cukup singkat (hanya 2 hari 2 malam), gue langsung lanjut ke Palatino.

Palatino adalah sebuah kompleks kerajaan yang sekarang sudah tinggal reruntuhan saja. Memang masih ada beberapa bangunan yang berdiri (dan sedang dipugar), selebihnya adalah puing puing. Gambar pertama posting ini adalah salah satunya.

Kompleks ini cukup besar dan jalannya berbukit bukit. Gue cukup banyak ketemu dan berbincang pendek dengan sesama turis. Seorang tante dari Florida yang pernah 6 bulan menetap di Singapore, yang memanggil gue "Mr. Indonesia". 2 orang cewek dari New Zealand (gue pikir gue sudah yang terjauh, ternyata mereka lebih jauh lagi), 1 couple orang Inggris, dan beberapa turis Jepang dan Korea. Tidak ada dari Indonesia.

Gue spend hampir all day di Palatino ini, dan ini beberapa foto foto spot yang ada di sana:











 

Plus narsis dikit boleh dong.... (ini foto hasil barter jasa saling bantu fotoin dengan pengunjung lain)



Selesai keliling Palatino (bhs umumnya Palantine), exit jalan dikit ketemu Piazza Venezia. Piazza dlm bhs Italy adalah lapangan, dan di Italy, baik Roma maupun kota lain, banyak banget piazza, dan banyak sekali orang duduk2, makan atau nyantai di Piazza.

Persis di depan Piazza Venezia, ada bangunan putih bersih bersusun kayak kue penganten, merupakan bangunan untuk mengenang para veteran perang, nama gedungnya Monumen Vittorio Emanuele II
 


Di sebelah kanan Piazza Venezia, ada bangunan Foro Traiano dan Foro di Augusto. Bangunan yang relative hancur ini konon adalah rumah bangsawan. Sampai sekarang tidak dirobohkan dan tetap dibiarkan berdiri.

Karena sangat lelah, apalagi kamera gue abis baterainya, gue jalan balik ke hotel. Rupanya hotel itu di belakang Foro di Augusto, bisa tembus lah dari sana.

Sampai hotel, ternyata sore sore gitu banyak banget muda mudi yang nongkrong di bawah air mancur. Ada yang baca buku, ngobrol, dan sepasang muda mudi tanpa sungkan berciuman mesra semesra mesranya sampai lengket tak mau lepas.



Sambil ngecharge baterai kamera, gue sempet ngecharge diri gue sebentar. Sempet tertidur mungkin setengah jam. Di Roma sudah jam 7 malam, namun langit belum kunjung gelap. Masih terang seperti jam 4 sore di Jakarta.

Baterai kamera tercharge sebagian, kembali gue out lagi. Gue liat di peta, Trevi Fountain, tidak begitu jauh dari tempat tadi gue singgah, kalau jalan dari Piaza Venezia, mungkin setengah jam sampe, jadi total ya, kurang lebih jalan 45 menit. Masih ok, pikir gue, sambil rencana cari makan di daerah situ.

Sampai di Trevi sudah jam 8-an. Langit baru seperti jam 5 di Jakarta,  walaupun masih ada cahaya matahari, foto menjadi kurang maksimal:




Trevi adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi. Konon, bila melempar koin ke kolamnya, tandanya akan balik lagi ke kota Roma. Gue sih pengen banget balik ke kota Roma, bersama family tentunya, tapi bukan berarti gue harus lempar koin kan? Jadi gue ngga lempar koin, just for the sake tidak percaya mitos. Lempar ngga lempar gue pasti balik lagi kok. 




Trevi tuh ruameee banget... kayak pasar malam, susah dapat spot tanpa orang. Alhasil, daripada menghindari orang di foto, gue malah memfoto orang orang.










Abis njepret jepret, laper juga. Kalo diingat ingat, terakhir gue makan adalah di pesawat Amsterdam - Roma. Itupun cuma roti sepotong. Perut keroncongan, ngga mudah menetapkan keputusan mau makan di mana. Resto yang ramai, tidak terima tamu 1 orang, minimal 2 orang (optimalisasi space). Resto sepi, tentu gue ngga mau ambil resiko. Sekali makan paling ngga habis Eur 10, masak gue mau makan yang amburabul rasanya?

Bingung... akhirnya gue jalan ngga keruan. Sebelum kehabisan tenaga karena laper, akhirnya gue inget ada resto yang cukup rame di depan hotel gue, persis depan kamar gue malah. Ya udah gue ke sana deh.

Dan ini jepretan sembari jalan balik. Udah mulai gelap, sudah jam 9-an.







Kota Roma tuh memang exotis, walau sembarang njepret pun hasilnya bagus.

Jam 10 an di kota Roma, langit baru benar benar gelap. Dan pada saat itulah santapan gue yang pertama di Italy. Apa itu? As simple as spaggeti carbonara...


Dan begitulah day 1 di Eropa. Ditutup dengan Spaggeti yang I wish ada sambel nya. Cape banget, besok lebih seru lagi, apa yang sisa dari hari ini, which is masih banyak, harus di kunjungi semua besok. Karena selepas besok, lusa pagi gue sudah berangkat ke tujuan berikutnya. So, besok bangun pagi, Vatikan and the rest of Roma menunggu...

Dan ini makan pagi gue di Casa Santa Sofia, bener bener nice hotel dengan harga yang sangat amat terjangkau.

Rincian biaya:
Hotel di Roma: Eur 45 per malam (including breakfast)
Tiket masuk Coloseum & Palatino (kompleks kerajaan) : Eur 12 (berlaku 2 hari)
Tour guide di Coloseum : Eur 5
Dinner: +- Eur 9
Objek wisata lainnya: Free of charge

Tidak ada komentar: