Ini cerita aja, ada beberapa topik, sehingga judulnya spt di atas :_)
Gue mulai ceritanya dari hari Jumat, 23 May 2008. Jumat pagi, memang rada telat berangkatnya, telat beberapa menit dari biasanya. Maka, ketika Mas Ubai, sopir yang kita hire khusus selama kehamilan Natz, nanya mau isi bensin apa ngga. Saya langsung jawab ngga, “ngisinya nanti aja, pas pulang”, soalnya gue liat masih ada satu kotak lagi bensinnya. Biasanya cukup untuk PP sebelum indicator bensin kosong menyala.
BBM naik terlalu cepat
Sorenya, tak disangka tak dinyana. Kenaikan harga BBM yang rencananya akan diberlakukan 1 Juni 2008, ternyata ada kabar (dari Koran dan Televisi) bahwa akan diumumkan malam ini dan akan efektif mulai pk. 00 tanggal 24 May 2008. Alhasil, macet seputaran Jakarta karena orang orang panic dan mau mengisi ‘untuk terakhir kalinya’ BBM yang masih ‘murah’. Melihat pom bensin pom bensin yang penuh sesak dengan pengantri dan tampak sembrawut, gue putuskan untuk ngga ikutan ngantri. Sambil berharap, tidak jadi dinaikkan, menyusul BLT yang tidak jadi dibagikan. Logikanya, kalau Bantuan Langsung Tunai yang sedianya untuk membantu lapisan bawah menanggung beban kenaikan BBM belum dibagikan, berarti pemerintah juga belum akan menaikkan BBM. Setidaknya sampai BLT cair. Begitu pikir gue.
Malamnya, sehabis makan malam sama Papa (yang kebetulan ada di Jakarta dan besok akan pulang ke Bangka) juga Khioko, Ci Betsy dan James di Ayam Bakar Rawa Bokor yang enak banget, tapi gue ngga pernah inget namanya :_P, gue dan Nat pulang ke rumah. Waktu ngelewati suatu pom bensin yang ‘agak’ sepi, sempet muncul pikiran mau ikut ngantri, tapi ya, sudahlah, hemat berapa sih? Kabarnya pengisian juga dibatasi cuma Rp 75,000 per sekali isi. Artimya cuma 16,67 lt, artinya lagi, kalau naik Rp 6,000/liter, cuma hemat Rp 25,000. Worth to queue?
Sabtu, 24 May 2008. Bangun ‘pagi pagi sekali’ hari ini. Jam 7. Sabtu gitu loh, biasanya kan diatas jam 9 he he he. Cucian menumpuk seminggu ini karena selalu pulang malam sehingga males/ngga kuat lagi nyuci baju walaupun pake mesin cuci :_P Pagi pagi, masukin cucian ke mesin cuci dan ditinggal. Pergi ke tempat Khioko, mampir beli mie Palembang A Hok di Citra II, untuk ibu hamil, ngga boleh kelaparan. Sampai rumah Khioko, Papa sudah siap dengan luggage-nya yang besar besar, maklum, isinya baju belanjaan yang akan dijual lagi di Bangka. Cece, yang rencananya mau nganter juga ternyata belum bangun. Walah. Jam 8 kurang, gue, Natz dan Papa berangkat ke Bandara. Sebelumnya, mampir ke pom bensin untuk isi bensin dulu. 33,33 liter seharga Rp 200,000 dari yang biasa ‘cuma’ Rp 150,000. Untung di’subsidi’ Papa Rp 100,000 :_)
Bersantai di executive lounge
Sampai Terminal 1B, seperti biasa, kita semua masuk ke dalam walaupun tanpa tiket, tinggal sebut nama “Ko Ahiung”, langganan Papa beli tiket. Sebenarnya sih dia itu calo. , Tapi, karena dia bisa menyediakan kemudahan dengan harga yang reasonable, kita sering pakai jasa dia untuk penerbangang ke Bangka. Kemudahan yang dimaksud adalah, contoh, barang bawaan Papa yang lebih dari timbangan sebanyak 30 Kg, hanya diharuskan membayar Rp 60,000 alias Rp 2,000 per Kg. Bandingkan dengan harga resmi-nya yang Rp. 5,000 per Kg. Kita bisa berhemat sampai Rp 90,000. Suatu kemudahan bukan?
Setelah Papa cek-in barangnya yang seabrek itu dan dapet tiket, seperti biasa, kita sama sama naik menuju Eljohn Executive Lounge untuk nyantai sambil temenin Papa tunggu pesawat. Kartu Kredit yang bisa diterimapun udah disiapkan dari rumah, macam GE, Bank Mega dan Bank Mandiri. Tapi, menjelang tangga yang menuju ruang tunggu pesawat, kok kita lihat pemandangan yang ngga biasa. Ternyata ada antrian untuk membayar airport tax Rp 30,000 yang biasa dibayar di counter cek-in bersamaan dengan boarding pass. Artinya, gue dan Natz ngga bisa masuk dan menikmati executive lounge sambil nemenin Papa seperti biasanya tanpa bayar Rp 30,000 per orang. Duh, kok gitu sih… Ya sudah akhirnya, kita batalkan niat kita untuk ikut masuk dan say goodbye sama Papa di tangga itu.
Bukan kita aja yang mengunjungi Deddy :_)
Kembali ke rumah Khioko untuk jemput Cece dan sama sama ke tempat Deddy, Pondok Rangon. Ternyata Cece ngga mau, males bolak balik katanya. Soalnya abis Pondok Rangon, balik ke Citra (rumah Khioko) lalu ke Sunter lagi (Apt Cece), kecapean. Ya sudah, gue dan Nat aja yang pergi. Memang dari sejak di China gue pengen berkunjung ke sana, rasanya udah lama sekali.
Untung jalanan Sabtu itu lancar tanpa hambatan berarti dan untung karcis tol ngga ikut ikutan naik. Berangkat sekitar jam 10 dari Citra, jam 11 siang sudah sampai Pondok Rangon. Sekitar jam 10.30, ada SMS dari Papa mengabari sudah sampai Pangkal Pinang (Bangka). Jam 11 siang di Pondok Rangon lagi panas panasnya. Yang bikin seneng ditengah panas panas itu, ternyata ada bekas bunga tabur yang sudah mengering, tanda tanda ada yang datang berkunjung selain kita, mungkin teman temannya Deddy. Senang sekali mengetaui ada orang lain selain keluarga kita yang datang berkunjung, mungkin juga mereka rutin datang.
Setelah makan, minum dan ngemil, jam 12 kita putuskan untuk pulang, sembari nyari makan siang. Rencana makan siangnya di DOME Cawang atau Plaza Indonesia, selagi ada promo diskon 50% dari Kartu Kredit Mandiri sampai akhir December 2008. Trus rencana mengunjungi teman sekantor Natz (bu Hilda) yang baru aja melahirkan di RS Bunda. Tapi, pas gue lagi beli pisang menjelang pintu keluar Pondok Rangon, Natz terima SMS kalau bu Hilda akan keluar RS siang itu juga. Maka meluncurlah kita ke sana dan menunda makan siang menjadi sesudahnya.
Fish & Co promo 50%
Sampai di RS Bunda Menteng, hampir jam 2 siang. Bercengkerama berbagi pengalaman hamil dan melahirkan dan melihat bayi, bagi kami calon orangtua yang berbahagia, cukup menyenangkan. Setelah jam setengah 3, kita pamit untuk pergi, juga karena perasaan lapar karena makan siang yang tertunda. Dari RS Bunda itu, kita berubah pikiran dari DOME ke Fish & Co yang juga promo 50% dengan Kartu Kredit Mandiri dan hanya sampai 31 May ini. Dari Menteng ke TA hanya sekitar 20 menit, namun sampai lewat jam 3 baru pesanan kita tersaji dan kita mulai makan. Sempet liat dan tertarik untuk makan di NanXiang juga diskon 50% pake Mandiri Titanium, tapi pikir pikir makanan spt NanXiang cocoknya makan bersama keluarga, nanti sama Papa Mama Natz, toh promo sampai akhir Dec 2008.
Karena makan siang terlalu telat, Natz merasa pusing dan mual, masuk angin. Memang nih, ibu hamil seharusnya ngga boleh kelaparan. Tapi anehnya, walaupun dalam keadaan lapar, Fish & Chips dan Simple Pasta yang kita pesan kok terasa kurang enak ya? Seperti ada sesuatu yang kurang. Jauh dari perkiraan kita dan jauh dari terakhir kita makan di Gading. Agak kecewa juga sih. Karena Natz agak mual, kita langsung pulang dan untungnya Natz bisa tidur di mobil, sehingga sampai rumah sudah agak baikan.
Sebelum sampai rumah, kita mampir ke rumah Mama Natz untuk mengambil pempek lenjer isi ebi dan kecap manis buatan mama. Itulah makan malam kita. Tidak lupa menjemur baju yang tadi pagi dimasukkan ke mesin cuci sebelum tidur. Untung mesin cucinya otomatis jadi bisa ditinggal pergi, pulang pulang, tinggal dijemur :_)
Minggu 25 May 2008. Bangun pagi pagi juga hari ini. Soalnya janji Mama Natz mau anterin dan temenin ke tempat Engkong di Bekasi. Jam 7.30, lebih siang 30 menit dari kemaren, lumayan :_P Rencana mau bungkus nasi ulam di Citra II dan makan dijalan. Ternyata sampai rumah Mama, sudah tersedia makan pagi bihun, yang sebenarnya kurang enak, tapi udah disiapin masak nolak.
Kabar dari saudara angkat
Dari rumah Mama jam 9 lewat, jam 10 sudah keluar tol Bekasi Barat, benar benar minggu yang lancar efek psikologis dari harga BBM yang melambung. Di tengah jalan, ada telepon dari Keni dan Juli. Menyambung telepon Keni beberapa saat yang lalu, mengabarkan akan ada acara ikatan antara mereka berdua soon di minggu minggu mendatang. Mengkonfirm kita available-nya kapan. Sebab, boleh dibilang, kita seperti di tengah tengah dari 2 keluarga Keni dan Juli. Keluarga Keni sudah kenal gue sejak gue masih kuliah, akrab juga dengan Papa dan saudara saudaranya yang perempuan semua. Sedangkan Papa Mama Juli, walaupun hanya 1 kali bertemu, langsung cocok juga, kebetulan mereka sama sama wong kito galo dengan Natz (Palembang), Mama-nya Juli jualan pempek di rumah (wah cocok banget dah), dan sama gue juga cocok karena basically mereka bukan keluarga yang ja’im.
Menyambung suksenya acara ketemuan antara 2 keluarga di bulan Desember 2007 yang lalu, kali ini they ask me for the same favor, sebagai ‘badut’. Pertemuan pertama di Cibinong dan lanjut ke Bogor terbilang sukses, mengingat kedua keluarga baru pertama kali bertemu dan mereka perlu ‘badut’ untuk memecah suasana dan disitulah peran gue. Apalagi, untuk alasan yang sangat mendasar, Papa Keni sebenarnya kurang menyetujui hubungan kedua sejoli ini. Walaupun waktu pertama kali gue temenin Keni untuk membicarakan hal tersebut ke beliau, juga waktu Juli berkunjung ke sana baru baru ini, beliau menunjukkan sikap melunak, walaupun tidak secara tegas menyetujui.
Untuk itulah pergelaran acara ikatan ini dibuat. Untuk mendapat konfirmasi yang jelas dari beliau, untuk mendapat kata “iya” dari kehadiran beliau di acara ini nanti. Memang dari pihak keluarga Juli yang berinisiatif, walaupun mereka bukan penganut tradisi China fanatik, tampaknya strategi ini bisa berhasil. Rencana mereka menikah, kalau bisa tahun ini juga, paling ngga, jangan lewat 1 tahun dari tanggal perikatan nantinya.
Sebenarnya, ada fungsi lain dari gue untuk acara ini, yaitu seksi transportasi, mengingat mobil gue yang cukup lega mengangkut seluruh anggota keluarga Keni. Gue tambahkan 1 lagi fungsi gue, seksi dokumentasi, alias tukang potret :_) Dan, mengenai peran gue sebagai ‘badut’, gue ngga tau harus menanggapi dengan sumringah atau ‘mpet. Yang jelas apa yang bisa gue bantu, gue akan bantu. Apalagi buat saudara gue yang tak kenal pamrih ini. Dari jaman kuliah sampai pernikahan gue, dan sesudahnya, si Keni sudah banyak membantu gue dan Natz.
Jam 10.30 sampailah di rumah Engkong. Disambut “good morning” sama Engkong dan sedikit bahasa mandarin dari Ema’. Mama ke sana nganterin obat dan sedikit makanan kecil untuk Papa Mama-nya. Sedangkan kita, kebetulan ada kalender AKR China yang gue bawa dari Guigang. Buat Papa gue 1, masih ada 1 untuk Engkong dan Ema’ yang kebetulan mengerti baca tulis bahasa mandarin.
Orangtua yang masih sehat
Entah dari mana awalnya bisa ngobrol sampai ke mimpi segala, dan pas gue mention sudah 2 malam ini mimpi hantu, mereka langsung antusias. “458, 457” kata Engkong merujuk kepada nomor yang ada di buku mimpi. Kebetulan buku mimpinya ada di atas meja, langsung deh kita cek dan ternyata benar. Langsung telepoin Bandar untuk beli nomor itu, 3 dan 2 nomor, total 20,000. Tapi ternyata Bandar-nya belum buka dan 1 dan lain hal, kita ngga jadi beli. Untunglah, karena keesokannya kita tau nomor yang buka ternyata 75. Kalau dapat, lumayan lho, seperti dijelaskan Engkong, naroh Rp 1,000 kalau kena 3 nomor bisa dapat Rp 400,000, artinya 400 kali lipatnya ! He he, sebagai orang Bangka, agak mengherankan sih gue baru tau sekarang, secara orang Bangka (Belinyu) mustinya tau semua, wong tiap hari ada aja nomor yang buka.
Kita memang berencana ajak Engkong Ema makan siang di daerah Gading siang itu. Kebetulan hari itu, makan siang Engkong Ema yang sudah disediakan memang kurang memadai. Mereka curhat soal itu, dan betapa senangnya mengetahui mau kita ajak makan ke daerah Gading. Meluncurlah siang itu kita ke Gading, kira kira 45 menit dari Bekasi Barat, sampailah di Restaurant Chinese Food AHWA, yang originally dari Angke. Gading ini ‘cuma’ cabangnya, namun justru lebih representative dari tempat asalnya yang cuma rumah makan ruko. Tapi kedua duanya sama wueenak tenan.
Siang itu, kita pesen Iga Babi goreng saos madu, Gurame asam manis, sapo tahu dan Bebek Panggang. Yummy deh pokoknya, apalagi Paikut madu-nya, maknyos dan ngga ada tandinngannya deh :_) Mama sampai minta bungkus untuk bawa pulang buat Papa.
Habis makan, langsung balik lagi ke rumah Engkong, maklumlah, orang tua ngga kuat lagi jalan jalan. Engkong kalau jalan harus pakai tongkat, Ema penglihatannya sangat kurang, begitu juga pendengarannya. Tapi untuk insan berusia di atas 70 tahun, mereka tergolong sehat, ngomong sama mereka masih nyambung, masih punya aktivitas. Engkong rutin ngikutin nomor buntut, tapi beliau ngakunya ngga menang ngga kalah karena main 1000 – 2000 aja. Sesekali keluar rumah main catur atau nonton sepakbola kampung dekat rumah. Ema, karena penglihatannya sangat kurang, memang agak kurang aktivitasnya, hanya ikut Engkong aja. Engkong masih fasih speak English, dan Ema hui jiang guo yi (bisa berbahasa mandarin).
Bahkan Engkong masih ingat, dari mana asalnya dan sempat bercerita kalau dulu waktu umur 10 pernah dipulangkan ke sana. Namun gonjang ganjing politik di China, mengharuskan dia kembali lagi ke Indonesia. Engkong Ema asal muasalnya dari kota Amoy (logat hokkian) atau Xiamen (logat mandarin), di propinsi Fujian (Hokkian), nenek moyangnya orang Cina Medan. Namun keduanya lahir di Indonesia (Muara Enim - sekitaran Palembang), mungkin juga pendahulu mereka, sudah lahir dan menetap di sana, bergeneresi yang lalu.
Pulangnya ke rumah, sudah harus mengisi bensin lagi. Dan lagi lagi harus merogoh kocek Rp 200,000 untuk 33,33 liter. Mama subsidi Rp 50,000 :_) Gue jadi mulai berpikir untuk melirik motor sebagai sarana transportasi harian ke kantor. Ngga sih, Natz pasti ngga setuju, juga Papa dan Mama gue yang sudah berbaik hati membelikan Kijang Inova yang gue pakai secara cuma cuma ini.
Malamnya, setelah bangun dari tidur siang (tidur sore sih actually), ternyata udah jam 7 malem, sehingga kita batal ke Gereja. Itu pun terbangun karena Mama telepon ajak makan malam di rumahnya. Masih ada sisa paikut madu tadi siang,,, yummy.
Habis makan, kita pergi ke Mal Puri Daan Mogot dengan jalan kaki dari rumah Mama yang hanya sekitar 10 menit. Di Hypermart, kita nemuin produk kue kering Baker’s Delight yang sudah expired, 15 May bahkan 15 April yang lalu. Parah. Gue took beberapa foto, bermaksud untuk gue adukan langsung ke situsnya Hypermart/Matahari putra Prima. Karena, waktu gue adukan ke petugas Hypermart yang ada disana, ngga ditanggapi, malah menghindar. Melihat gue ngambil foto, mereka juga cuek aja, kayak ngga terjadi apa apa.
Senennya, gue masuk ke situs www.matahari.co.id (situs resmi PT Matahari Putra Prima yang menaungi Matahari, Hypermart dan Foodmart). Gue temukan bagian customer service, gue isi dan sampaikan keluhan gue sedetail mungkin, dan ketika selesai dan siap menekan tombol submit, betapa kecewa dan geregetannya gue, menemukan halaman “this page can not be found”. What??!! Ngga peduli berapa kali gue mencoba ulang, hasilnya sama saja. Apa PT Matahari Putra Prima sengaja mempersulit pelanggannya yang mau complain? Gue kurang ngerti. Yang jelas, gue kecewa sama pasaraya tempat gue biasa berbelanja itu. Selain dekat rumah, kalau lagi promo, harganya juga OK.
Begitulah 3 hari bersama Aj dan Natz. Selasanya, 27 May, jadwal kontrol ke dokter kandungan lagi. Udah ngga sabar merasakan seperti yang diceritakan Natz ke e-mail waktu gue masih di China, melihat dia sudah menjadi apa, dengan gerakan gerakan kecilnya yang bakal amazed us …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar