Bukan pengalaman yang menyenangkan terbang bersama Shenzhen Air. Direct flight Jakarta – Nanning yang tadinya kita pikir akan lebih convenience, ternyata agak kita sesali. Kok merasa lebih nyaman terbang Jakarta – Guangzhou (dengan Garuda), lalu ambil penerbangan lanjutan ke Nanning. Walaupun waktu transit 6 jam di Guangzhou (sempet jalan jalan bentar hehe) sehingga total waktu perjalanan bisa 18 jam nyampe Guigang. Walaupun lebih mahal (tapi biaya kantor hehe – USD 395 return). Walaupun penerbangan lanjutan juga naik Shenzhen Air (tapi cuma 1 jam lebih). Yang salah dengan penerbangan ini adalah, begitu laaaamaaaaa dengan fasilitas begitu miiiiniiiiimmm.
Ini adalah jalur yang dibuka belum lama, 1 minggu sekali di hari Selasa. Biasanya, dari Jakarta hanya ada tujuan Guangzhou. Shenzhen Air mengambil peluang ini untuk membuka jalur Jakarta – Nanning. Kebetulan, Nanning merupakan pintu gerbang bagi negara Asia Tenggara di China. Nanning bahkan punya ASEAN Summit, pusat expo bagi negara negara ASEAN.
Kita pun baru tau ada penerbangan ini belum lama. Terakhir kita ke Guigang naik Garuda melalui Guangzhou dan ambil penerbangan lanjutan ke Nanning, lalu naik mobil sekitar 2 jam sampai di Guigang. Kurang lebih 18 jam sampai di Guigang. Dengan naik Shenzhen Air Jakarta – Nanning (+- 4 jam) dan Nanning – Guigang (2 jam), kita spend +- 7 / 8 jam saja untuk menuju Guigang. Tapi terasa sangat borrriiiing dan sangat lelah. I’ll tell you from the start.
Waktu kita check in, kita diberi seat di row 25 dan pesawat tampak sepi, denah tempat duduk yang mereka kasih lihat ke kita terlihat bolong bolong. Nampaknya seperti yang orang orang bilang ke kita, jalur ini masih sepi. OK. Kita bisa selonjor dan tidur dengan nyaman di pesawat. High expectation.
Pergilah ke Mutiara Lounge untuk bersantai sebelum masuk pesawat. Lucunya, even penjaga Lounge baru pertama kali dengar ada panerbangan Jakarta Nanning dengan Shenzhen Air. Sampai masuk ke dalam pesawat, kita mulai menyadari kejanggalan. Waktu berbincang dengan Li Yun, seorang teman, asli orang Guigang, yang kebetulan 1 pesawat, dalam lorong pesawat, yang gue notice adalah banyak sekali orang, bahkan sampai ujung belakang pesawat. Dan yang lebih janggal lagi, kita terus mencari row 25 di dalam pesawat yang hanya 22 row !!! OMG where the heaven those 3 more rows? Are we supposed to sit in the back by lesehan ??!! Yang lebih lebih lebih janggal lagi, waktu kita tanya ke stewardess-nya, yang ngga bisa berbahasa Indonesia maupun Inggris, dia cuma menunjuk ke bangku kosong di mana mana kami bisa duduk sambil ngomong “suibian/wherever” dengan tampang bingung dan merasa bukan kewajiban dia untuk melayani kita sampai dapat tempat duduk yang cukup nyaman, dia terlihat buru buru pergi. Keliatan banget dia ngga mau menerima complain padahal kita nunjukin muka ngga seneng aja belum.
Sekitaran kita crowded banget. Untung masih ada 1 row di 20 cuma duduk 1 orang sehingga, gue dan Roy bisa duduk 1 row. Dan sepi? Sama sekali ngga. PENUH malah. Dengan 1 rombongan tour, yang gue tau dari orang yang duduk 1 row dengan kita, adalah turis dari Nanning yang jalan jalan ke Bali. Dan mereka berisik sekali, seperti naik bus saja, ngga mau patuh aturan, ngga mau duduk rapi, selalu berdiri dan angkat kaki dan ngomong sekuat tenaga. Sepintas mirip penerbangan Jakarta – Bangka, maksud gue, berisiknya mengingatkan gue akan itu he he he.
Perjalanan kira kira 4 jam (+ 1 jam perbedaan waktu). Tanpa hiburan apapun. Membuat kita harus menghibur diri sendiri. Untung gue denger MP3 dan bawa buku ‘When GOD wink’ yang baru gue beli. Perjalanan 5 jam Jakarta – Guangzhou dengan Garuda much more better. Ada music, film, dan stewardess-nya sangat ramah. Disini, cuma dapat makan malam saja. Itupun, banyak yang di dalamnya ngga ada nasi, sehingga pada protes. You can imagine, ngga ribut aja mereka kayak ribut, apalagi kalau ribut beneran.
Begitu mendengar suara stewardess bahwa pesawat segera mendarat, wah betapa senangnya hati gue. Berakhirlah penderitaan 4 jam gue dalam tempat duduk yang sempit, berisik, dan pelayanan yang miskin. Mungkin demikianlah mereka menghemat supaya bisa jual tiket lebih murah. Pulang nanti juga naik pesawat yang sama. Mudah mudahan ngga mengalami pengalam yang sama. Paling ngga, kali ini suasana hati lebih baik karena Going Home. Membayangkan indahnya bertemu dan disambut dia, dengan membawa pujaan hati kami di dalamnya. Itu saja untuk membuat sepanjang penerbangan 4 jam menjadi…menyenangkan…
Berikut comment terburuk atas Shenzhen Airlines yang gue ambil dari http://www.airlinequality.com/Forum/
Shenzhen Airlines - by Andy Lachlan
5 March 2006
I flew Shenzhen airliines twice in January and February 2006. The first flight was Nanjing - Shenzhen. The service was adequate though one of the FAs was going so fast with the drinks trolley that she knocked right into me spilling coffee all over my leg ; no apology even though she clearly saw what she had done she just giggled and rushed away. The second flight Shenzhen - Changzhou on an Airbus A320. The flight departed on time and everything was going fine until half way through the flight when the captain announced something in Chinese which caused quite a stir amongst the other passengers (I was the only foreigner). After speaking for maybe 90 seconds in Chinese he simply said "Ladies and Gentlemen we back Shenzhen. Medical Emergency" This seemed odd as we were now far closer to other airports such as Changsha, Nanchang, Hangzhou, Hefei, Wuhan, etc. than we were to Shenzhen. When we eventually arrived back in Shenzhen there was no rushing to get a sick passenger off the place so it clearly was not a medical emergency. They started to hand out food boxes - some passengers were given two but when it came to the foreigner on the flight - nothing. Meiyou. Sorry. Then another announcement in Chinese and everyone starts to rush off the plane. I ask what the problem and in broken English the answer is "We clean the plane". So after an hour on the tarmac we are told to get back on - once again I ask what the problem was and the answer was they had to clean the plane. I try to get them to elaborate but the FAs English was dreadful. We finally arrived in Changzhou 5 hours late. Shenzhen Airlines are the worst domestic Chinese airline I've flown.
Membuat gue ngga tahan untuk ngga coment juga :P Gue submit ke situs yang sama.
This was 2nd time I flew with SZ (Jakarta Nanning). The first one was Guangzhou to Nanning got no problem, evthing smooth. The only thing that I don't like that biscuit they gave me, but it's ok rather than not giving anything. The 2nd was worst. They give me seat 25A in an airplane only have 22 row. I asked the stewardess and she only say suibian/wherever and she running away scared that I might get angry whereas I'm not even in the mood. Not even apologize, it's like my own fault or badluck not getting a seat. Lucky the plane was not full, so still lucky someone willing to share the empty seat with me in one row. The meal was owefull, some of my neighbour don't get rice while we ordering the same menu. No one appologize also. The seats were very narrow, not comfortable at all.
1 komentar:
hot-wallpaper
etqw g $ fk 97
Posting Komentar