Setiap kali ke dokter, apa pun penyakit gue, ujung ujungnya dokter pasti kawatir dengan tingkat asam urat gue yang terlalu tinggi (sempat mencapai 10.5, sekarang ada di kisaran 8.5). Kemaren ini gue ke dokter karena pilek dan hidung tersumbat, eh.. yang dibahas malah asam urat dan akhirnya dikasih obat asam urat juga Bahkan dokter kandungan Natz (waktu lagi hamil Kelly) pernah membahas asam urat gue juga, coba ! dokter kandungan aja ikut nimbrung...
Saking banyaknya info, banyak hal yang gue sadari ternyata salah kaprah. Gue yakin gue bukan satu satunya yang pemahamannya salah, ini seperti MITOS. Mitos tentang asam urat yang diyakini kebenarannya oleh umum, padahal belum tentu benar. Antara lain:
Asam urat tinggi menyebabkan nyeri luar biasa pada sendi
Dokter sering bertanya: apa badan kamu ngga sakit sakit, tangan ngga kesemutan dll. Gue jawab: ngga. Dokternya bingung. Gue juga bingung, dan sempet meragukan hasil lab asam urat itu (padahal udah beberapa kali di tes, hasilnya sama).
Memang, penderita asam urat itu umumnya mengeluhkan sendi yang ngilu dan kesemutan pada jari tangan dan kaki. Namun tidak semua penderita begitu (contohnya gue). Nyeri itu disebabkan oleh menumpuknya purin yang tidak bisa dikeluarkan lewat metabolisme (lewat feses/air seni), yang kebetulan lebih sering numpuk di persendian. Dalam kasus gue, justru lebih bahaya, karena kita ngga tau dimana purin itu 'bersembunyi'. Menurut dokter Rajesh, could be anywhere, ginjal, empedu atau organ tubuh lainnya. Bahaya-nya bisa membentuk batu ginjal or batu empedu... waaaakssss
Jeroan, daging kambing, kacang2an merupakan penyebab Asam Urat tinggi
Saran dokter: jangan makan kambing, jeroan dan kacang2an. Bahkan ada dokter yang langsung memvonis: "makanya jangan sering sering makan kambing sama jeroan"... mau marah ngga bisa... padahal kedua jenis makanan itu bukan kesukaan gue, apalagi jeroan, hampir ngga pernah gue sentuh Kalo kacang harus gue akui gue doyan, tapi juga sangat gue hindari... Dalam hal ini, gue juga sempet bingung: kok asam urat gue ngga turun turun...? So...?
Memang benar, makanan seperti jeroan, daging kambing, kacang2an, cumi dan udang, melinjo adalah pemicu naiknya kadar asam urat. Namun tingginya asam urat lebih merupakan masalah pada metabolisme tubuh. Dan perlu diketahui, SEMUA makanan yang kita makan mengandung purin (zat penyebab asam urat tinggi), hanya masalah banyak/sedikitnya. Dan makanan tersebut di atas memang diketahui mengandung purin yang cukup tinggi. Dijelaskan dr. Rajesh, 2 orang yang mengkonsumsi makanan yang sama persis, belum tentu tingkat asam urat keduanya sama. Tergantung metabolisme masing2 orang. Dan hal ini, ditegaskannya: belum ada obat yang bisa menyembuhkannya di dunia medis !! whoaaaa gue akan asam urat seumur hidup dong... Nah, hal ini menyangkut mitos yang ketiga.
Konsumsi obat asam urat berarti ketergantungan
Kalau belum ada obat penyembuhnya, berarti konsumsi obat asam urat adalah ketergantungan? Mengingat harus dikonsumsi terus, kalau ngga, akan naik terus?
Itulah pemahaman gue selama ini. Gue pernah mengkonsumsi allopurinol (obat generik untuk asam urat tinggi) selama beberapa bulan. Terus gue stop karena merasa harus bisa tanpa obat. Diet asam urat, hindari jeroan dll (spt di atas) sebagai solusi. Tapi apa daya, tingkat asam urat tak kunjung turun. Berarti gue sudah ketergantungan sama obat...
Salah Besar !! Dr. Rajesh mengatakan, belum ada obat penyembuhnya, yang ada adalah penanggulangannya. Penyakitnya tidak sembuh, tapi penderitanya bisa ditolong. Dia analogikan dengan penderita myophia (mata minus), matanya tidak bisa disembuhkan, tapi penderitanya bisa ditolong dengan bantuan kacamata. Well, analogi ini tidak berlaku sejak ditemukannya lasik , tapi intinya begitu. Jadi bukan ketergantungan, tapi merupakan solusi. Sampai ditemukannya obat untuk benar benar menyembuhkan (spt lasik untuk mata rusak).
Jadi kesimpulannya?
So, thanks to dr. Rajesh (RS PIK) yang meluruskan pemahaman gue tentang penyakit 'manahun' gue ini. Now, jangan berharap asam urat turun, tapi lakukan yang harus dilakukan: hindari makanan yg mengandung purin tinggi, konsumsi obat asam urat (rutin, spt halnya memakai kacamata), dan minum air putih yang banyak (min 2.5 ltr sehari) dan sering (min tiap 1 jam sekali). Air minum untuk menggelontor purin sebanyak mungkin keluar lewat urin
Hal lain yang gue dapet adalah: bersepeda ke kantor (B2W) yang gue lakoni sekarang amat bagus Tapi jangan berharap berat badan bisa turun (seketika). Lagi lagi pengetahuan dari dr Rajesh: lemak itu sangat ringan (buktinya mengapung dalam air), sehingga kehilangan lemak tidak serta merta kentara pada berat badan. Justru, dengan berolahraga, otot bertambah sehingga berat badan justru akan cenderung naik. Jadi yang lebih tepat untuk mengukur lemak sudah turun/belum adalah bukan dari berat badan, melainkan dari indikasi lain: badan yang lembek menjadi lebih keras (berotot) dan Lingkar Perut semakin mengecil ! So, gowes ke kantor harus semakin getol nih...
Oh... kini ku tau....
Saking banyaknya info, banyak hal yang gue sadari ternyata salah kaprah. Gue yakin gue bukan satu satunya yang pemahamannya salah, ini seperti MITOS. Mitos tentang asam urat yang diyakini kebenarannya oleh umum, padahal belum tentu benar. Antara lain:
Asam urat tinggi menyebabkan nyeri luar biasa pada sendi
Dokter sering bertanya: apa badan kamu ngga sakit sakit, tangan ngga kesemutan dll. Gue jawab: ngga. Dokternya bingung. Gue juga bingung, dan sempet meragukan hasil lab asam urat itu (padahal udah beberapa kali di tes, hasilnya sama).
Memang, penderita asam urat itu umumnya mengeluhkan sendi yang ngilu dan kesemutan pada jari tangan dan kaki. Namun tidak semua penderita begitu (contohnya gue). Nyeri itu disebabkan oleh menumpuknya purin yang tidak bisa dikeluarkan lewat metabolisme (lewat feses/air seni), yang kebetulan lebih sering numpuk di persendian. Dalam kasus gue, justru lebih bahaya, karena kita ngga tau dimana purin itu 'bersembunyi'. Menurut dokter Rajesh, could be anywhere, ginjal, empedu atau organ tubuh lainnya. Bahaya-nya bisa membentuk batu ginjal or batu empedu... waaaakssss
Jeroan, daging kambing, kacang2an merupakan penyebab Asam Urat tinggi
Saran dokter: jangan makan kambing, jeroan dan kacang2an. Bahkan ada dokter yang langsung memvonis: "makanya jangan sering sering makan kambing sama jeroan"... mau marah ngga bisa... padahal kedua jenis makanan itu bukan kesukaan gue, apalagi jeroan, hampir ngga pernah gue sentuh Kalo kacang harus gue akui gue doyan, tapi juga sangat gue hindari... Dalam hal ini, gue juga sempet bingung: kok asam urat gue ngga turun turun...? So...?
Memang benar, makanan seperti jeroan, daging kambing, kacang2an, cumi dan udang, melinjo adalah pemicu naiknya kadar asam urat. Namun tingginya asam urat lebih merupakan masalah pada metabolisme tubuh. Dan perlu diketahui, SEMUA makanan yang kita makan mengandung purin (zat penyebab asam urat tinggi), hanya masalah banyak/sedikitnya. Dan makanan tersebut di atas memang diketahui mengandung purin yang cukup tinggi. Dijelaskan dr. Rajesh, 2 orang yang mengkonsumsi makanan yang sama persis, belum tentu tingkat asam urat keduanya sama. Tergantung metabolisme masing2 orang. Dan hal ini, ditegaskannya: belum ada obat yang bisa menyembuhkannya di dunia medis !! whoaaaa gue akan asam urat seumur hidup dong... Nah, hal ini menyangkut mitos yang ketiga.
Konsumsi obat asam urat berarti ketergantungan
Kalau belum ada obat penyembuhnya, berarti konsumsi obat asam urat adalah ketergantungan? Mengingat harus dikonsumsi terus, kalau ngga, akan naik terus?
Itulah pemahaman gue selama ini. Gue pernah mengkonsumsi allopurinol (obat generik untuk asam urat tinggi) selama beberapa bulan. Terus gue stop karena merasa harus bisa tanpa obat. Diet asam urat, hindari jeroan dll (spt di atas) sebagai solusi. Tapi apa daya, tingkat asam urat tak kunjung turun. Berarti gue sudah ketergantungan sama obat...
Salah Besar !! Dr. Rajesh mengatakan, belum ada obat penyembuhnya, yang ada adalah penanggulangannya. Penyakitnya tidak sembuh, tapi penderitanya bisa ditolong. Dia analogikan dengan penderita myophia (mata minus), matanya tidak bisa disembuhkan, tapi penderitanya bisa ditolong dengan bantuan kacamata. Well, analogi ini tidak berlaku sejak ditemukannya lasik , tapi intinya begitu. Jadi bukan ketergantungan, tapi merupakan solusi. Sampai ditemukannya obat untuk benar benar menyembuhkan (spt lasik untuk mata rusak).
Jadi kesimpulannya?
Asam Urat tidak musti menyebabkan nyeri pada persendian dan kesemutan pada jari tangan dan kaki. Hanya saja, itu gejala yang paling gampang kelihatan. Kalau menumpuknya di ginjal/empedu/organ lain, lebih tidak bisa keliatan gejalanya, sampai parah. Harus diingat juga, nyeri pada persendian tidak melulu akibat asam urat, bisa juga hal lain, misalnya kekurangan kalsium.
Jeroan, kambing dan kacang2an benar menyebabkan asam urat tinggi, namun bukan itu root cause-nya. Masalahnya lebih kepada metabolisme tubuh masing2 orang yang berbeda dalam mengeluarkan purin yang terkandung dalam makanan. Tiap makanan yang kita santap mengandung purin, tergantung tubuh kita bisa mengeluarkan dengan baik atau tidak.
Obat penurun asam urat adalah satu satunya solusi saat ini. Ada Allopurinol untuk generiknya, yang mahal, ada Zyloric (harganya bisa > 10 kali lipat). Kalau tingkat asam urat diatas 7.5, sudah harus konsumsi obat ini. Dan itulah yang sekarang gue lakukan
So, thanks to dr. Rajesh (RS PIK) yang meluruskan pemahaman gue tentang penyakit 'manahun' gue ini. Now, jangan berharap asam urat turun, tapi lakukan yang harus dilakukan: hindari makanan yg mengandung purin tinggi, konsumsi obat asam urat (rutin, spt halnya memakai kacamata), dan minum air putih yang banyak (min 2.5 ltr sehari) dan sering (min tiap 1 jam sekali). Air minum untuk menggelontor purin sebanyak mungkin keluar lewat urin
Hal lain yang gue dapet adalah: bersepeda ke kantor (B2W) yang gue lakoni sekarang amat bagus Tapi jangan berharap berat badan bisa turun (seketika). Lagi lagi pengetahuan dari dr Rajesh: lemak itu sangat ringan (buktinya mengapung dalam air), sehingga kehilangan lemak tidak serta merta kentara pada berat badan. Justru, dengan berolahraga, otot bertambah sehingga berat badan justru akan cenderung naik. Jadi yang lebih tepat untuk mengukur lemak sudah turun/belum adalah bukan dari berat badan, melainkan dari indikasi lain: badan yang lembek menjadi lebih keras (berotot) dan Lingkar Perut semakin mengecil ! So, gowes ke kantor harus semakin getol nih...
Oh... kini ku tau....