12 Agustus 2008

My Last Assignment, MEDAN

Menjelang saat saat hari terakhir gue di perusahaan sekarang, gue memilih Medan sebagai penugasan terakhir gue, diantara 2 yang lain, Surabaya dan Bandung. Masih teringat tahun lalu, bulan September 2007, betapa 4 hari yang menyenangkan, meskipun pada saat itu sedang bulan Puasa, tak menghalangi gue dan Roy (dan Reza – yang sedang berpuasa), melakukan gerilyakuliner, diantara pekerjaan kita yang boleh dibilang sangat sibuk :_P Apalagi jalan jalan Maret 2008 lalu bersama keluarga, masih membekas enaknya Medan, Bolu Meranti, Bika Ambon, Duren Medan … Mmmm… Yummy …

Hari ini, day one penugasan terakhir itu, tiba di bandara Polonia Medan jam 10 pagi. Gue dan Roy dijemput oleh Ko Ahuat yang sangat ramah dan sudah menjadi teman kita sejak tahun lalu. Menjelang Pelabuhan Belawan, tempat yang kita tuju, ternyata macet sekali, tak biasanya, mungkin ada kecelakaan. Sehingga Ko Ahuat membelokkan Hyundai Atoz yang kita tumpangi lewat jalan lain. Dan karena sudah jam tanggung (saat itu sudah jam 11 siang), daripada sampai kantor trus keluar lagi en kena macet, kita memutuskan untuk mampir makan siang dulu sebelum ke kantor.

Maka, siang itu kita mampir ke sebuah warung cukup sederhana di tepi pantai, tempat tahun lalu kita pernah makan. Kita pilih 1 ekor ikan Kakap besar dan 1 ekor Bawal (yg juga ukuran besar) untuk makan bertiga. Dua duanya dibakar. Sayurnya, sayur kangkung tumis terasi dengan udang yang besar besar. Melihat Roy makan, keliatan bener enaknya. Bagian paling nikmat dari ikan memang bagian kepala (bagi penikmat ikan sejati). Kita juga mencoba jus terong belanda, minuman khas Medan, selain jus markisa. Terakhir, segelas timun kerok menjadi penyegar siang yang menyengat di Belawan (pelabuhan). Semuanya dengan harga yang cukup mahal, diatas Rp 200,000.

Ada yang menarik dari pinggiran pantai ini. Ada sejenis ikan, yang tidak bernapas di air, tetapi di permukaan, mukanya jelek, dan mempunyai sirip menyerupai hewan purba (sirip pada beberapa jenis dinosaurus). Ko Ahuat menjelaskan bahwa ikan itu ada yang jual dalam bentuk sudah digoreng garing. Sesekali terlihat 2 ekor ikan tersebut yang ukuran besar sedang beradu, entah memperebutkan apa. Hewan lain yang juga menarik adalah kepiting kecil, lebarnya mungkin hanya 3 cm, namun mempunyai capit yang sangat besar disbanding ukuran tubuhnya, dan lucunya, hanya 1 yang besar, satu lagi kecil sekali dan digunakan untuk makan.

Pekerjaan kantor cukup membosankan, selain bertemu kembali teman teman lama, Eddy Law, Nawi, Hudinata, Andri dan Linda. Yang terakhir ini yang membantu dan menemani gue sewaktu ke Medan untuk leisure, Maret 2008 lalu. Seorang staf baru, Rubina, yang walaupun baru bergabung 3 bulan, cukup baik dalam meng-assist pekerjaan kita.

Malamnya, kita memutuskan pulang jam 6, karena capek, selain pekerjaan hari ini hanya mengolah data, dan bisa dikerjakan di hotel, semua data sudah dalam bentuk softcopy dan disimpan di laptop.

Sebelum ke hotel, kita mampir makan di Jalan Semarang namanya. Tempatnya seperti KiyaKiya di Surabaya atau seperti Kesawan Square (di Medan juga tapi sudah tutup). Tempat berjualan makanan (hanya di malam hari) dan memakai sebagian besar badan jalan. Malam itu, gue makan Ifumie Udang dengan telor. Roy mencoba sup Pi-o (kura kura), gue ikut nyicip, tapi ternyata amis. Ko Ahuat memesan nasi campur, di sini mereka menyebutnya nasi babi, nasi dengan siraman kuah manis, dengan lauk babi panggang merah, babi panggang putih dan telur kecap. Betapa pinginnya gue memesan makanan yang sama. Betapa inginnya gue makan nasi campur langsung dari tempat asalnya (Medan). Namun, mengingat komitmen gue pada Global Warming, gue mengurungkan niat tersebut. Untuk menghibur diri, Ifumi juga asli dari Medan, jadi gue udah makan Ifumi langsung dari tempat asalnya :_) Semua hanya seharga Rp 77,000 sudah termasuk 2 gelas sirsak dan segelas es juruk.

Sampai di Novotel, langsung dapat kamar, karena sudah booking melalui KAHA Tour di Jakarta. Dapet rate Rp 525,000 semalam, include breakfast for two. Harga yang cukup premium kalau dibandingkan dengan hotel bintang 4 di kota lain. Namun, dibanding Tour yang lain, rate di KAHA sudah yang terbaik. Rate Hotel di Medan memang agak edan. Ini, menurut gue, karena tamu tamu hotel yang kebanyakan adalah perantau sukses dari kota Medan, tidak terlalu mempermasalahkan harga, dan hotel bersih dan apik, harus diakui tak banyak di kota ini.

Begitu check-in dan masuk ke kamar hotel ini, terus terang gue puas. Bersih dan tertata rapi. Ada wi-fi gratis pula, untuk ber-internet ria. Sayangnya, sinyalnya kurang bagus dan sempat terputus, sampai gue harus memposting tulisan ini, keesokan harinya di kantor (hari ini). Satu hal lagi yang mengesalkan. HP gue ketinggalan di mobil Atoz, dua duanya (GSM dan CDMA), sehingga harus minta tolong Roy untuk SMS Ko Ahuat kalau HP ketinggalan dan SMS Natz untuk bilang tak perlu worry kalau ngga ada kabar dari gue.

Paginya, harus sarapan sepuasnya. Enaknya, bisa breakfast berempat, karena masing masing kamar dapet complimentary 2 breakfast, jadi bisa ajak 2 temen dari Medan untuk breakfast bersama. Biasanya sarapan di Novotel enak dan banyak pilihannya. Hanya saja, ini bukan Novotel Accor, ini Novotel Soechi, tidak ada hubungannya dengan Novotel lain.

PS. Tidak pake foto karena posting buru buru

Tidak ada komentar: