"namanya siapa mas...?" "nama asli..?" "iya.... (sepet
)" "Ngadi..."
Itulah sepenggal wawancara seorang teman dengan penjual ketoprak di depan rumahnya. Kejadian tahun 1994, wawancara-nya diperdengarkan di depan kelas 1-4 SMUN 68, Jakarta. Terang aja mengundang gelak tawa dan riuh gemuruh seluruh kelas. Ngga menyangka, pada masanya, nama itu akhirnya kesohor sampai seantero Salemba 18, sebutan markas SMUN 68 atau dikenal sixty-eighters...
Bermula dari terbentuknya Band kelas. Waktu itu ngga jelas, pokoknya semua yang seneng nyanyi, seneng nge-band, seneng hura hura sampai yang senang huru hara, ikut bergabung. Termasuk gue yang sama sekali ngga bisa 'megang' alat musik apapun (kecuali kecrekan, kalau mau disebut alat musik
). Ada sebuah studio band di belakang sekolah, namanya Carven, disitulah pertama kali kita 'latihan'. Waktu pertama gue telepon untuk booking jam latihan (waktu itu cuma 15K per jam
), gue ditanya pertanyaan mudah tapi gue gelagapan: "Nama band lo apa?" 
Terinspirasi wawancara di depan kelas tadi, gue langsung menjawab mantap: "Ngadi !" (tanpa awalan: 'nama asli'?
). Tanpa berembuk dengan anggota yang lain, entah kenapa semua setuju aja, karena menganggap nama ini sangat unik dan kelas 1-4 banget
Dan entah kenapa, setiap kali mau berganti nama, tetap tidak ada yang sreg, cling, kena, dengan segala daya upaya 

Itulah sepenggal wawancara seorang teman dengan penjual ketoprak di depan rumahnya. Kejadian tahun 1994, wawancara-nya diperdengarkan di depan kelas 1-4 SMUN 68, Jakarta. Terang aja mengundang gelak tawa dan riuh gemuruh seluruh kelas. Ngga menyangka, pada masanya, nama itu akhirnya kesohor sampai seantero Salemba 18, sebutan markas SMUN 68 atau dikenal sixty-eighters...
Bermula dari terbentuknya Band kelas. Waktu itu ngga jelas, pokoknya semua yang seneng nyanyi, seneng nge-band, seneng hura hura sampai yang senang huru hara, ikut bergabung. Termasuk gue yang sama sekali ngga bisa 'megang' alat musik apapun (kecuali kecrekan, kalau mau disebut alat musik



Terinspirasi wawancara di depan kelas tadi, gue langsung menjawab mantap: "Ngadi !" (tanpa awalan: 'nama asli'?




Tersebutlah: Verdi Akbar (Aban - pentolan sekaligus gitaris utama); Reza Muryaji (Hensom - penggebuk drum); Sulaiman (Sule - gitar dan vokal); Wishnu Mardika (Wisnu - pembetot bas); Aulia Rachman (Awi - keyboard); Shinta Amelia (Manager yang selalu setia mendampingi kita ngeband); dan gue sendiri sebagai orang yang ngga bisa megang alat musik apapun, terpaksa cuma megang mick alias jadi lead vocal

Gue masih ingat betapa kacaunya permulaan. Satu studio hiruk pikuk, semua jajal ini jajal itu, karena belum terspesialisasi. Dulu kita ngga punya penggebuk drum, akhirnya pernah gue yang duduk di belakang seperangkat bulatan bulatan kulit sapi/kambing itu


Kalau mau di cari, band sekolah mana yang paling berpengalaman, mungkin Ngadi adalah salah satu yang nomor wahid. Itu sangat benar dan tidak dapat disangkal kalau tolok ukur pengalaman adalah pepatah berikut: "jadikanlah kegagalan sebagai pengalaman"



Berbagai macam festival pernah kita ikuti, audisinya maksud gue. Dan sampai detik terakhir, tak satu pun yang tembus. Bahkan untuk festival di sekolah sendiri






Sangat masuk akal



Di antara band band sekolah lain, Ngadi tetap exist dan konsisten dengan jalur musik yang diusung. Bukan apa apa, mungkin karena tidak mampu mainin musik jenis lain




Seperti hal nya MTA, yang kalau ditanya kepanjangan nama band-nya akan menjawab "idih... mau tauuuu aja..." Ngadi juga punya jawaban sendiri, ketika ditanya nama band-nya apa? Kita jawab dengan pertanyaan ini: "nama asli...?"





4 komentar:
ngakak terus gue setiap baca blog ini ndi....well done!!
hahaha.... sangat menghibur....
Hahahahahahhaha...latian lagi doong 😂😂😂😂
Hahahahahahhaha...latian lagi doong 😂😂😂😂
Posting Komentar