Sabtu yang lalu, gue dan Natz menyempatkan diri membereskan lemari barang yang sumpek berantakan. Berawal dari buku buku lama tapi sayang untuk dibuang, yang kita ambil dari rumah Papa Mama Natz yang mau dijual, di Citra 5. Awalnya kita mau beli rak buku baru dan menaruhnya di gudang. Tiba tiba muncul ide, ‘kenapa ngga rapiin lemari aja?’. Bekas lemari baju gue dulu waktu numpang di rumah Khioko, sekarang kita taroh di kamar ‘anak’ dan diisi dengan apa aja yang bisa diisi, buku, stationary, tas, perlengkapan mandi, majalah, komik, buku foto dan apa saja. Dan penempatan, kalau lebih teratur, masih bisa untuk memuat buku buku lama yang barusan kita bawa pulang, mungkin kalau pinter nyusunnya, bisa muat juga majalah majalah yang dibuang sayang yang ada di kamar ‘deddy’ dan di ruang tamu. Ternyata semuanya muat dan kita susun dengan amazingly rapi ! Tapi bukan itu yang mau gue ceritain.
Ternyata sebuah lemari bisa berisi begitu banyak. Maksud gue begitu banyak memori, bukan hanya secara fisik muat banyak. Kita butuh 2 hari sampai lemari itu rapi, banyak sekali yang kita buang, dan banyak sekali yang kita isi. Dan yang lama adalah, melihat, membaca baca dan mengingat ngingat setiap kali membuka sesuatu. Ada memori tentang Deddy di sana, 1 dus berisi semua peninggalan Deddy, yang membuat gue merenung. Buku buku catatan kuliah gue dulu, tempat gue dan Kodok ‘berperang’ melawan rasa bosan dengan sang dosen. Foto foto jadul, foto masa kecil, SMA, tempat kos, sampai foto cewek yang gue incer jaman SMP dulu.
Ada sesuatu yang touching malam itu. Natz menemukan catatan lama mengenai pengeluaran harian gue. Ternyata disitu bukan cuma catatan mengenai uang pengeluaran, ternyata gue selipin juga dengan perasaan hati gue di footnotenya. Tentang kebahagiaan atau kesedihan gue. Di sana ada gambar senyum berbinar binar dengan tulisan spt “hari ini jemput DD di CL” atau “mampir ke rumah DD, ngobrol di teras” atau “first kiss di depan pizza hut”. Sesaat membuat pikiran kita menerawang, kemudian saling berpelukan. Natz sampai meneteskan air mata haru mengingat hari hari itu. Kebahagaiaan kita ternyata tidak berawal sejak belakangan ini saja, ia sudah bermula sejak lama… sejak kita belum pacaran, sejak kita baru mulai mengenal satu sama lain, masih jaim satu sama lain, masih culun dan lugu satu dengan yang lain. Betapa cinta bersemi pelan pelan di dalam diri kami berdua, sampai pada hari ini. Kita masih sepasang kekasih yang bercinta layaknya orang pacaran. Semoga hari ini, hari mendatang, seperti hari hari yang telah lalu, penuh dengan gambar itu, gambar senyum yang berbinar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar