Minggu pagi, buka yahoo... mendapati sesuatu yang menggembirakan sekaligus haru. Kedua anak asuh kita (Amalia dan Rizma) terlihat bahagia saat menerima bingkisan kecil dari kita.
Let these pictures tell it story:

Baca juga:
HDI Foundation
Begini ya rasanya punya anak kembar ...?


Ini surat yessi (dari HDI Foundation) dan bagian atasnya reply dari gue:
Gembira dan Haru berbagi kebahagiaan dan keprihatinan mereka. Mereka berdua bukan satu satunya anak asuh HDI Foundation. Masih banyak anak terlantar lain yang butuh uluran tangan. Bersedia membantu?
Let these pictures tell it story:
Baca juga:
HDI Foundation
Begini ya rasanya punya anak kembar ...?
Ini surat yessi (dari HDI Foundation) dan bagian atasnya reply dari gue:
Dear Yessi,
Thanks atas ulasan dan foto fotonya yang mengharukan. Sebagai orang tua yang jauh dari anak asuhnya, melalui ulasan tersebut saya bisa merasa lebih dekat dengan mereka, merasakan kebahagiaan-nya, keceriaannya dan berbagi keprihatinan keluarga mereka.
Atas saran yang diberikan untuk Amalia dan Rizma, saya setuju dengan guru dan wali muridnya. Jangan sampai dipaksakan ke SD malah nanti tinggal kelas.
Baiklah, Yessi jangan lupa info saya kapan harus saya transfer dan berapa biaya-nya juga no rekeningnya sekalian. Jangan lupa untuk selalu update saya dengan info anak anak manis ini
Salam,
Andijaya
--- On Sat, 6/27/09, yessi@hdifoundation.orgwrote:
From: yessi@hdifoundation.org
Subject: Laporan Anak Asuh
To: aboth610@yahoo.com
Date: Saturday, June 27, 2009, 12:11 PM
Dear Bpk Andijaya,
Berdasarkan hasil kunjungan kami secara langsung ke TK Tunas Bangsa, Bantul pada 28 & 29 Mei 2009, dan setelah melakukan diskusi dengan guru pembimbing dari TK Tunas Bangsa serta orangtua/wali dari Amalia Ramadani dan Rizma Nur Alita, maka kami informasikan hasil evaluasi sebagai berikut:
1. Untuk masuk ke tingkat Sekolah Dasar diperlukan kemampuan untuk membaca, menulis dan berhitung (Calistung) yang cukup memadai, tetapi Amalia dan Rizma dinilai belum memenuhi persyaratan tersebut. Apabila keduanya dipaksakan untuk melanjutkan ke tingkat SD, dikuatirkan akan memberikan dampak negatif bagi kemampuan belajar kedua anak tersebut.
2. Dari segi mental, diperlukan keberanian dan kemandirian untuk belajar serta bersosialisasi. Dikarenakan umur keduanya masih belum mencukupi, Amalia & Rizma dinilai belum siap secara mental memasuki tingkat SD.
Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, kami mengambil keputusan yang terbaik bagi Amalia & Rizma untuk tetap bersekolah di TK Tunas Bangsa tingkat TK B untuk satu tahun kedepan. Kami mengharapkan kesediaan Bapak untuk terus mendukung pendidikan Amalia dan Rizma.
Terlampir adalah foto-foto dari Amalia dan Rizma saat menerima bingkisan yang Bapak kirimkan.
Kami akan sangat senang menerima saran dari Bapak. Terima kasih atas pengertian dan dukungan Bapak.
Salam,
Yessi Chandra
HDI Foundation
Kompleks Ruko Atap Merah, Blok C8
Jl. Raya Pecenongan 72, Jakarta Pusat
Tel: 3500128 ext 618
Fax: 3505024
Hp: 0856-7039122
Gembira dan Haru berbagi kebahagiaan dan keprihatinan mereka. Mereka berdua bukan satu satunya anak asuh HDI Foundation. Masih banyak anak terlantar lain yang butuh uluran tangan. Bersedia membantu?


Apalagi kalo terjangkit beneran...
Pemikiran awal kita ini ngga berlebihan, sebab % kematian flu burung mencapai 80%, sedangkan flu babi hanya 0.5% (detiknews). Bahkan ada pasien flu babi yang sembuh tanpa harus dirawat inap di RS (tapi bayangkan betapa nistanya 

(dari sudut pandang besar/kecilnya resiko terjangkit).





Tak lupa gue taburi cabe hijau segar tambah maknyoosss 

)" "Ngadi..."
). Ada sebuah studio band di belakang sekolah, namanya Carven, disitulah pertama kali kita 'latihan'. Waktu pertama gue telepon untuk booking jam latihan (waktu itu cuma 15K per jam
), gue ditanya pertanyaan mudah tapi gue gelagapan: "Nama band lo apa?"
Dan entah kenapa, setiap kali mau berganti nama, tetap tidak ada yang sreg, cling, kena, dengan segala daya upaya 
Pernah juga sekali waktu, Tumpal Gultom (Tumpal - murid pindahan, jago gitar) bergabung dengan Ngadi. Memberi warna permainan gitar yang lebih 'menyayat nyayat'.
tega nian panitia meloloskan band dari sekolah lain tapi Ngadi dibiarkan terpuruk (lirik panitia)
Sampai salah satu panitia, yang lumayan dekat dengan gue, dengan ngga enak hati memberi alasan: Ngadi terlalu nge-'grunge', dengan permainan yang provokatif, panitia ngga mau penonton menjadi agresif lalu baku hantam mendengar iringan lagu yang dimainkan Ngadi, masak
Itu mungkin bahasa paling halus untuk: Woi, kita ngga mau penonton sampai ngacir denger Ngadi !

Kalau inget wawancara itu, rasanya dongkol sekali... YA IYALAH NAMA ASLI, MASAK YA IYA DONG NAMA PANGGUNGGGGG (emang punya…) ???? !!!!
mungkin begitu jawabnya kalau wawancara itu dilakukan oleh anak SMU hari hari ini