08 Juli 2009

Nyontreng, "Welcome to Mooseport", pilpres 1 putaran

Setelah ikut Pemilu terakhir tahun 1999 dan kecewa :( sehingga sengaja melewatkan Pemilu Legeslatif 2004, Pilpres 2004 dan Pemilu Legeslatif 2009, akhirnya gue masuk "bilik suara" lagi. Entah apa yang mendasari hal itu, gue sendiri selama ini cukup apatis terhadap persoalan politik, apalagi setelah (katanya) Reformasi yang ternyata menciptakan KKN yang lebih luas daripada sekedar Soeharto, keluarga dan kroni2-nya di jaman Orba lalu.


Sekeluarga "pemilih ganda"
Kemaren pas terima undangan ke TPS sempat kaget. Ternyata gue (and the whole family ! - Papa Mama dan anak anaknya) termasuk pemilih ganda yang diributkan hari hari ini :( Selama ini, gue pikir para "pemilih ganda" ini sengaja didesain dan dibayar/disuap oleh kalangan tertentu untuk menggandakan suaranya. Gue jadi tau deh, kalo hal ini benar benar "kisruh DPT", bukan kesengajaan. Kabar buruknya... gue ngga di bayar/ di suap :p Kabar baiknya (buat SBY), di mata gue SBY jadi lebih 'bersih'.


Sekitar jam 10 gue ke TPS di Citra II Ext tempat gue terdaftar. Di sana ada 3 TPS kalo ngga salah. Karena gue punya 2 undangan, gue cari aja TPS paling sepi :D datang, daftar, langsung coblos, tintain tangan, pulang deh :) Abis beli makan siang di Citra II & makan siang di rumah (pempek, es kacang merah, gado gado, soto betawi dan nanas -> banyak banget untuk makan 2 orang ya :p ), gue sama Kelly nemenin Natz nyontreng di Daan Mogot Baru. Tempat kita terdaftar emang beda beda. Di sana liat, ternyata banyak orang ngga terdaftar yang cukup antusias untuk mencontreng. Mereka datang bawa KTP dan KK, supaya hak suara nya tidak hilang spt di Pemilu Legeslatif kemaren.

Welcome to Mooseport
Pulang ke rumah, relatif ngga ada kerjaan. Kebetulan baru baru ini gue download torrent-nya sebuah film yang gue anggap cocok buat ditonton saat Pilpres gini. Judulnya "Welcome to Mooseport". Film komedi tentang seorang mantan presiden Amerika Serikat 2 periode, yang pulkam ke kota kecil Mooseport dan ditantang jadi Walikota di tempat itu.

Yang menarik dari cerita komedi itu adalah gambaran seorang politisi unggul, dengan mesin politik serta juru kampanye bertaraf nasional yang sangat andal, melawan pria kampung, tukang ledeng yang jujur dan lugu. "Kita tidak pernah menghadapi kontestan spt ini sebelumnya" kata jurkam (yang mirip Surya Paloh) ke si mantan presiden, "he is genuinely honest". Mengingatkan kita, di panggung politik, Pemilu legistaltif maupun Pilpres, ngga ada kontestan yang jujur, semua-nya 'hanyalah politisi' dengan cara cara mereka yang tidak jujur (kalau tidak mau disebut kotor).

Yang seru adalah, setiap gerak gerik para kontestan menjadi incaran pemburu berita alias wartawan untuk siaran berita (TV) nasional. Satu hal yang baru bagi penduduk Mooseport, dan bagi kontestan tukang ledeng yang lugu.

Pada akhir masa kampanye, pada saat debat terakhir, si tukang ledeng menyerah, ia menyatakan akan memberi suara-nya kepada presiden. Padahal, saat itu menurut survey (di sana survey-nya 100% karena kota kecil), perolehan suara dia lebih baik dari presiden. Apa nyana, presiden juga balik memberikan pernyataan yang sama, demi tidak mau kehilangan muka jika benar benar kalah nantinya, presiden juga menyatakan akan memberi suaranya pada lawannya itu. Keesokan harinya pas hari 'pencontrengan', ternyata sekali politisi tetaplah politisi, begitu kata presiden di dalam bilik suara, sambil 'mencontreng' namanya sendiri.

Setelah diadakan perhitungan, ternyata presiden menang hanya 1 suara dari lawannya. Presiden, yang saat itu baru saja ditinggalkan oleh asisten pribadinya yang sudah lebih 10 tahun mengabdi dan diam diam jatuh cinta padanya, menyadari keegoisan-nya, lalu mengakui dengan gentlemen, bahwa ia mencontrang namanya sendiri, sehingga, yang layak jadi walikota sebenarnya adalah lawannya. Di luar dugaan, lawannya juga menyatakan hal yang sama, sehingga, jabatan walikota, kembali kepada sang presiden.

Di akhir cerita, sang walikota baru, mengejar asistennya yang sudah akan naik pesawat, lalu menyatakan cintanya lalu berciuman. Di sisi lain, lawan-nya, si tukang ledeng, kembali ke rumah, dan mengajak menikah pacar nya (setelah 6 tahun berpacaran dan tinggal bersama). Sebenarnya pacarnya inilah yang menyulut persaingan dia dengan presiden untuk menjadi walikota. Diawali dengan si presiden mengajak kencan pacarnya itu di depan matanya sendiri, pada saat itu si presiden tidak mengetahui mereka berpacaran.

Ini film politik yang ringan, banyak lucunya, tapi juga ada sindiran sindiran kepada politisi yang 'biasanya' hanya mementingkan ego-nya daripada kepentingan yang lebih besar. Gene Hackman memerankan Monroe 'Eagle' Cole (mantan presiden) dan Ray Romano sebagai Harold 'Handy' Harrison. Ini film layar lebar perdana bagi Ray Romano yang ngetop lewat sitkom 'Everybody loves Raymond'.

Layak ditonton, lucu, segar, dan pas ditonton di saat Pilpres sekarang ini :-bd

Pilpres 1 putaran
Abis nonton film ini, pas buka TV, ternyata SBY sudah jauh mengungguli saingan saingannya (menurut Quickcount). Ini berarti Pilpres hanya 1 putaran. Gue jadi teringat kata kata pendukung SBY beberapa waktu lalu, bahwa dipasangkan dengan siapa pun SBY, pada saat itu di-ilustrasikan dengan satpam, pasti bisa menang. Ternyata memang benar.


Tapi kasian sekali Boediono, jauh jauh ke luar negri ngejar gelar Doctor, cape cape ngurusin BI dan (pernah) menjabat Menkokesra, masak disamakan dengan satpam :p Jangan salah lho, Boediono salah satu alasan gue memilih SBY, ia bukan politisi (so far), dengan demikian bukan hasil dari bagi bagi kursi dengan parpol. Semoga ia bisa bekerja dengan baik, menutup kekurangan SBY yang terlalu hati hati...

Akhir kata... HIDUP INDONESIA, semoga jadi lebih baik... tinggal tunggu kapan JK pulang kampung dan mengurus masjid (spt kata JK pada debat terakhir, apabila dia kalah).

Tidak ada komentar: