22 Juli 2008

My Last Assignment, Penutup yang Manis

Jumat, minggu kedua di Lampung Timur. Penutupan nih. Semua kerja keras selama 2 minggu ditutup dengan sebuah report yang harus di-agree dan ditanggapi management. Meeting cepat, serius, namun santai selama 2 jam penuh itu dihadiri 8 orang dari wakil perusahaan vs gue dan Roy. “Waduh, ditawur 8 orang nih” canda gue, mereka tertawa santai.

Selesai meeting 2 jam itu, waktu sudah hampir jam 4 sore. Sudah waktunya kita harus berangkat. Perjalanan ke bandara paling cepat butuh waktu 1.5 jam. Sedangkan pesawat kita jam 6.15 sore. Setelah bersalam salaman dan pamit pamitan. 2 buah koper dan 1 kotak berisi keripik pisang pesanan dari Inez pun masuk mobil Inova warna telor asin yang mengantar kita, gue, Roy dan Pak Maru (orang India) ke bandara.

Dalam perjalanan, Roy sempat bilang, kalau Inova ternyata lebih nyaman dari CRV (beberapa kali kita diantar jemput dengan CRV-nya Pak Minarta-GM). Baru kali ini diantar Inova, dan gue juga sependapat, Inova lebih empuk goyangannya. “Lu mesti bangga lu, sebagai pemilik Inova”, kata Roy. “Iya, dan nangis pas mau ngisi bensin” sambung gue :_P

Seperti biasa, masuk Executive Lounge sambari menunggu pesawat. Bertiga sama Pak Maru. Banyak juga bercerita dengan beliau. Pria berumur 42 tahun asli orang India ini termasuk India yang rendah hati, down to Earth, dan sangat friendly. Sangat berbeda dengan India India lain di kantor :_P Beliau sudah 14 tahun melalang buana bekerja di Indonesia dan mostly di Jakarta. Sudah pernah ke pelosok Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Sungguh, pribadi yang menyenangkan dan ngga sombong.

30 menit tidak terasa berada di pesawat Sriwijaya. Apalagi tidak delay. 15 menit sih, tapi itu ngga boleh dihitung delay :_P Sampai di Jakarta, langsung dijemput Natz dengan sopir. Begitulah 2 minggu di Lampung Timur. Penugasan terakhir yang akan gue rindukan. Di atas motor, sewaktu dibonceng bertiga oleh Anwar, Roy sempat mengemukakan, “Di tempat baru, lu ngga ada lagi yang kayak gini.” Bener banget. Dan hal hal seperti inilah yang gue paling kangen dari perusahaan ini. Dan Lampung Timur menyisakan kenangan manis tentang kota di pelosok, singkong, keramahtamahan petani, jatuh dari motor, pisang Cavendis, Rumah Adat Lampung dan potensi bisnis yang mungkin bisa gue tekuni dikemudian hari ;_)

Tidak ada komentar: