Hari ketiga assignment gue di Lampung Timur, pagi ini gue sendiri di rumah, karena Pak Min berangkat ke Bali untuk leader summit group perusahaan. Bingung mau sarapan apa, gue minta Doni, si pesuruh rumah, untuk buatkan indomie telor. Pagi keempat dan kelima pun demikian. Sampai habis indomie dan telor ayamnya Pak Min :_P
Rumah dinas Pak Min cukup besar. Ada 3 kamar tidur, kamar tidur utamanya ada kamar mandi di dalam. Tiap kamar dilengkapi AC, sehingga cukup nyaman bagi tamu. 2 kamar kosong disiapkan untuk gue dan Roy, yang akan bergabung dengan gue di minggu kedua. Luas tanahnya kira kira 15m X 20m, luas bangunan berlantai satu, mungkin 10m X 15m. Setahun sewanya Rp 15 juta, tanpa perabot (isi sendiri). Coba kalau ditaroh di Jakarta, sewanya paling sedikit Rp 25 juta setahun. Ada fasilitas Speedy dari telkomnet yang bisa dipakai. Akses internet langganan itu dipasang oleh Pak Min, sebagai penghubungnya dengan dunia luar, istri dan anak anaknya. Memang setiap hari bisa telepon (walaupun jaringannya sangat susah), tapi dengan e-mail lebih asyik bertukar cerita, bahkan foto untuk mengobati rasa kangen. Speedy itu juga yang menyelamatkan gue dari terisolasi dengan dunia luar. Gue bisa cek e-mail, googling, buka friendster dan tulis blog.
Mengenai jaringan telepon yang kerap kali sibuk ini, membuat gue dan Natz kebanyakan komunikasi lewat SMS saja. Calon kantor baru gue pun sampai telepon ke Hotel Metro Pacific, malam pertama gue di Lampung, karena tidak bisa menelepon ke HP gue. Repotnya, hotel itu ngga punya line telepon di dalam kamar, sehingga gue harus keluar dan menerima telepon di receptionist. Dan ketika sang FD telepon gue hari kedua, bukannya telepon ke HP gue, melainkan telepon ke nomor Ceria kantor yang gue inform ke HRD lewat SMS, mengantisipasi telepon gue tidak bisa diakses.
Malam ketiga dan keempat, gue makan di Rumah Makan Hj Sri MR. Malam pertama gue jalan kaki ke sana, restorannya persis di muka hotel Metro Pacific. Sate Goreng (terbuat dari Kambing) yang gue pesan kurang memuaskan. Walaupun sudah gue tambah kuah gulai, tetep aja kurang sedap. Malam kedua, gue titip si Roni yang beli, titipnya nasi goreng dan soto daging, dibelikan nasi goreng dan sop daging lengkap dengan nasi untuk sop. Nah lho, Ron, iki nasinya buat apa, kan udah ada nasi goreng? Ya sudahlah. Rumah Makan di kota Metro, pernah dikunjungi beberapa artis, walaupun ngga bisa disebut banyak atau sering, tapi adalah. Mereka sangat bangga sekali bila didatangi artis. Pemiliknya pasti ngga melepas kesempatan untuk berfoto bersama sang artis dan memajang besar besar foto dan tandatangan sang artis. Contohnya Rumah Makan Hj Sri MR ini, tak kurang dari foto Inul Daratista, Grace Simon dan group musik Steven and the Coconut Tree dipajang dengan bingkai yang cukup besar.
Di RM SABAR, ada foto beberapa penyanyi dangdut yang gue ngga kenal (ternyata gue ngga se‘dangdut’ perkiraan gue ya :_P). Cuma foto Mas Polo (pelawak yang terjerat kasus Narkoba) yang berhasil gue kenali. Lain lagi Di RM AGAM, nuansanya lebih berbau politis. Di rumah makan yang menjagokan Pindang Baung itu, terpampang foto Jenderal, Tokoh Partai Politik dan Ulama, sedikit yang berhasil gue kenali diantaranya A’a Gym dan Wiranto. Di dekat pintu rumah makan ini juga lengkap tertempel semua calon Gubernur Lampung, mirip ajang kampanye. Maklumlah, banyak orang tamu penting dan pejabat setempat yang makan di tempat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar