Beberapa saat lalu (akhir Juni 2008), gue dan Natz ikut semacam acara lamaran di keluarga Keni (saudara angkat dan sohib baik gue). Seperti biasa, gue berperan sebagai seksi transportasi dengan Inova yang memang bisa muat semua :_) Keluarga Keni 2 mobil, Inova (mobil gue) dan Kijang kapsul (om-nya Keni), siang itu menuju ke rumah Yuli, calon ipar gue, di bilangan Cibinong, Jawa Barat. Namun kali ini, gue ngga jadi badut, dikarenakan acaranya terlalu serius.
Memang, siang itu, begitu sampai di rumah Yuli, suasana begitu formal. Ada MC segala (temen Kokonya Yuli – seorang pendeta). Ada kata sambutan segala, dari Keni & Yuli, dari Papa Keni, Papa Yuli. OMG, gue jadi terbengong bengong. Terlebih karena makanan sudah tersaji di depan mata (bika ambon dan bolu keju), tapi tidak ada yang mempersilahkan makan. Seolah daftar acaranya belum sampai ke acara makan. OMG sekali lagi, bukannya kue kue kecil lebih enak dinikmati sambil ngobrol santai. Jangan kan gue, belakangan ketahuan, Keni pun kaget dengan acara yang begitu formal. Duh !
Jangan bayangkan suasana hangat antara kedua keluarga. Suasana sedikit tegang. Apalagi dibawakan dengan cara formal. Acara hari itu, Papa Keni ‘diculik’ untuk ketemu calon besan dan diminta memberi restu yang sebenarnya kurang berkenan bagi sang Papa. Dari awal memang Papa Keni kurang setuju hubungan mereka, dikarenakan masalah keyakinan. Menurut gue sih, kurang sosialisasi aja. Yuli, walaupun Kristen taat, menurut gue tidak ada keinginan untuk meninggalkan budaya leluhur sebagai orang Chinese, hal yang paling ditakutkan Papa Keni. Seperti banyak pasangan yang gue tahu bubar gara gara dilema ini.
Namun acara boleh dibilang sukses. Papa Keni memberi sambutan yang sangat diplomatis. Ini, gue tau dari lubuk hatinya, karena beliau bukan orang yang pintar berpidato. Beliau hanya mengatakan, semua ini terserah Keni, sebagai orang tua tidak mungkin menghalangi. Hanya saja, Papa Keni ingin melihat anaknya lebih mapan dulu, baru berpikir menikah. Intinya dia tidak mengiyakan, juga tidak melarang. Tampaknya jawaban itu memuaskan seluruh keluarga. Tak satupun dari keluarga Keni, apalagi keluarga Yuli yang berkeberatan atas perikatan ini. Jawaban Papa Keni tadi, membuat seluruh sanak famili yang hadir bersuka cita. Termasuk gue dan Natz. Namun, dalam lubuk hati yang paling dalam, gue yakin, Keni dan Yuli menghendaki lebih dari ini.
Acara pemasangan kalung dari pihak keluarga Keni ke Yuli pun tampak kaku. Namun sebagai simbol perikatan dan pemberian restu, prosesi ini sangat penting bagi kedua calon mempelai.
Acarapun ditutup dengan makan siang (yang agak ketelatan). Selain kue, menu makan siang itu sangat menggoda. Ada pastel, mie goreng, ayam kecap, rujak pengantin dan sop bakso. (Duh, kok gue nelen air liur ya pas nulis ini :_P). Tak ketinggalan, andalan Mama-nya Yuli, Pempek Palembang. Keluarga Yuli, seperti halnya Natz, asalnya dari Palembang dan lama bermukim di Cibinong. Mama Yuli bahkan punya kedai Pempek di samping rumah. Sampai disini, kekakuan baru sedikit demi sedikit mencair. Apalagi Papa dan Mama Yuli sebenarnya orangnya luwes. Terutama Mama Yuli, paling demen ledek-in gue :_P
Hari Minggu kemaren (27 July 2008), gue dan Natz disibukkan oleh telepon bertubi tubi dari Keni – Yuli. Dua sejoli itu sedang berada di Jakarta Wedding Festival di JCC dan minta pendapat kita mengenai bermacam macam. Mulai dari Bridal dan Catering. Dan lucunya, pas di stand Ricky L, mereka tak segan segan nanya kita bonus apa yang ‘wajib’ diminta. Kita list down apa aja yang harus diminta, total lebih dari 10 item ‘bonus’, tanpa malu malu juga. Soalnya kita ngga tau, kalau ternyata speaker phone-nya ON, jadi semua permintaan kita langsung di dengar oleh pihak Ricky L. Malu deh. Tapi hebatnya, semua yang kita sarankan untuk diminta: dikasih ! Termasuk bunga rose (ini aja kita dulu ngga berhasil minta dari Siga), tambahan kanvas, jumlah pose didouble (total dapet tambahan 40 pose), dan lain lain. Panjang list-nya :_P
Mudah mudahan sukses meritnya. Terlebih lagi, mudah mudahan langgeng. Semoga ganjalan kecil di hati sang Papa, tidak menjadi sesuatu yang besar di masa mendatang. Terutama masa setelah janji nikah. Dan, sebagai sohib yang mencurahkan segala tenaga pas kita merit dulu, semoga gue dan Natz bisa melakukan hal yang sama, untuk teman kurus, item, jelek, bauk tapi baik hati ini.
Kalau gue look back at us. Beda sekali dengan yang terjadi dengan Keni. Papa baru benar benar bertemu Natz seminggu sebelum hari H. Acara lamaran (sangjit) pun 1 minggu sebelum hari H. Papa dan juga Mama, sangat percaya pada anaknya, dan memang didikan seperti itu yang diterapkan sejak kita masih kanak kanak.
1 komentar:
Thanks. Im Inspired again.
Posting Komentar